One Night Accident

IMPOTEN 105



IMPOTEN 105

0Enjoy Reading.     
0

***     

"Kamu ngapain? bikin drama saja." Jovan dan Ella menoleh karena mendengar suara Ai mendekat.     

"Mom," protes Jovan dengan tatapan matanya. Karena Si merusak momen romantis yang susah payah dia ciptakan untuk Ella.     

"Kenapa? Oh ... ini cincin untuk Ella?" Ai mengambil cincin di tangan Jovan dan memakainya ke jari Ella.     

"Perfect. Ternyata kamu pinter pilih cincin."  Ai tersenyum senang. Ella hanya berkedip masih mencerna semuanya.     

"Mommmmm." Jovan semakin protes karena seharusnya dia yang memasang cincin itu.     

"Apa? enggak usah ribet deh. Ambil barang Ella di ruang rawat trus bawa pulang. Ella bareng Mom saja." Tanpa menunggu balasan Jovan dan tentu saja tanpa menerima bantahan Ai menarik Ella menjauh. Menyisakan Jovan yang masih berlutut dengan wajah frustasi.     

"Mommmmm." Teriak Jovan sambil melempar kotak cincinnya sembarangan. Kesal karena Mommynya merusak momen romantis dan sekarang mesabotase istrinya.     

Kalau begini caranya. Kapan Ella memaafkannya.     

:lizard::lizard::lizard::lizard::lizard::lizard:     

Seminggu kemudian.     

"Selamat pagi cinta. Aku sudah membuat sarapan untuk kita." Jovan hendak memeluk Ella tapi Ella malah melewatinya begitu saja.     

Sabar Jovan, ini baru permulaan.     

Dua Minggu kemudian.     

"Tante cantik mommy tiri kemari." Mahesa menarik tangan Ella agar mengikutinya.     

"Ada apa?"     

"Lihat bagus tidak?" Mahesa menunjukkan gambarnya.     

"Bagus sekali. Mahesa mau jadi pelukis?" tanya Ella.     

Mahesa menggeleng. "Mahesa mau jadi dokter seperti ayah. Biar kalau Tante cantik mommy tiri sakit seperti kemarin Mahesa bisa bantu mengobatinya," ucapnya polos.     

Ella meleleh seketika. Sepertinya anak dan ayah memiliki kecenderungan membuat hati wanita lumer tak berdaya.     

"Ehem." Ella dan Mahesa menoleh ketika mendengar suara deheman.     

"Ayah." Mahesa langsung melompat kepelukan Jovan.     

"Anak ayah tidak nakal bukan hari ini?" tanya Jovan sambil mengelus kepalanya  sayang.     

"Tentu saja tidak. Mahesa kan baik dan pintar." Seperti Jovan. Mahesa juga memiliki rasa percaya diri yang terlalu over dosis.     

"Iya, Mahesa selalu baik kok. Enggak kayak bapaknya yang suka nakal." Sindir Ella.     

Mahesa melihat Ella tidak mengerti sedang Jovan hanya berdiri salah tingkah.     

"Ehem Sayang, malam ini keluar yuk. Kita ajak Mahesa makan malam. Sudah lama kita tidak pergi bertiga." Kali ini Jovan menggunakan Mahesa untuk merayu Ella.     

"Mahesa mau jalan-jalan malam ini?" tanya Ella pada Mahesa.     

"Mauuuu, kita ke Timezone ya." pinta Mahesa semangat.     

"Baiklah, kita ke Timezone malam ini. Ayo bersiap." Ella mengambil alih Mahesa dari gendongan Jovan. Lalu pergi ke kamar berganti baju.     

Jovan lagi-lagi hanya mendapatkan kacang.     

Sebulan kemudian.     

"Sedang apa?" Jovan mendekati Ella yang tengah bersantai di halaman belakang.     

"Membaca novel." Ella mengajar novelnya dan menunjukkan pada Jovan.     

"Novel? ah ... dulu Zahra juga suka baca novel tapi di Wattpad. Dia ...." Jovan tiba-tiba berbicara dengan angin karena Ella sudah beranjak pergi.     

Jovan menepuk jidatnya karena salah strategi. Walau Ella sudah memaafkan dirinya bukan berarti dia suka membahas Zahra. Pasti Ella masih merasa Zahra adalah saingannya.     

Dua bulan kemudian.     

Tok, tok, tok.     

Jovan mengetuk pintu kamar Ella. Dia tidak tahan lagi. Tadi saat makan malam Ella mengenakan baju yang sangat sexy. Memperlihatkan belahan dadanya serta mengekspose paha mulusnya. Sekarang sosis  Jovan menegang dengan sempurna. Jovan butuh pelepasan. Jovan butuh Ella sekarang juga.     

"Ada apa?" tanya Ella begitu membuka pintu kamarnya.     

"Boleh aku masuk. Aku ingin bicara sebentar saja. Please." Jovan memasang wajah mempesona. Yakin tidak ada wanita yang tahan dengan tatapannya sekarang.     

Ella ragu, tapi pada akhirnya mengangguk. "Masuklah."     

Jovan langsung tersenyum lebar. Sosis sabar ya. Insyaallah kamu bakal dapet jatah malam ini. Batin Jovan menghibur diri.     

