One Night Accident

HEAD OVER HEELS 4



HEAD OVER HEELS 4

0Sory baru up. kemarin mati listrik.     
0

Maklum lagi di kampung jadi sinyal juga rada-rada.     

Enjoy Reading.     

***     

Brakkkkk.     

Olive menoleh kearah pintu dan melihat Bayu berjalan menghampiri dirinya dengan wajah panik.     

"Bayu!" Mata olive langsung berkaca-kaca begitu kekasihnya akhirnya muncul.     

Bayu langsung memeluk olive erat.     

"Olivvv, aku hampir kena serangan jantung waktu denger kamu jatuh dari tangga."     

"Aku enggak apa-apa kok." Olive membalas pelukan Bayu. Merasa senang karena kekasihnya mengkhawatirkan dirinya.     

Bayu melepas pelukannya dan melihat kaki olive. "Kata Laras kakimu patah bahkan sampai dioprasi?"     

"Iya, tapi kata dokter paling dua Minggu lagi udah sembuh."     

"Maaf ya aku baru datang. Aku sibuk banget di sana. Bahkan sampai nggak ada waktu buka hp." Bayu menarik kursi dan duduk di sebelah Olive sambil menggenggam tangannya.     

"Iya, aku ngerti kok. Buktinya begitu tahu aku sakit kamu langsung datang," ucap Olive sambil tersenyum menenangkan.     

Bayu menatap ruangan Olive heran. "Ini bukannya ruang VVIP ya?"     

Olive mengangguk.     

"Olive, ruang VVIP kan mahal. Kamu dapat uang dari mana buat bayar? kamu nggak pakai uang tabungan kita buat nikahan kan?"     

Olive berpikir sejenak. Benar juga, siapa yang akan membayar perawatan dirinya di ruangan VVIP ini. Javier mengatakan sudah membayar semua. Tapi, Olive kan belum periksa emang udah lunas apa belum. Sementara tadi pagi Javier sudah pergi dan belum kembali sampai sore ini.     

Atau, Javier tidak akan kembali karena si bule itu mengatakan kalau Olive tunangannya. Sedang Oliv mengatakan pada Javier dia sudah punya kekasih. Pasti Javier kecewa dan sekarang sudah kembali ke asalnya.     

Lalu, siapa yang akan menanggung semua biaya perawatannya?     

"Kamu benar, sebaiknya aku pindah ke ruang yang lebih murah. Atau kalau bisa rawat jalan saja." Olive menatap Bayu khawatir.     

"Astaga Olive. Aku enggak percaya kamu bisa ceroboh begini. Pasti pernikahan kita bakal tertunda lagi kalau kamu boros terus."     

Olive menatap Bayu kecewa. "Aku enggak boros, aku ada di ruangan ini juga bukan kemauanku."     

"Ya, tapi kenapa kamu mau. Harusnya kamu nolak dongk."     

"Gimana aku nolak, aku abis dioprasi. Aku gak sadar. Emang orang dalam pengaruh obat bius bisa milih tempat." Olive membuang wajahnya kesal. Dia lagi sakit bukannya menghibur malah mikirin duit. Andai dia orang kaya, enggak bakal seperti ini nasib cerita citanya.     

Melihat kekasihnya seperti kecewa. Bayu jadi tidak enak. "Sayang. Maaf, aku enggak bermaksud nyalahin kamu. Kalau aku mampu aku juga maunya kamu dirawat di ruang VVIP biar nyaman. Tapi, kamu tahu sendiri keadaan kita. Mau nikah saja susah, aku sayang sama kamu makanya sebisa mungkin aku bantu nabung. Aku ingin kita cepet-cepet menikah."     

Bayu memeluk olive sayang. "Aku mohon, bersabarlah sebentar lagi. Aku janji, setelah kita menikah. Aku bakal bikin kamu bahagia. Aku akan bales semua kesabaranmu selama ini."     

Olive mendesah dan membalas pelukan bayu. Olive terlalu mencintai Bayu, jadi mana mungkin dia bisa marah padanya. "Iya, aku ngerti. Aku juga sayang sama kamu."     

Bayu mengecup dahi olive sebelum melepas pelukannya. "Ya sudah, sekarang pindah ruang rawat dulu ya!"     

Olive mengangguk dan berusaha turun dari brangkar dengan bantuan Bayu.     

Cklekkk.     

"Kamu mau kemana?"     

