One Night Accident

HEAD OVER HEELS 10



HEAD OVER HEELS 10

0Enjoy Reading.     
0

***     

"Bisa bicara sebentar?"     

Javier menoleh dan mendapati Bayu hanya berjarak satu meter darinya.     

Javier mengangguk dan menggeser duduknya agar Bayu duduk di sebelahnya.     

Saat ini Javier sedang berada di kontrakan Bayu. Seperti yang dia janjikan pada Jean tadi pagi bahwa dia akan ikut merayakan ulang tahun Bayu bersama.     

Javier mengira dia hanya akan berakhir menjadi kacang seperti biasanya. Menambah sakit hati dan kekecewaan melihat Jeannya dan Bayu yang bahagia.Tapi, tidak. Javier terlalu fokus dengan setan yang mengikuti Jean dan masih terus menempel berusaha masuk. Javier takut Jeannya celaka. Bagaimanapun juga Javier bukan dukun, bukan orang pintar atau ustadz yang bisa menyembuhkan dan mengobati orang yang di ganggu makhluk tak kasat mata atau menyembuhkan pelet.     

"Boleh aku bertanya sesuatu?" Bayu melihat Javier yang hanya lurus memandang ke depan. Bayu itu masih heran dengan kakak Olive. Dia terlihat pendiam dan tak tersentuh. Bahkan di pesta dadakan yang dilakukan Olive untuknya Javier terlihat menarik diri. Padahal ada keluarganya juga di sana. Setidaknya sebagai calon besan harusnya ada basa basi menyapa dan berusaha akrab. Tapi, Javier tidak melakukannya bahkan cenderung terlihat tidak peduli dan seperti berada di dunianya sendiri. Olive juga terlihat berbeda hari ini. Apa Olive dan kakaknya sedang ada masalah?     

"Aku boleh bertanya sesuatu?" Bayu mengulangi saat tidak mendapatkan jawaban dari Javier.     

"Hmmm." Javier benar-benar tidak berminat berbicara dengan Bayu. Bagaimanapun dia kan saingannya.     

"Aku merasa Olive terlihat berbeda hari ini. Apakah dia sedang memiliki masalah?" tanya Bayu penasaran.     

Javier akhirnya menoleh kearah Bayu.  "Berbeda bagaimana maksudmu?"     

"Dia terlihat seperti tidak senang. Maksudku ... em ... biasanya jika bertemu denganku dia akan langsung memeluk dan mengatakan betapa dia mencintaiku. Tapi ... ini aneh. Olive memberi surprise padaku tapi malah dia yang terlihat tidak berminat. Biasanya kalau ada ibu dan ayahku Olive akan bersikap sangat manis. Pokoknya dia terlihat berbeda hari ini. Aku ... jadi khawatir," ucap Bayu menyampaikan unek-uneknya.     

Javier mengeryit. Apa peletnya si Yanuar mulai berpengaruh? Javier semakin tidak tenang. Tahu pasti efek samping pelet satu itu sangat luar biasa.     

"Javier? apa kalian sedang ada masalah? kalau iya, kamu bisa bilang padaku. Siapa tahu aku bisa membantu."     

"Membantu?" Javier kembali memandang Bayu. Apa benar Bayu bisa membantunya? Tidak apa-apa kah jika meminta bantuan Bayu? Tapi, kalau bukan Bayu siapa lagi? Javier tidak mengenal wilayah di sini dan orang-orang. Sedangkan meminta bantuan Pian? nanti bocah itu ketakutan karena tahu dia indigo. Minta tolong Alxi, yang ada dia bisa dikatain gila karena minta dicarikan dukun.     

"Iya. Jika aku bisa aku akan bantu." Bayu meyakinkan.     

"Bisa kita bicara di tempat yang lebih privat?" tanya Javier. Tidak mau ada yang mendengar pembicaraan mereka.     

"Kita ke kamarku saja." Bayu berjalan ke samping rumah. Agar keluarganya dan Olive tidak melihat mereka masuk kamar lewat belakang.     

