One Night Accident

HEAD OVER HEELS 21



HEAD OVER HEELS 21

0Enjoy Reading.     
0

***     

Ada yang terasa hilang. Olive tidak tahu itu apa? Tetapi ... Setelah Javier mengucapkan kata selamat tinggal entah kenapa air mata menetes terus. Hatinya juga terasa sakit. Bukan karena Javier memperkosanya tapi karena tahu dia tidak akan pernah bertemu lagi dengan Javier.     

Olive duduk di depan meja rias dan menatap wajahnya di cermin. Nanti malam dia bertunangan dengan Bayu. Hal yang sudah bertahun-tahun dia perjuangkan akhirnya akan menjadi nyata. Tapi ... Olive tidak merasakan kebahagiaan seperti yang di harapkan selama ini. Bahkan setelah Bayu masih mau menerimanya apa adanya. Olive hanya merasa lega dan senang karena bisa jujur. Bukan bahagia karena merasa Bayu benar-benar mencintainya.     

Javier merusak semuanya. Tubuhnya, pikirannya, dan juga hatinya.     

Sekarang Olive tidak akan bisa melupakan Javier setiap melihat rumahnya. Olive akan memikirkan Javier jika melakukan malam pertama dengan Bayu. Hati Olive ... entah sejak kapan terisi nama Javier juga. Olive merasa seperti penghianat.     

Olive merebahkan kepalanya di meja rias dan menangis lagi. Kenapa ini harus terjadi. Kenapa Olive tidak bisa bahagia di hari yang seharusnya adalah hari istimewa baginya.     

Olive mulai meragukan dirinya sendiri. Meragukan keputusannya tetap menjalankan pernikahan dengan Bayu. Walau Bayu bilang menerimanya apa adanya. Bagaimana kalau setelah beberapa lama Bayu akan mengungkit dan merasa dirugikan olehnya.     

Banyak ketakutan yang memasuki otak Olive. Akan tetapi Olive juga tidak kuasa membatalkan semuanya. Bagaimana nasib keluarganya jika sampai pernikahan ini batal. Ibunya akan malu dan jadi bahan pembicaraan tetangga. Bagaimana kalau Pian juga  mendapat olok-olok di sekolahnya karena punya kakak yang usianya sudah memasuki kepala 3 tapi batal menikah. Bahkan mungkin jika keluarga Bayu sampai tersinggung mereka akan memberitahukan kenyataan kalau dia sudah tidak perawan. Setelah itu, pasti semua orang akan menganggapnya murahan.     

Semua orang akan menganggap Bayu yang mencampakkan dirinya. Lalu setiap pemuda di sana hanya akan menatapnya sebelah mata. Hanya dianggap wanita lacur yang tidak cocok untuk dinikahi.     

Olive tidak sanggup membayangkan itu semua. Tidak bisa kalau keluarganya mendapat perkataan yang tidak-tidak akibat perbuatannya.     

"Jean ...." terdengar suara ketukan di pintu kamarnya. Itukan suara Jovan? Olive pikir Javier pergi bersama Jovan sekaligus.     

"Jean ... kamu di dalam? ada yang ingin aku kenalin sama kamu," ucap Jovan dari depan pintu.     

Olive mengusap air matanya lalu berjalan ke arah pintu. Tapi ketika sudah akan membukanya dia berubah pikiran. Javier dan Jovan memiliki wajah yang sama. Masih sanggupkah Olive menatap Jovan setelah apa yang dilakukan Javier padanya?     

Olive mundur. Mengabaikan panggilan Jovan dan memilih pura-pura tidur. Dia belum sanggup menghadapi Jovan tanpa teringat kenangan semalam bersama Javier.     

Jovan mengetuk sampai beberapa kali. Tapi hasilnya nihil. Lalu dia berbalik dan kemblai ke arah Junior.     

"Kayaknya Jean ketiduran. Aku ketuk pintu kamarnya enggak dibuka," ucap Jovan pada Junior dan langsung duduk di sebelahnya.     

"Bangunkan."     

Jovan melirik Junior kesal. "Bangunin sendiri sono kalau berani. Kita belum seakrab itu ye. Sampai bisa sembarang masuk kamar anak perawan orang."     

Junior terdiam sebentar lalu tiba-tiba berdiri. "Aku mau menyusul Qi."     

Tanpa menunggu jawaban Jovan junior sudah menghilang. Set dah takut banget bininya ilang. Lagian emang Jujun mau naik apa nyusul istrinya? Kayak tahu jalan saja.     