Olive dan Bayu langsung menoleh ke asal suara.     

Olive mengerjap melihat Javier yang berdiri dan menatap mereka tajam. Sedang Bayu juga langsung menegang begitu ada cowok tidak dikenal masuk keruangan pacarnya.     

"Kamu siapa?" tanya Bayu langsung.     

"Seharusnya aku yang nanya. Kamu siapa? Jean em ... Olive mau dibawa kemana?" Javier sebenarnya sudah tahu kalau cowok di sana adalah kekasih Jean. Karena Seharian ini dia tidak menemani Jean untuk mengumpulkan semua info tentang kehidupan Jean selama ini.     

Javier mencintai Jean. Dahulu, kemarin, hari ini, besok dan untuk selamanya.     

Javier ingin Jean bahagia. Makanya dia mencari semua data pacar Jean. Javier tidak mau ada lelaki yang menyakiti atau mengecewakan Jeannya.     

Jean sudah cukup susah hidupnya selama di Padang. Sedang Javier hidup berkecukupan di Jakarta. Entah mengapa Javier merasa bersalah untuk itu.     

"Aku Bayu, calon suami Olive," ucap Bayu langsung mengklaim. Soalnya Bayu sudah kenal Olive lama dan mengenal semua keluarga dan teman kerjanya. Pria di hadapannya tidak termasuk orang yang dia kenali.     

Javier melihat kearah Olive. Ingin sekali Javier mengatakan Jean atau Olive itu miliknya. Tapi ... Javier harus menahan diri. Mereka sudah 20 tahun tidak bertemu. Dalam jangka waktu segitu lama, pasti banyak hal terjadi. Dan Javier tidak mau Jean menjauh darinya kalau Javier sampai bertindak gegabah.     

Javier mengulurkan tangannya kearah Bayu. "Aku Javier, saudara Jean em ... Maksudku saudara Olive."     

Bayu masih menatap tangan Javier curiga. "Aku kenal Olive. Dia hanya punya satu saudara dan sekarang masih SMA."     

Javier menarik tangannya saat tidak mendapat sambutan. "Sepertinya kamu tidak mengenal Olive terlalu jauh. Saudara Olive ada 4. Aku anak pertama, Jovan anak kedua. Olive atau kami biasa memanggilnya Jean adalah anak ketiga. Dan Ashoka adik kami paling kecil."     

Bayu melihat Javier lalu melihat kekasihnya bingung. "Olive, apa maksudnya ini?"     

"Aku juga enggak tahu. Javier datang kemarin dan bilang kalau aku adalah saudaranya yang hilang 20 tahun yang lalu. Awalnya aku juga tidak percaya, tapi tes DNA membuktikannya. Lagian, ibu juga bilang kalau aku memang bukan anak kandungnya." Olive menunduk sedih. Bagaimanapun ibunya yang sudah merawatnya sedari kecil. Mengetahui ternyata ibunya bukan ibu kandung yang melahirkan dirinya, tentu saja Olive jadi sedih.     

"Hilang? jadi kamu bukan anak ibumu yang sekarang?"     

Olive menggeleng pelan.     

Bayu hendak memeluk Olive, sayangnya langsung dicegah oleh Javier. "Belum sah, jangan peluk sembarangan."     

Javier tidak rela. Sungguh tidak akan pernah rela ada yang memeluk Jean. Apalagi di depan kedua matanya.     

Jean memang saat ini mengalami amnesia disosiatif sehingga Jean seperti memblokir semua kenangan dan memori yang membuatnya stress atau  trauma. Javier menyimpulkan itu karena tidak ada kerusakan pada otak Jean entah akibat kecelakaan atau kekerasan. Entah apa yang membuat Jean trauma, Javier belum tahu dan akan segera mencari tahu.     

Javier akan sabar menunggu Jean mengingatnya. Dan sampai saat itu tiba, Javier akan berusaha menjauhkan si Bayu ini dari pujaan hatinya.     

Javier susah payah mencari Jean. Tidak mungkin Javier menyerah sekarang. Setidaknya Javier akan berjuang hingga titik darah penghabisan.     

Sebelum janur kuning melengkung. Pacar orang masih bisa di tikung kan?     

Siapa suruh jagain jodoh orang.     

"Maaf, perkenalkan sekali lagi. Aku Bayu, calon suami Olive atau yang kamu panggil Jean." Bayu mengajak berjabat tangan. Kali ini Javier yang tidak mau menyambutnya. Terlanjur kesel tadi.     