"Ada apa?" tanya Ella begitu mereka duduk di sofa kamar.     

Jovan langsung menggenggam tangan Ella. "Aku minta maaf."     

"Minta maaf?" Apa Jovan selingkuh?     

Jovan berlutut dengan tangan Ella masih di dalam genggamannya. "Aku tidak bisa seperti ini terus. Aku tidak tahan lagi sayang."     

Jovan mendongak menatap Ella dengan wajah sedih. Ella jadi tidak tega. "Tidak tahan kenapa?"     

"Aku tidak bisa jauh darimu. Aku tidak tahan jika dicueki olehmu. Aku tidak sanggup Ella kalau kamu terus menerus mengabaikan aku. Aku menderita, aku sengsara." Jovan menangis.     

"Jovan!" Ella tidak bisa berkata apa-apa. Dia tidak menyangka Jovan akan menangis karena dirinya.     

"Please hukum aku dengan yang lain. Tampar, pukul bahkan kamu boleh membunuhku jika mau. Tapi jangan perlakukan aku seolah aku tidak ada. Aku menderita tanpamu."     

"Aku sayang sama kamu. Cinta banget sama kamu. Aku sakit jika kau abaikan. Aku merana Ella. Aku mohon maafkan aku. Berikan aku kesempatan memperbaiki diri. Mencintaimu dan membahagiakan kamu." Jovan mengecup tangan Ella penuh kasih sayang.     

Tidak terasa Ella juga meneteskan air mata. "Jovan aku ... aku tidak tahu. Aku juga cinta padamu. Tapi ... aku tidak pantas ...."     

"Sttt, jangan pernah mengatakan itu. Kamu lebih dari pantas. Justru akulah yang terlalu egois karena dengan lancangnya masih ingin dimaafkan olehmu dan bisa memilikimu walau sudah menyakitimu berkali-kali." Jovan tiba-tiba sudah beranjak ke sebelah Ella dan memeluknya.     

"Apa kamu benar-benar tidak keberatan. Tubuhku ...." Ella kembali mengingat traumanya.     

"Tubuhmu sempurna sayang. Jangan meragukan aku. Justru tubuhku yang penuh dosa." Jovan mendongakkan wajah Ella dengan lembut agar memandangnya.     

"Mau kan menjadi istriku lagi?"     

Ella mengangguk dan menangis sambil memeluk Jovan dengan erat. "Aku mencintaimu," ucap Ella bahagia.     

"Aku juga mencintaimu. Cintaaaa banget sama kamu." Jovan menunduk. Mensejajarkan wajah lalu menyatukan dahi mereka.     

"Boleh aku menciummu?" tanya Jovan. Masih khawatir Ella akan trauma.     

Ella merona dan mengangguk pelan.     

Akhirnya. Setelah puasa hampir tiga bulan Jovan akan merasakan bibir istrinya lagi.     

Jovan mendekatkan wajahnya lalu dengan pelan tapi pasti menempelkan bibirnya lembut.     

Jovan tidak mau membuat Ella takut makanya dia berusaha melakukan ciuman ini dengan pelan dan penuh penghayatan.     

Setelah beberapa lama akhirnya Jovan memberanikan diri memasukkan lidahnya.     

Ella mengerang. Jovan langsung semangat. Dengan masih mode lembut Jovan menjilat dan menghisap. Menjelajah seluruh bagian mulut Ella tanpa terkecuali.     

Tubuh Ella sudah menempel erat dengan tubuh Jovan. Tangan jovan juga sudah mulai bergerilya di punggung Ella.     

Ella kembali mengerang ketika Jovan memindahkan ciumannya ke leher. Memberi jejak di sana sini hingga Ella semakin mengeliat geli tapi keenakan.     

"Cantik, sangat cantik." Jovan menarik kaus Ella dan melemparnya sembarangan.     

Napasnya memburu ketika tahu tidak ada apa pun yang menghalangi pandangannya dari dua bukit kencang yang tegak menantang di depan matanya.     

"Jovannnnn." Ella menjambak rambut Jovan dan semakin menengadahkan wajahnya. Merasa nikmat akibat perbuatan Jovan yang sekarang asik menyusu di dadanya. Seolah-olah dadanya adalah makanan yang sangat lezat. Hingga Jovan terus menerus menghisapnya bergantian.     

"Astagaaaa. Ayahhhh. Jangan makan dada Tante cantik mommy tiri di depan Mahesa. Mahesa jadi ingin juga."     

Tubuh Ella dan Jovan langsung menegang.     

"Mahesa kamu ngapain disana nak?" tanya Jovan terkejut melihat anaknya berada di atas ranjang Ella.     

Ella gelagapan dan langsung menutup dadanya dengan kausnya. "Aku lupa. Malam ini Mahesa tidur bersamaku."     

"Whattt?"     

Dua bulan lebih Jovan dicuekin. Tapi Mahesa ternyata bebas bobo bareng Ella kapan saja?     

INI TIDAK ADIL.     

JOVAN INGIN DI KELONIN ELLA JUGA.     

Sayangnya Jovan kembali kecewa. Karena Ella lebih memilih bobo cantik bareng anaknya.     

Menyisakan Jovan yang harus menidurkan sosisnya sendiri di kamar mandi.     

Coli lagi, coli lagi.     

***     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.