One Night Accident

HEAD OVER HEELS 23



HEAD OVER HEELS 23

0Enjoy Reading.     
0

***     

Dok, dok, dok.     

Javier terbangun saat mendengar suara gedoran pintu kamarnya disertai panggilan dari Mahesa.     

Javier turun dari ranjang dengan langkah yang berhati-hati. Mengingat Jean Kw habis mengamuk dan merusak seluruh perabot kamarnya.     

Baru saja Javier membuka pintu saat Mahesa langsung melompat ke arahnya.     

"Mahesa takut paman," ucap Mahesa memeluk pinggang Javier kuat dengan wajah di sembunyikan di perutnya.     

Javier menunduk dan berjongkok agar sejajar dengan keponakannya. "Ada apa?" tanya Javier khawatir ketika melihat wajah Mahesa pucat pasi.     

"Tante Mirna menyeramkan." Mahesa menunjuk ke lantai bawah.     

Belum sempat Javier mencerna perkataan Mahesa seorang maid menghampirinya dengan terengah-engah. "Tuan, mbak Mirna kesurupan."     

"Kesurupan?"     

"Iya, tuan. Sekarang lagi di pegangin sama para bodyguard biar enggak mengamuk."     

Javier berpikir cepat. Apa Jean yang merasukinya. Mengingat setan butuh tenaga ekstra jika ingin menampakkan diri. Sedang energinaya pasti sudah lumayan terkuras saat mengamuk di kamarnya tadi. Makanya sekarang dia meminjam raga Mirna agar bisa meneruskan amukannya.     

"Kamu bawa Mahesa ke tempat paman Marco dan minta tolong padanya agar segera ke mari," perintah Javier menyerahkan Mahesa pada maid tersebut.     

Javier turun bersama maid dan Mahesa di belakangnya yang langsung berjalan terus keluar rumah. Sedang Javier mendekati Mirna yang menggeram seperti suara kasar karena tidak bisa mengamuk dengan tangan dan kaki yang di pegang oleh empat bodyguard.     

Javier yakin itu Jean Kw. "Keluar dari sana," perintah Javier.     

Mirna malah tertawa terbahak-bahak.  "Aku suka di sini. Aku tidak akan pernah pergi dari sini. Ini rumahku, kamu milikku," teriak Mirna menggelegar.     

"Aku bukan milik siapa pun. Keluar sekarang atau aku akan membuatmu pergi tanpa bisa kembali." Javier duduk dan menatap Mirna tajam.     

Lagi-lagi Mirna tertawa. "Kamu mau mengusirku? Lucu sekali. Jika aku pergi maka kamu juga akan pergi. Kita sudah terikat Javier. Aku sudah mengikatmu sedari dulu. Jadi ... jangan berharap bisa lepas dariku." Mirna menggeram lagi. Berusaha memberontak dengan mata merah marah.     

Para bodyguard yang memegangi Mirna terlihat bingung sekaligus ngeri. Mereka tahu Javier itu indigo. Tapi  melihat Javier ternyata beneran punya kenalan setan. Kok bikin merinding ya.     

"Javier ... menyingkir dari sana."     

Javier menoleh dan melihat Pamannya datang.     

Marco memang tidak bisa melihat setan tapi dia mengenali aura berbeda dari tubuh Mirna.     

"Aku sudah menghubungi orang pintar. Sebentar lagi akan sampai. Sembari menunggu datang sebaiknya kamu wudhu. Kita bacakan ayat kursi bersama," perintah Marco pada Javier.     

Javier mengangguk dan menuju ke kamar mandi. Tapi baru saja dia selesai wudhu. Javier merasakan tubuhnya memanas bahkan saat berjalan menuju ke tempat Marco berada. Javier merasakan dadanya sesak dan perutnya mulas sekali.     

Javier berjalan dengan kaki gemetar semakin lemas. Bahkan dia menabrak kursi karena tidak bisa fokus.  Membuat Marco dan yang ada di ruangan itu menoleh kearahnya.     

Marco dan yang lain membaca surat dalam ayat suci Al-Qur'an.  apa pun yang mereka bisa dan hafal. Sedangkan Mirna menjerit dan berteriak-teriak seperti kepanasan.     

"Javier ... kamu kenapa?" Marco membantu Javier berdiri.     

Javier menyentuh dadanya yang terasa sakit dan terengah-engah seperti kesulitan bernapas. "Panas ... paman."     

Tiba-tiba Mirna tertawa sangat kencang membuat semua orang menoleh ke arahnya. "Aku sudah bilang, kita sudah terikat Javier. Jika aku sakit. Kamu juga akan sakit hahahaaaaaaaa."     

Marco semakin bingung. "Javier, apa maksud perkataannya?"     