"Jadi, ada apa sebenarnya?" Bayu langsung bertanya begitu mereka sudah berada di kamar. Bagaimana tidak, baru kali ini kakak Jean terlihat mempercayainya. Kesempatan bagus mengakrabkan diri.     

"Apa kamu mengenal atau tepat dukun, orang pintar atau ustadz yang bisa menyembuhkan pelet."     

"Apa?" Bayu bengong.     

"Ada atau tidak?" tanya Javier tidak sabar.     

"Siapa yang kena pelet?"     

"Olive."     

"Aku tidak pakai pelet untuk mendekati Olive. Jika itu yang kamu tuduhkan." Bayu tersinggung.     

"Siapa yang bilang kamu yang sedang memelet Olive. Ada orang lain yang sedang mendekati pacarmu dan menggunakan ilmu pelet untuk mendapatkannya."     

"Serius? dari mana kamu tahu?" Bayu setengah percaya.     

"Aku indigo dan bisa melihat setan kober yang dikirim orang itu."     

"Ha ...." Bayu kembali bengong.     

"Tsk, aku indigo yang bisa interaksi langsung dengan setan. Bisa bicara dan menyentuh mereka. Aku bisa menyuruh setan pergi dari sebuah rumah. Tapi, aku tidak tahu caranya menjauhkan setan kiriman pelet. Karena setan kiriman itu memiliki perjanjian dengan sang pengirim berbeda dengan setan penghuni pohon atau rumah yang tidak terikat dengan siapapun."     

Bayu tidak tahu harus berkata apa. Pantas kakak Olive suka menyendiri. Ternyata bisa lihat setan to?     

"Sepertinya percuma bicara denganmu." Javier mulai beranjak pergi. Tapi sebelum membuka pintu dia menoleh ke arah Bayu.     

"Sebenarnya aku tidak peduli siapa yang akan menikah dengan Jean. Maksudku Olive. Hanya saja pelet kiriman itu kuat. Saat ini Olive belum terpengaruh karena aku memberikan perlindung. Tapi, itu tidak akan lama. Jika pelet itu berhasil masuk. Pilihannya hanya dua. Menikahkan Olive dengan si pengirim pelet. Atau membiarkan Olive jadi gila." Javier membuka pintu.     

Seolah baru tersadar Bayu segera mencegahnya. "Tunggu dulu. Sepertinya aku tahu harus meminta tolong siapa."     

Javier menutup pintu itu kembali dan melihat Bayu dengan ragu. "Benarkah?"     

"Temanku dulu juga ada yang jadi korban pelet. Lalu disembuhkan oleh seorang dukun. Jadi, biar aku tanya siapa tahu dukunnya masih ada." Bayu mengambil ponselnya dan langsung menelpon temannya.     

Javier duduk dan mendengarkan obrolan Bayu. Terlihat lega begitu Bayu tersenyum lebar. "Dukunnya masih ada. Besok kita bawa Olive ke sana."     

"Bisa malam ini saja? Aku khawatir pelindungku tidak bertahan sampai besok."     

"Malam ini?"     

"Iya, mumpung Olive masih belum terpengaruh."     

"Sebentar, aku tanya temanku lagi." Sekali lagi Bayu menelpon temannya. Lagi-lagi Javier hanya menyimak.     

"Baiklah kita bisa ke sana malam ini."     

"Oke, kita berangkat sekarang."     

"Sekarang?" Apa kakak Olive memang pemaksa dan tidak sabaran?     

"Mau nunggu Olive ke pelet orang lain?" Javier tidak menunggu jawaban Bayu dan langsung keluar dari kamar menuju ruang keluarga di mana Jean dan keluarga Bayu berada.     

"Lho, kalian kok bisa dari kamar?" tanya ibu Bayu bingung saat melihat Javier dan Bayu bersama.     