Jovan melihat ke sekelilingnya. Tapi ngomong-ngomong Javier ke mana?     

Jovan kan mau bikin rencana jitu. Kenapa malah menghilang sih?     

Pasti lagi ngumpet entah di mana karena galau.     

Tenang saja Jav. Nanti malem Jean pasti balik sama kamu. Jovan kembali kerumahnya dengan senyum lebar. Mempersiapkan kejutan untuk keluarga Bayu nanti malam.     

***     

"Kalian yakin ini paling bagus."     

Pian dan Laras mengangguk.     

"Oke. Ayo masuk." Qi melenggang memasuki butik ternama dan langsung di sambut pramuniaga dengan senyum ramah.     

Laras dan Pian hanya bisa berdecak melihat berbagai baju dan tas serta sepatu di sana. Terlihat keren semua.     

"Orang kaya, belanjanya  beda ya. Pengen baju apa. Ada yang pilihin," ucap Laras begitu melihat Queen mengatakan gaun yang dia inginkan dan pramuniaga itu langsung menunjukkan beberapa koleksinya.     

"Kita kalau di pilihin malah ujung-ujungnya bikin malu kak. Kita kan pilih baju dari harga. Iya kalau dipilihnya harga murah kalau harga mahal duit dari mana kita." Pian menyahut.     

"Jangan salah. Tas aku yang warna creame harganya 250 ribu tahu. Beli di Mall pas abis gajian." Laras tidak mau kalah     

"Baru 250 bangga. Itu tasnya kak Queen asli bukan Kw. Pian jamin harganya di atas 5 juta."     

"Eh ... serius Pian? kok kamu tahu sih kalau itu bermerek dan harganya jutaan?  kamu kan cowok?" tanya Laras curiga.     

Pian hanya tersenyum. Dia enggak mungkin bilang ke Laras kalau pernah kerja serabutan ditempat karaoke di mana kebanyakan teman kerjanya wanita yang suka ngomongin artis dan barang brended. Nanti diaduin ke kakaknya Olive.     

"Kak ini bisa tolong di bawa dulu." Seorang pramuniaga tiba-tiba menyerahkan beberapa gaun dan tas kepada Pian dan Laras. Tentu saja mereka langsung membantu membawanya.     

"Apa-apaan ini. Kenapa mereka suruh bawa barang? Pian, Laras taruh," tunjuk Queen ke arah kursi. Mereka berdua langsung melakukannya.     

"Kamu jangan sembarang. Mereka itu adek-adek aku. Sekarang panggil yang lain. Layani juga mereka, Carikan baju yang bagus," perintah Queen pada pramuniaga yang tadi menyuruh Pian dan Laras membawa barang. Dipikir Pian sama Laras pembantu dia apa. Yah ... walau penampilan mereka biasa saja sih.     

Laras masih memakai seragam minimarket dan Pian hanya pakai celana jeans dan kaus biasa karena tadi main ditarik sama Queen.     

"Kak ... aku enggak usah." Laras bicara, duitnya mana cukup beli baju di sini.     

Queen langsung menatapnya tajam "Kamu ... Carikan baju pesta yang bagus untuknya," perintah Queen tidak bisa diganggu gugat.     

Akhirnya Laras hanya berani mengangguk karena Queen mengeluarkan wajah judesnya.     

Menyisakan Queen bersama Pian.     

"Kak ... kok disini makin dingin ya?" tanya Pian saat Queen memilihkan kemeja yang akan di pakai Pian nanti malam.     

Queen menoleh dan langsung tersenyum lebar. "Steveee." Queen melewati Pian begitu saja dan memeluk Junior yang ternyata ada di belakang Pian.     

Pantesan dingin ada frezer berjalan di belakangnya. Batin Pian. Heran cewek secantik Queen tahan memiliki suami dingin kaku macam es batu.     

"Sudah selesai?" tanya Junior datar.     

"Belum. Apa kamu mau melihatku mencoba beberapa gaun?" tanya Queen sambil merapatkan pelukannya.     

Junior mengangguk. Queen semakin tersenyum lebar.     

"Kamu, bantu Pian cari jas yang bagus." Queen memerintah pramuniaga yang tadi membantunya lalu menarik Junior ke arah ruang ganti untuk melakukan fashion show. Tentu saja dengan Junior sebagai satu-satunya penonton.     

***     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.