Javier menggeleng. Dia juga tidak mengerti kenapa tubuhnya ikut sakit saat para bodyguard itu membacakan doa untuk mengusir Jean Kw. Tapi ... saat Javier sendiri sholat kenapa tidak pengaruh?     

"Javier ... suruh mereka melepaskan aku," perintah Mirna.     

Entah kenapa Javier tiba-tiba berdiri dan berjalan ke arah Mirna. Lalu mendorong bodyguard terdekat agar melepas cekalannya pada Mirna.     

"Javier ... kamu ngapain?" Marco menahan Javier yang sepertinya menuruti perkataan Mirna.     

"Jangan sampai lepas dan terus baca doa," perintah Marco pada bodyguardnya sambil berusaha menahan Javier dan ikut membaca ayat kursi.     

Mirna kembali menjerit dan mengerang kepanasan. Javier ikut merasakan sakit itu lagi hingga tubuhnya merosot ke lantai.     

Marco jadi bingung. Jika dia berhenti membaca doa. Mirna akan terus kesurupan. Tapi ... jika dia teruskan membaca doa Javier ikut kesakitan.     

Untungnya ditengah kebingungannya orang pintar yang di jemput anak buahnya sudah datang.     

"Astagfirullahhaladzim." Orang pintar itu langsung beristighfar begitu melihat Mirna dan Javier.     

"Keponakanku kesakitan? Bagaimana ini?" tanya Marco panik.     

Ternyata orang pintar itu tidak sendirian. Sepertinya dia ustad dan tiga pemuda itu adalah santrinya. Tapi ... penampilan biasa saja alias tidak seperti yang di televisi. Di mana pengusir setan harus ustad dengan sorban dan kopyah di kepalanya.     

"Sebentar," ustad itu mendekati Marco dan Javier.     

"Sepertinya keponakan bapak ada hubungan khusus dengan yang merasuki nona itu." Ustadz itu sudah sering menangani kasus seperti ini.     

"Hubungan khusus yang bagaimana?" tanya Marco semakin tidak mengerti.     

"Keponakan anda pernah tidur bersama atau melakukan hubungan intim degan setan itu."     

"Astagfirullahhaladzim, yang bener pak ustadz?" Marco melihat ke arah Javier. Eh ... benar juga aura Javier sudah tidak perjaka. Apa karena nidurin ini setan terus setannya keenakan dan tidak mau pergi.     

Ustadz itu mengangguk. " Sekarang saya minta bapak pegang erat-erat keponakan bapak. Apa pun yang terjadi. Jangan di lepaskan."     

Marco mengangguk.     

Ustadz itu menyuruh tiga pemuda itu mendekat ke arah Mirna. "Bacakan doa agar setannya keluar. Aku akan menjaga yang di sini."     

Tidak berapa lama terdengar jeritan Mirna semakin keras dan kencang. Bersamaan dengan itu Javier juga merasakan sakit luar biasa ditubuhnya. Marco sampai kualahan memegang Javier yang tubuhnya terlihat bergetar dengan wajah menahan sakit. Ustadz di dekat Marco juga membaca doa untuk Javier hingga Javier semakin merasa Seluruh tubuhnya di tusuk-tusuk dengan paku.     

"Huuukkkhhh ... Brusssshhhhh."     

"Astagfirullahhaladzim." Marco kaget saat tiba-tiba Javier menyemburkan darah segar dari mulutnya.     

Marco hendak melepas Javier. Tapi ustadz itu mencegahnya dan terus membaca doa.     

Marco tidak tega. Apalagi melihat wajah Javier yang sudah pucat seperti mayat karena muntah darah berkali-kali. Bahkan lantai tempat mereka duduk sudah dipenuhi warna merah karena banyaknya darah yang di keluarkan Javier.     

Hampir dua puluh menit kemudian akhirnya setan yang berada di tubuh Mirna berhasil di keluarkan paksa. Sedang Javier langsung jatuh tidak sadarkan diri.     

"Boleh saya bawa Javier ke rumah sakit. Dia kehabisan banyak darah." Marco baru berani bicara saat ustadz itu seeprtinya sudah selesai memabaca doa.     

"Tunggu sebentar, saya ikut." Ustadz itu menghampiri tiga santrinya. Sepertinya memberi instruksi kepada mereka untuk menangani Mirna yang saat ini bangun dengan tubuh lemas karena habis kerasukan.     

"Jangan lupa sterilkan rumah ini, dan pastikan setan pengganggu itu tidak kembali," perintah ustadz yang langsung di patuhi santrinya.     

Marco sudah membawa Javier masuk ke mobil dan langsung menyuruh sopir membawanya ke rumah sakit begitu ustadz ikut masuk ke dalamnya.     

