One Night Accident

IMPOTEN 104



IMPOTEN 104

0Enjoy Reading.     
0

***     

Ella terbangun dan kembali berada di rumah sakit. Entah kenapa tempat yang kemarin terasa tepat sekarang  dia justru tidak suka berada di rumah sakit.     

"Selamat pagi."     

Ella menoleh dan melihat ratu Cavendish berada di sebelahnya.     

"Ratu Ai ...."     

"Jangan bergerak dulu. Kamu masih sakit." Ai mencegah Ella terlalu banyak bergerak dan membantunya agar duduk bersandar ke belakang.     

Ai tersenyum sepertinya hipnotis Daniel sudah mulai bekerja. Karena sebelum ini Ella tidak mau menemui dirinya. Bahkan orangtuanya Ella juga hanya bisa melihat sedih dari jauh. Ai itu seorang ibu jadi tahu rasanya saat  melihat anaknya sakit.     

"Maaf ratu. Aku tidak sopan." Wohoooo bahkan Ella sudah kembali sungkan dengannya. Apa yang dikatakan suaminya pada Ella. Ai tidak peduli yang penting mantunya sudah tidak depresi lagi.     

"Tidak apa-apa. Aku senang kamu sudah sadar sekarang. Jangan berusaha bunuh diri lagi ya!" Bujuk Ai memandang Ella tetap dengan senyum ramahnya.     

Ella mengernyit dan berpikir sejenak. Bunuh diri? Astaga dia berada di rumah sakit karena memang mencoba bunuh diri. Kenapa dia bisa melakukan hal segila ini?     

Kemarin-kemarin entah kenapa Ella merasa hidupnya sudah hancur gara-gara Kevin. Ella tidak bisa menahan diri untuk mengiris nadinya berkali-kali. Waktu itu dia hanya merasa itu yang terbaik yang harus dia lakukan.     

Mati adalah pilihan tepat.     

Ella takut tidak diinginkan lagi karena tubuhnya sudah ternoda. Tapi ... kenapa sekarang Ella merasa malu karena malah selamat setelah mencoba bunuh diri.     

Bukan sekali bahkan empat kali dia berusaha bunuh diri. Astaga ada apa dengan otaknya sampai-sampai melakukan hal sebodoh itu.     

"Maaf yang mulia. Aku ...." Ella menunduk amat sangat malu.     

"Sttt, tidak apa. Setiap orang pasti pernah punya kesalahan. Aku tahu kemarin-kemarin kamu sedang terpuruk. Aku pernah mengalaminya jadi aku sangat mengerti perasaanmu."     

Ella menoleh ke arah ratu Ai. "Ratu pernah mengalaminya?" tanya Ella tidak percaya.     

"Begitulah. Aku juga pernah diculik dan berkahir sama sepertimu keguguran. Bahkan orang yang menculik ku juga hampir membuat Javier saudara kembar Jovan mati. Aku benar-benar hancur waktu itu. Tapi ... Daniel selalu menguatkan diriku. Akhirnya sekarang aku bisa menerima itu semua. Memang berat dan sakit. Tapi ... aku yakin kamu juga akan bisa melewatinya. Ingat, bunuh diri bukan jalan terbaik. Jangan lakukan lagi. Kasihan anakku kalau sampai jadi duda dua kali. Kasihan juga Mahesa yang sangat sayang padamu harus kehilangan seorang ibu untuk kedua kalinya juga."     

"Mahesa." Ella sekarang merasa bersalah karena menelantarkan Mahesa. Padahal dia pernah berjanji pada Mahesa kalau akan menjadi Mommy tirinya dan tidak akan pernah meninggalkan Mahesa.     

"Tidak apa-apa. Mahesa itu anak yang cerdas. Dia mengerti kalau kamu sedang sakit. Dia tidak akan tetap menyayangimu seperti biasa."     

"Maaf ratu. Aku memang bodoh."     

"Tidak, kamu tidak bodoh. Anakku yang bodoh karena menyia-nyiakan istri sebaik dan secantik dirimu."     

