One Night Accident

HEAD OVER HEELS 14



HEAD OVER HEELS 14

0Enjoy Reading.     
0

***     

"Kapan kamu bisa ke sini. Keadaan makin runyam tahu enggak?" Jovan menelpon Junior.     

"Javier ke Padang, kamu ke Padang dan sekarang aku  juga akan ke Padang. Kamu pikir papaku enggak bakal curiga?" Junior berkata di sana. Duo J ingin dia merahasiakan tujuan mereka ke Padang tapi sekarang malah menyuruhnya menyusul ke sana. Otomatis papanya yang super kepo akan langsung curiga dan bertanya macam-macam. Junior malas menanggapinya.     

"Ya sudah kasih tahu saja sama papamu ada apa di Padang tapi jangan bilang-bilang sama mom dan dad dulu. Aku mau kamu ke sini segera, Javier patah hati ini. Memangnya suara retakan hatinya tidak terdengar sampai ana apa?" ucap Jovan sok dramastis.     

Di seberang sana Junior mendesah menghadapi Jovan yang selalu alay mirip papanya. Dulu mereka ketuker enggak sih?     

"Junior dengar tidak? Aku mau kamu secepatnya ke sini." Walau Javier sudah mundur teratur tapi Jovan masih tidak rela. Jovan mau memastikan Jean mengingat semuanya barulah Jovan akan meletakkan keputusan di tangan Jean.     

Maka dari itu Jovan memaksa Junior datang ke kota Padang. Untuk membuka memori Jean agar tahu apakah Jean masih akan memilih Bayu atau akan kembali mencintai Javier jika sudah ingat nanti. Sekaligus mencari tahu alasan Jean. Kenapa dulu dia pergi dari rumah.     

"Yakin?" tanya Junior.     

"Iya Jun. Pokoknya kamu cepat ke sini, sedih aku lihat Javier mukanya kusut lagi." Sebagai saudara kembar sehati senasib dan seperjuangan Jovan tidak tega melihat Javier patah hati dan merana.     

"Lusa aku ke sana."     

"Kenapa tidak sekarang saja?"     

"Aku profesional. Bukan seperti kalian yang meninggalkan pekerjaan sesuka hati." Lalu panggilan terputus.     

Jovan auto mengumpat. Adik sepupunya yang satu itu kaku luar dalam. Sesekali keluar jalur enggak masalah kan. Tidak setiap hari juga Jovan dan Javier tiba-tiba cuti kerja.     

Rumah sakit juga punya mereka sendiri ini. Kayak bakal ada yang mecat saja.     

Jovan keluar dari kamarnya menuju rumah Olive. Berusaha mencari Javier yang dari sore tidak terlihat. Kalau tidak di sana ke mana lagi Javier pergi.  Apalagi tiga hari dari sekarang Olive dan Bayu akan mengadakan acara pertunangan secara resmi. Lalu seminggu kemudian mereka akan menikah.     

Potek-potek hati Javier.     

Remuk redam perasaannya.     

Alamat bakal kelabu hari-hari Javier kalau hal ini dibiarkan.     

Jovan sebenarnya sedikit heran. Karena Bayu mengatakan ini memang dadakan tapi kenapa semuanya terlihat sudah siap sedia. Seolah-olah ini sudah terencana dari lama.     

Bodo amatlah.     

Bagi Jovan sebelum janur kuning melengkung masih banyak tikungan yang bisa Javier lalui. Jovan tinggal menjadi Maps yang memberi Javier dan Olive tujuan agar bisa bertemu di tempat yang sama.     

Bayu ... buang ke laut saja.     

Atau kasih ke bencong simpang lima.     

Lebih bagus kalau pergi ke antariksa dan enggak usah kembali untuk selamanya.     

Jovan memasuki rumah Olive yang sudah mulai terlihat memiliki dekorasi berbeda karena akan ada acara besar. Tapi tidak mendapati Javier di manapun.     

"Pian ... lihat Javier enggak?" tanya Jovan.     

"Kak Javier? gak ada ke sini kak." Pian menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari televisi.     

"Trus, yang lain ke mana?"     