"Jadi ... apa yang  sebenarnya terjadi pada keponakanku pak ustadz?" tanya Marco sambil melepas baju Javier yang belepotan darah tentu saja setelah mengecek denyut nadi dan jantungnya.     

"Saya jelaskan nanti saja. Sebaiknya anda tangani keponakan anda dulu. Saya ikut untuk memastikan setan itu tidak mengikuti keponakan anda lagi."     

Marco mengangguk dan segera mengusap bekas darah di wajah dan tubuh Javier dengan tisu basah di mobil. Untung tidak berapa lama kemudian mereka sampai di rumah sakit.     

Marco segera membawa Javier ke ruang pemeriksaan. Memeriksa secara menyeluruh dan memberikan donor darah, infus serta obat yang di perlukan.     

Semua membutuhkan waktu hampir satu jam.     

Setelah yakin Javier tidak akan meninggal dan hanya pingsan. Marco kembali menemui ustadz yang menunggu di dekat pintu perawatan Javier.     

"Pak ustadz. Kenapa tidak masuk saja?" tanya Marco.     

"Sebentar." Ustadz itu melihat sekeliling lalu mengangguk dan masuk ke ruang rawat Javier.     

"Baiklah bisa ustadz jelaskan sekarang. Apa yang sebenarnya terjadi di sini?" Marco sudah kepo akut.     

"Seperti yang aku katakan. Keponakan anda tidur dengan makhluk halus. Alias kuntilanak. Biasanya setan yang satu ini memang suka mencari mangsa pria sebagai teman tidur, sama seperti genderuwo yang suka mencari wanita untuk ditiduri."     

"Tapi ... kenapa dia sampai kolaps begini? setahu saya, ponakan saya yang satu ini rajin ibadah." Paling rajin malah dari pada Junior dan Jovan.     

"Itulah perbedaan Kunti dan genderuwo. Jika genderuwo meniduri wanita. Efek paling fatal adalah wanita itu hamil anak setan, itu pun langka terjadi karena biasanya setan hanya menginginkan kepuasan bukan keturunan. Berbeda dengan kuntilanak. Jika ada pria meniduri kuntilanak maka efeknya sangat tidak bagus. Biasanya orang itu akan sakit parah, gila atau depresi dan yang paling parah adalah meninggal dunia. Kenapa? karena kuntilanak itu sifatnya memiliki. Sekali dia tidur dengan pria dia akan berusaha membawa pria itu masuk ke alamnya."     

"Maksud pak ustadz Javier akan sakit-sakitan? tidak bisakah dia sembuh?" tanya Marco khawatir.     

"Saya belum tahu itu. Kita lihat sampai keponakan anda sadar dulu baru kita akan tahu apa efek yang ditimbulkan kepada Javier. Baru kita akan berusaha melakukan penanganan."     

"Tapi bisa sembuh kan?" Marco semakin was-was.     

"Tergantung kekuatan Javier. Tapi ... saya tidak mau anda berharap lebih. Karena biasanya 80% orang yang tidur dengan kuntilanak berakhir jadi gila."     

"Astagfirullahhaladzim. Semoga Javier masuk yang 20% itu ya pak ustadz," harap Marco.     

"Jangan."     

"Kenapa?"     

"Karena yang 20% itu adalah meninggal dunia."     

"Astagfirullahhaladzim." Marco mengelus dadanya karena terkejut dengan perkataan pak ustad.     

'Semoga saja Javier engak kenapa-kenapa.' batin Marco.     

"Tapi ... keponakan saya masa gila sih pak ustadz." Marco melihat Javier tidak rela. Dia bisa menyembuhkan orang sakaratul maut. Tapi untuk masalah psikologis. Marco tidak tahu apa-apa.     

"Semoga saja keponakan bapak hanya depresi ringan sehingga lebih mudah ditangani."     

Marco mengangguk. Bingung harus bagaimana.     

Heran juga. Kok bisa sih Javier malah kelon sama setan.     

Manusia asli yang sexy, bahenol, semlohay, kinyis-kinyis, semok, montok, dan yang pasti bikin enak luar dalam saja banyak. Melimpah ruah malah.     

Kenapa mainnya sama setan. Emang berasa apa?     

"Setelah Javier sadar. Sebaiknya kita merukyah dirinya. Untuk menghilangkan bekas-bekas sentuhan setan itu," ucap ustadz itu mengingatkan.     

Marco mengangguk. "Tentu saja pak. Kalau perlu kita ruwat dan mandikan Javier dengan kembang 7 rupa dan dari air 7 sumur biar bersih dan bebas tempelan setan," ucap Marco masih heran karena tidak menyangka Javier ada sekandal dengan setan.     

Astagfirullahhaladzim.     

***     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.