Membahas Jovan Ella jadi kesal. "Ratu, bisakah aku berpisah dengan Jovan?"     

"Apa? kenapa?" tanya Ai bingung. Ai meminta Daniel menghipnotis Ella agar memberi pelajaran untuk Jovan bukan meminta cerai.     

"Jovan sudah menceraikan aku sebenarnya. lagi pula mana pantas wanita seperti aku bersanding dengan pangeran Cavendish."     

Shit. Apa yang dikatakan Daniel? Kenapa Ella menjadi rendah diri lagi? Tidak beres ini.     

"Ella sayang. Kalau ada yg tidak pantas itu adalah Jovan. Lelaki sebejat itu terlalu beruntung mendapatkan istri sebaik dirimu."     

"Tapi Ratu. Aku ... aku sudah di sentuh pria lain. Aku tidak pantas ...."     

"Sttt, itu bukan sebuah keslaahan karena  kamu disentuh dengan paksaan Tidka suka rela. Sekarang bayangkan suami brengsekmu itu. Berapa wanita yang dia sentuh dan tiduri? dengan sukarela lagi. Rugi mana coba. Rugi kamulah. Disaat kamu menjaga kehormatan suamimu malah jajan sembarangan. Benar kan?"     

Entah kenapa Ella mengangguk.     

"Kamu itu berharga dan sangat istimewa. Jovan siapa? suami brengsek yang suka jelalatan. Jadi kesalahan bukan ada di kamu tapi ada pada Jovan. Kenapa? Karena wanita selalu benar."     

Ella mengangguk lagi.     

"Aku tidak mau kamu bercerai dengan Jovan dan tidak akan aku biarkan. Tapi, kamu boleh memberi sedikit pelajaran pada anakku yang tidak peka itu. Mungkin kamu cuekin setahun atau lebih bagus kalau kamu biarkan dia meminta maaf sambil ngesot-ngesot. Biar dia tahu kalau sampai menyakitimu lagi. Kamu akan benar-benar pergi meninggalkan dirinya."     

"Eh ... memang ratu tidak marah kalau aku memarahi Jovan?" tanya Ella khawatir.     

"Kamu gampar juga boleh. Bebas, yang penting jangan minta cerai. Setuju?" Ai mengulurkan tangan.     

Ella menjabat tangan Ai dengan ragu. Tapi dia memang masih kesal dengan Jovan yang metalak dirinya waktu itu. Mungkin tidak apa-apa cuek pada Jovan sebentar. Toh ratu Cavendish mendukungnya. "Baik ratu."     

"Ella Panggil Mom saja please. Kamu istri anakku jadi kamu anakku juga."     

"Eh ... bolehkah?." Ella merasa spesial. Dia boleh memanggil  Ratu Cavendish dengan sebutan Mom.     

"Tentu saja boleh. Kamu sudah resmi jadi putriku."     

"Trima kasih Mom," ucap Ella masih sungkan.     

"Sama-sama sayang. Ingat kasih pelajaran pada Jovan. Jangan jadi wanita lembek yang ditindas lelaki. Oke."     

"Iya, Mom."     

"Bagussss." Ai memeluk Ella semangat.     

"Aku suka punya anak perempuan yang penurut." Ai tersenyum lebar.     

Ella specles. Dia disuruh  membangkang pada Jovan tapi tetap harus nurut sama ratu.     

Terus bedanya apa?     

Ujung-ujungnya harus jadi anak baik juga kan? huft.     

****     

"Kamu ngapain di sini?" Ella baru keluar dari kamar mandi ketika melihat Jovan berada di ruang rawatnya.     

Hati Jovan langsung mencelos. Dia pikir setidaknya Daddy-nya menghipnotis Ella agar tidak marah padanya. Ternyata dia masih di benci.     

"Aku menjemputmu sayang. Hari ini kan kamu sudah boleh pulang." Jovan tetap tersenyum tidak masalah Ella membencinya yang penting Ella terlihat sehat dan tidak stress lagi.     