"Ibu udah tidur, kak Olive kayaknya tadi ada di garasi. Memastikan motorku tergembok." Memang sejak Pian keluar dari kantor polisi Olive menghukum Pian tidak boleh membawa motor selama seminggu. Alhasil Pian kembali ngangkot. Hari ini Pian sudah boleh membawanya lagi tapi hanya ke sekolah. Begitu sampai rumah motor bakal langsung di gembok sama Olive biar Pian enggak kelayapan katanya.     

Jovan mengangguk dan mencari Olive. "Jean kamu lihat Javier gak?"     

Olive menoleh kaget. "Jovan ... bisa panggil Olive saja enggak sih?"     

"Enggak ah. Namamu kan emang Jessica aku lebih suka panggil kamu Jean. Bukan Olive." Jovan berharap dengan terus memanggil Jean siapa tahu yang punya nama jadi ingat.     

"Gimana tahu Javier ada di mana enggak?"     

"Enggak," jawab Olive jutek.     

Jovan mengangguk dan bersandar ke tembok. "Jean ... kamu yakin mau menikah dengan Bayu?" tanya Jovan.     

Olive mendesah. "Yakinlah, aku kan sudah pacaran lama dengan Bayu dan mempersiapkan pernikahan ini jauh hari."     

"Jadi ... kamu beneran enggak cinta sama Javier? sedikit mungkin? Hati kecilmu tidak ada rasa bersalah atau ada yang mengganjal gitu. Mungkin ragu, takut dan merasa ini semua tidak pada tempatnya?" tanya Jovan berharap Olive goyah.     

Jovan itu ahli percintaan dan tahu Olive sebenarnya mulai ada rasa dengan Javier walau itu hanya sedikit. Jovan selama ini sudah mengamati dan sering melihat Olive merona karena semua perhatian Javier. Hanya saja dia menepisnya karena menganggap sudah punya Bayu sebagai kekasih.     

"Jovan aku tahu kalian dari awal memang tidak suka Bayu. Tapi aku mencintainya dan sekarang sudah mau menikah dengannya jadi aku mohon jangan membuatku ragu atau melakukan sesuatu yang membuat pernikahanku dengan Bayu batal. Please." Olive mulai resah gara-gara Jovan sudah seminggu ini merecokinya terus dengan pertanyaan sama.     

Jovan mengangguk. Lalu mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya.     

"Ini milikmu." Jovan menaruh sebuah kalung ke telapak tangan Olive.     

"Aku tidak merasa punya kalung ini." Olive melihat ada liontin dengan huruf J di sana.     

"Javier membelikan kalung itu saat kamu ulang tahun ke 9. Jadi itu memang milikmu. Kamu boleh menikah dengan Bayu tapi jika Bayu menyakitimu ingatlah masih ada Javier yang akan selalu mencintaimu sampai kapanpun." Jovan pergi tanpa menunggu reaksi Olive.     

Olive terpaku seperti tidak asing dengan kalung di tangannya.     

Benar kata Jovan. Olive sebenarnya ragu dengan pernikahan ini. Apalagi sikap keluarga Bayu yang sekarang terlihat aneh. Dulu mereka pesimis dan memandang Olive sebelah mata. Tapi sekarang mereka terlihat sangat antusias dan ramah.     

Olive sempat berpikir semua karena Javier memberinya rumah dan kendaraan. Tapi ... Bayu menepis semuanya itu. Bayu dengan terang-terangan mengatakan mencintai Olive dan merasa tidak rela kehilangan dirinya setelah Olive bebas dari pelet waktu itu. Katanya Bayu tidak mau ambil resiko Olive di pelet orang lain lagi. Makanya dia menawarkan agar segera menikah saja tanpa mempedulikan uang Olive yang masih kurang.      

Bayu memang lebih perhatian sejak dari orang pintar waktu itu. Mau mengantarnya kemana saja. Sering mengajaknya kencan bahkan membawanya makan ke restoran mewah.     

Tapi entah kenapa semua perhatian Bayu tidak membuat Olive merasa istimewa. Justru seperti ada yang hilang dari hidupnya tapi Olive tidak tahu itu apa?     

Olive meragukan perasaanya sendiri. Benarkah dulu dia sangat mencintai Javier? Benarkah sampai sekarang dia sebenarnya masih mencintai Javier juga?      

Olive tidak tahu.     

***     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.