"Dan, apa yang kalian lakukan tadi saat aku baru masuk?" tanya Javier melihat Jean yang sudah duduk di pinggir ranjang.     

"Aku mau pindah ruang perawatan. Di sini terlalu mahal, aku tidak sanggup membayarnya," Olive yang menjawab.     

Javier tersinggung kali ini. Dengan bersedekap dia menatap Olive dan Bayu tajam. "Apa kamu berpikir aku tidak akan mampu membayar uang perawatanmu disini? Kamu mau menginap disini 20 tahun lagi juga, aku bisa membayarnya."     

"Dan kamu, bagaimana bisa kamu berpikir mau menikahi saudaraku jika tidak sanggup memberikan kenyamanan untuknya?" tunjuk Javier pada Bayu.     

"Dulu Jean tidak ada yang menjaganya. Tapi sekarang ada aku, kakaknya. Jadi ... hati-hati dengan tindakanmu. Aku mengawasimu mulai hari ini." Javier menunjuk wajah Bayu dengan mata tajam.     

Bayu berdehem jadi salah tingkah. Selama ini Olive yang selalu diawasi oleh mamanya agar tidak bertindak sembarangan dan layak menikah dengan Bayu. Kenapa sekarang dia yang harus menjaga sikap dan diawasi kakak Olive. Berasa Dejavu dia.     

"Javier, kamu apa-apaan sih. Aku itu udah pacaran sama Bayu lama. Tidak pernah ada masalah. Kamu yang baru tiga hari jadi kakakku  sudah ngatur. Nggak usah berlebihan deh, toh selama ini aku sama Bayu baik-baik saja." Olive merasa tidak enak. Apalagi Javier itu baru dia kenal selama beberapa hari, bagaimana mungkin Olive akan membiarkan Javier mengatur dia atau pacarnya.     

Bayu tersenyum lega saat kekasihnya membelanya. Tentu saja, Bayu tahu Olive sangat mencintainya dan Bayu yakin Oliv akan selalu membela dan memaafkan dirinya. Apapun kesalahannya.     

Javier memasukkan tangannya ke kantung celana. Menahan diri dari rasa ingin menonjok Bayu yang terlihat gembira karena dibela oleh Olive.     

"Naikkan kakimu lagi, kamu tidak akan kemana-mana sampai kakimu benar-benar sembuh," ucap Javier pada akhirnya. Memilih mengalah dari pada Jean tidak suka dengan keberadaan dirinya.     

Javier mendekat ingin membantu Jean. Tapi, Bayu yang posisinya lebih dekat sudah membantu Jean lebih dulu. Javier hanya bisa membuang pandangannya. Menahan rasa cemburu dan rasa ingin melenyapkan Bayu dari peradaban.     

Sekarang Javier tahu kenapa Junior dan Alxi suka ngamuk kalau ada lelaki yang ngobrol dengan istri mereka. Jangankan ngobrol melihat kekasih hati dilihat pria lain saja hatinya sudah berasa ingin meledak dan panas membara.     

Andai Javier bisa hipnotis, pasti Jean sudah dia hipnotis agar melupakan Bayu.     

Andai dia adalah Alxi yang bertindak dulu baru berpikir, pasti saat ini Jean sudah berduaan dengannya di kamar. Sedang Bayu mungkin ada di kolam piranha.     

Atau setidaknya dia seperti Jovan si raja gombal dan manusia penuh akal bulus Mungkin saat ini Jean sudah merona karena rayuannya sedang Bayu masih macet di jalan dan akhirnya tidak bisa menemui Jean.     

Sayang ... Javier tetap Javier. Dia tidak bisa melakukan ketiganya.     

Javier hanya bisa memainkan ponselnya dan pura-pura tidak memperhatikan saat  Jean dan Bayu saling tersenyum dan berbicara dengan penuh rasa sayang.     

Javier tahu, mendekati Jean tidak akan mudah. Jadi untuk saat ini dia hanya bisa bersabar dan menahan semuanya.     

Semua akan Javier lakukan untuk membuat Jean kembali mencintainya.     

Sekarang.     

Javier hanya memberi jeda.     

Sampai ada kesempatan merebut Jean dari pacarnya.     

Cohza tetaplah Cohza.     

Sekali jatuh cinta. Jangan harap Javier akan melepaskannya begitu saja.     

***     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.