"Aku bisa pulang sendiri. Enggak usah sok perhatian." Ella melewati Jovan begitu saja. Kata Mom Ai dia boleh marah-marah sama Jovan kan. Jadi kapan lagi dia bisa begini.     

Jovan mengikuti Ella yang keluar dari ruang rawatnya. "Aku tetap akan mengantarmu. Aku kan suamimu, jadi tidak akan aku biarkan istriku yang paling cantik dan aku sayangi lelah karena menunggu Taxi."     

"Aku tidak cantik. Tidak usah merayu." Kalau Ella cantik mana mungkin Jovan masih jelalatan.     

"Sayang kamu itu wanita paling cantik yang pernah aku temuin. Aku cinta banget sama kamu tahu nggak sih." Jovan menghentikan langkah Ella dengan menggenggam kedua tangannya.     

"Bohong. bukannya kamu lebih suka cewek dengan dada montok seperti Keke atau Queen."     

"Ish, tidak mungkin. Aku lebih suka dadamu yang alami dan kencang. Apalagi pahamu yang mulus dan jenjang. Kamu itu sempurna sayang. Semua yang berhubungan denganmu itu indah dan menarik. Kalau tidak percaya coba kamu rasakan bahkan jantungku berdegup sangat kencang karena terlalu mencintaimu." Jovan menaruh tangan Ella di dadanya. Tidak peduli jika ada orang lain yang melihatnya tengah merayu istrinya sendiri di lorong rumah sakit.     

Ella merona. Dia belum pernah dirayu oleh seorang pria. Tentu saja gombalan Jovan langsung membuatnya meleleh seketika. Eh ... tapi kata Mom Ai dia harus merajuk dulu.     

"Kamu mungkin kecapean makanya jantungmu berdetak kencang. Sudahlah aku mau pulang." Ella berusaha mengabaikan Jovan. Walau sebenarnya jantungnya sendiri juga sedang berdetak secara marathon.     

Jovan tidak melepaskan kedua tangan Ella dan justru berlutut dihadapannya     

"Kamu ngapain?" Ella melihat sekeliling benar saja ada beberapa perawat dan kelurga pasien yang kebetulan lewat sekarang tengah memperhatikan mereka. Ella semakin merona karena malu.     

"Sarah Ellaine Victoria. Aku tahu aku lelaki brengsek dan bajingan. Aku hanya lelaki yang bodoh dan sering membuatmu kecewa, sakit hati dan merana. Aku lelaki tidak tahu malu yang masih mengharapkan kata maaf darimu setelah membuatmu menderita berkali-kali."     

"Ella, istriku. Wanita yang paling aku cintai dan sayangi. Aku Jovan Daniel Cavendis meminta maaf atas semua kesalahan yang telah aku lakukan. Aku benar-benar menyesal karena pernah membuatmu sedih dan merana."     

"Aku berjanji akan memperbaiki semuanya. Akan mencintaimu, menjagamu dan selalu menomor satukan dirimu jika kamu bersedia memaafkan aku."     

"Ella maukah kamu kembali padaku dan memulai awal yang baru?" Jovan tiba-tiba membuka sebuah kotak berisi cincin berlian. Masih dalam posisi berlutut hingga membuat orang yang melihat mereka langsung terkesiap. Tidak terkecuali Ella.     

Ya ampun romantis banget.     

Kapan punya suami sebaik itu.     

Dokter Jovan ternyata sangat mencintai istrinya ya.     

Beruntung banget putri Ella.     

Gantengnya.     

Sediakan satu untukku ya Allah.     

Bisik-bisik tak terhindarkan begitu Jovan melakukan aksinya.     

Ella specles. Tidak menyangka Jovan akan berlutut dihadapannya. Seorang pangeran Cavendish berlutut. Astaga Ella tidak yakin bisa bertahan dari semua ini.     

"Kamu ngapain? bikin drama saja." Jovan dan Ella menoleh karena mendengar suara Ai mendekat.     

"Mom," protes Jovan dengan tatapan matanya. Karena Ai merusak momen romantis yang susah payah dia ciptakan untuk Ella.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.