"Biasalah pembicaraan pria. Oh ya Bu, Pak. Bayu dan Javier mau ajak Olive pergi sebentar."     

"Mau kemana? ibu kasih surprise kamu kok malah kabur. Mau bikin pesta sendiri ya?"     

"Yaelah, Bu. Kayak enggak tahu anak muda saja."     

"Ya sudah. Tapi, nggak ada acara mabuk-mabukan ya. Ibu enggak suka."     

"Ya enggaklah Bu. Masak Bayu ajak Olive mabuk. Lagian ada Javier, kakaknya."     

"Sudah biarkan saja Bu. Asal jangan pulang terlalu malam." Kali ini bapak Bayu yang bicara.     

"Iya Pak, Bu." Bayu langsung menggandeng Olive ke arah mobilnya.  Javier hanya mengikuti dengan mobilnya sendiri.     

"Emang mau kemana sih?" tanya Olive bingung. Apalagi Javier dan Bayu terlihat akrab. Biasanya Javier dingin dan jaga jarak dengan Bayu, bahkan terkesan benci.     

"Sudah, kamu ikut saja." Bayu menyetir mobilnya menuju alamat yang ditunjukkan temannya.     

40 menit kemudian mereka sampai. Olive langsung mengernyit heran saat mereka sampai di tempat rukyah. Siapa yang kesurupan? batin Olive penasaran.     

"Ayo masuk." Bayu kembali menggandeng Olive agar mengikuti diriya. Lagi-lagi Javier hanya bisa melihat dari belakang. Dimana Olive terlihat pas dan serasi dengan Bayu.     

Olive semakin bingung karena ada teman Bayu yang menunggu mereka dengan seorang bapak-bapak yang berpenampilan layaknya orang pintar.     

"Siapa yang diganggu setan? kenapa kita ada di sini?" Olive benar-benar penasaran.     

Bayu menarik Olive agar duduk di tempat yang disediakan. "Menurut Javier ada yang berusaha mencelakai dirimu dengan mengirim makhluk halus."     

Olive tertawa. "Enggak usah ngaco deh. Javier tahu dari mana ada setan ganggu aku. Lagian aku ngerasa baik-baik saja kok."     

Bayu mengerjap heran. "Lho ... kamu enggak tahu kalau kakakmu Javier itu indigo?"     

Olive tertawa.     

"Kalian becanda kan?" Olive melihat Bayu yang serius lalu melihat Javier yang juga hanya diam saja.     

"Beneran sayang. Makanya aku bawa kamu ke sini. Kamu ingat kan Farhan teman aku dulu juga pernah jadi korban makhluk tak kasat mata. Sembuh di sini juga." Bayu menunjuk temannya.     

Olive takut sekarang. "Jadi ada yang mau mencelakai aku?"     

"Bukan mencelakai. Tapi ada pria lain yang menyukaimu. Karena tahu kamu mencintaiku makanya dia kirim pelet agar mendapatkan dirimu."     

"Ha ... terus aku harus bagaimana?" tanya Olive semakin takut.     

"Tenang saja. Gunanya kita di sini karena ingin kamu sembuh. Jangan khawatir ya."     

Olive mengangguk tapi tetap menurut saat teman Bayu mengajak mereka ke sebuah ruangan yang terlihat seperti kamar ritual.     

"Astagfirullahhaladzim." Orang pintar yang melihat Olive langsung mengelus dadanya.     

"Duduk di sini. Untung segera dibawa kalau tidak wasalam kamu nak." Si orang pintar mendekati Olive, memandang tepat ke setan yang terlihat marah karena keberadaannya terganggu.     

"Siapa yang memberi perlindungan?" tanya si orang pintar takjub saat melihat setan itu kesal tidak bisa melaksanakan tugas.     

"Kakaknya." Bayu menunjuk Javier yang dari tadi hanya diam.     

Si orang pintar melihat Javier dan langsung mendekat. "Kamu istimewa, sangat istimewa. Aku bisa melihat itu.  Aku bisa sedikit membimbingmu dan kamu akan bisa mengendalikan mereka sesuka hati."     

"Tidak, trima kasih. Aku tidak tertarik." Javier masih lebih suka menjadi dokter. Karena walaupun dia bisa melihat ketidak logisan tapi Javier masih lebih suka melihat orang sakit minum obat bukan di mantrai.     

"Sayang sekali. Padahal bakatmu terlihat luar biasa. Kalau berubah pikiran, kemarilah sesukamu. Aku akan senang jika ada orang berbakat mau membantu sesama. Menyembuhkan orang sakit itu sangat mulia."     

"Aku sudah melakukan itu setiap hari. Aku dokter."     

Olive dan Bayu menoleh kearah Javier terkejut.     

"Kamu dokter?" tanya Olive baru tahu.     

"Apa aku tidak pernah bilang?" tanya Javier menatap Olive bingung.     

"Tidak, kamu hanya bilang punya pekerjaan di Jakarta. Tapi tidak bilang kamu seorang dokter. Sekarang kalau kamu cuti sebegitu lama, bagaimana keadaan pasienmu?" tanya Olive mengira Javier membuka praktek sendiri di rumah dan sekarang menutupnya gara-gara dia.     

"Tenang saja ada dokter kompeten yang bisa menggantikan aku."     

"Lalu bagaiman kalau kamu dipecat karena ada banyak dokter yang bisa menggantikan dirimu." Olive tidak mau membuat orang lain kesusahan karena dia.     

"Itu rumah sakit milikku, siapa yang berani memecatku?"     

Olive inging bicara tapi dia urungkan. Apa sebegitu kaya keluarga angkatnya?  pantas Javier kadang terlihat arogan dan menyepelekan semuanya. Anak holang terlanjur kaya ternyata.     

Bayu ikut terkejut. Sekarang dia tahu dari mana kekayaan Javier berasal. Bagaimana bisa seorang pemuda yang usianya sama seperti dirinya bisa membuang-buang uang untuk membeli rumah buat Olive dan keluarganya, serta membelikan motor Pian seharga ratusan juta. Padahal status Olive hanya saudara angkat. Ternyata dia seorang dokter, anak pemilik rumah sakit lagi. pantas banyak duit. Tidak sia-sia Bayu  mengakrabkan diri dengan Javier. Dia  akan memiliki kakak ipar dokter. Mungkin pernikahannya dengan Olivi akan dia percepat. Sayang kalau sampai kehilangan besan sekaya itu.     

"Sudahlah sayang. Kita bicarakan pekerjaan Javier lain kali. Sekarang kita fokus menghilangkan pengganggu dirimu." Bayu mulai sekarang akan bersikap baik dan manis pada Olive. Tidak mau Javier mengeliminasi dirinya sebagai calon adik ipar.     

"Benar, sebaiknya kita menyembuhkan dirimu dulu." Javier setuju.     

"Baiklah, mari ikut saya." Si orang pintar mengajak Olive untuk memulai  pengobatan.     

Javier awalnya anteng saja. Tapi saat melihat ternyata melakukan rukyah itu sangat menyakitkan dan berat. Javier tidak tega. Apalagi Jeannya terlihat menangis dan terus merengek minta dilepaskan. Seolah-olah ada yang menusuk seluruh tubuhnya dengan jarum. Javier tidak tahan melihat itu dan memilih keluar. Membiarkan Bayu menemani Jean dan menghiburnya.     

Javier merasa gagal. Ternyata memang hanya Bayu yang cocok dan bisa selalu ada untuk Jeannya.     

Malam itu Javier berpikir dengan hati hancur. Mengakui bahwa dia kalah jauh dibandingkan Bayu.     

Mungkin memang Javier harus mulai melepaskan Jean untuk Bayu. Karena sepertinya Bayu bisa melindungi dan mengayomi Jean lebih baik darinya.     

Javier butuh Jovan.     

***     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.