One Night Accident

HEAD OVER HEELS 31



HEAD OVER HEELS 31

0Happy reading.     
0

***     

Suasana rumah yang biasa sepi itu. Hari ini terlihat hangat dan penuh kebahagiaan. Semua karena kembalinya Jean yang membuat seluruh keluarga Cohza maupun Cavendish merasa senang.     

Sudah seharian ini Jean alias Olive kembali bertemu dengan semua paman dan sepupunya. Mereka semua berkumpul di rumah Daniel dan terlihat antusias serta ramah menyambut kedatangannya.     

Kecuali Junior dan Queen yang masih melanjutkan acara liburan di kota Padang.     

Dari semua kebahagiaan sayangnya ada satu orang yang diharapkan Jean datang justru tidak muncul hingga makan malam sudah tersedia.     

"Enggak usah sedih, sebentar lagi Javier juga bakalan datang kok. Tenang saja." Jovan yang kebetulan duduk di sebelah Jean berusaha menghiburnya.     

"Ah, benar juga. Kenapa Javier belum muncul. Ish, ini anak. Biar mom saja yang telpon." Ai segera mengeluarkan ponselnya dan menghubungi nomor Javier.     

"Javier sayang, segera pulang. Ada hal penting yang harus kita bicarakan. SEGERA. Tidak ada penundaan." Ai langsung mematikan Panggilan telponnya.     

"Tenang sayang, kakakmu yang satu itu pasti segera datang. Sekarang makan dulu ya." Ai mengambilkan berbagai macam makanan ke piring Jean.     

"Sudah, Mom," cegah Jean ketika Ai masih ingin menambah lauk lagi padahal piringnya sudah sangat penuh.     

Akan tetapi hingga makan malam selesai dan mereka semua bercengkrama di taman. Javier tidak juga muncul.     

"Sebaiknya aku jemput Javier." Jovan beranjak dari duduknya. Kasihan juga melihat Jean yang hanya sesekali menanggapi obrolan semua orang. Pasti kepikiran Javier.     

"Eh, enggak usah. Biar yang lain saja. Marco, bisa tolong jemput Javier?" Ai mencegah Jovan pergi. Tidak rela salah satu anaknya tidak ada di saat bahagia seperti ini.     

"Javier kalau memang mau entar juga datang sendiri." Marco malas sebenarnya. Ini sudah malam dan dia ingin segera pulang menjemput kenikmatan bareng sang bebeb Lizz. Bukan malah menjemput Javier.     

"Udah, gue aja yang jemput. 15 menit pasti Javier sudah sampai di sini." Alxi berdiri.     

"Nanik sayang, kalau ngantuk boleh pulang dan bobo duluan. Aku jemput sepupuku, eh ... ponakan ding. yang lagi galau." Alxi mencium bibir Nabilla sekilas sebelum berangkat.     

Mendengar kata bobo duluan tentu saja Nabilla langsung antusias. Jarang-jarang Alxi membiarkannya tidur duluan. Biasanya malah enggak boleh tidur kalau lontong lagi kedinginan.     

Seketika Nabilla memilih pamit dan membawa anak-anaknya pulang. Ingin segera menikmati waktu bisa tidur duluan. Padahal maksud Alxi, Nabilla biar tidur dulu. Nanti kalau dia pulang bisa digarap sampai pagi. Mumpung besok hari Minggu dan dia free. Kan ... bikin tambah mesra.     

Melihat Nabilla yang pulang, Marco dan yang lain malah ikut bubar barisan. Membuat Ai cemberut karena tidak ada yang bisa diajak ghibah lagi.     

"Mom, bolehkah aku istirahat sekarang?" tanya Jean ingin sendirian di kamar karena galau.     

"Oh, kamu capek ya? enggak mau nunggu Javier dulu?" tanya Ai.     

"Kalau nanti Javier sudah datang, pasti bakal ketemu kok."     

"Oh iya, kamu sudah ketemu dia terlebih dahulu sih ya. Jadinya enggak penasaran sama wajahnya. Ya sudah istirahat sana."     

Jean mengangguk dan berjalan lemas menuju kamarnya.     

"Mahesa, bobo sama ayah yuk." Jovan mengajak anaknya yang juga kelihatannya sudah mengantuk itu.     

"Eh ... enggak bisa ya. Mahesa malam ini tidur sama aku. Enak saja aku di sini enggak bisa ngelonin cucu." Ai berdiri tapi di cegah Daniel.     

"Ai ...."     

"Apa, jatahnya kapan-kapan lagi. Sesekali kamu temani Jovan sama Javier. Ngobrol-ngobrol kek atau ngapain bahas masalah cowok. Aku mau bobo cantik sama cucu." Tidak mau mendengar protes Daniel dan Jovan. Ai segera menggendong Mahesa dan membawanya masuk ke dalam kamar.     

"Kok dibiarin, Dad?" Jovan galau nih kalau tidur sendirian.     

"Biarkan saja. Nanti kalau sudah tidur aku pindah Mahesa ke kamarmu." Mana mau Daniel kalah sama cucu.     

"Sipppp." Jovan mendukung dengan senang. Karena dia masih kangen dengan Mahesa setelah pergi lumayan lama di kota Padang.     

Jovan dan Daniel mengobrol beberapa saat hingga yakin Mahesa dan Ai sudah terlelap. Lalu tanpa di komando Daniel membawa Mahesa ke kamar Jovan. Supaya raja dan ratu Cavendish bisa malam mingguan.     

***     

Javier tiba di rumah sudah tengah malam. Dia heran, ada apa sih seharian ini? Kenapa semua keluarganya menghubungi dan menyuruhnya pulang. Tapi tidak memberitahu alasan jelas. Javier kan jadi malas.     

Javier yang memilih bekerja dan berangkat ke rumah sakit Cavendish dari pada galau di apartemen tentu saja mengutamakan pasiennya dulu sebelum pulang. Mana kebetulan pasien lagi ramai. Jadi saat Alxi memaksanya pulang dia tetap keukuh menangani pasien darurat terlebih dahulu.     

Disinilah Javier sekarang, jam setengah satu malam baru masuk ke dalam rumah yang tentu saja sudah sepi karena pasti sudah tidur di kamar masing-masing.     

Javier menghempaskan tubuhnya ke sofa karena lelah. Dia hampir tertidur ketika mendengar suara langkah kaki.     

Walaupun pelan tapi akhirnya mampu membuat Javier melirik ke arah sumber suara.     

Seorang wanita memakai baju tidur berjalan menuju kulkas. Membukanya dan mengambil sesuatu, sepertinya air minum.     

Saat dia berbalik, Javier bisa melihat wajahnya dengan sangat jelas.     

"Jean?" ucap Javier tidak percaya.     

Jean yang tidak bisa tidur karena memikirkan Javier yang tak kunjung pulang jadi semakin resah. Dia bahkan mengikuti kebiasaan temannya Laras yang suka begadang membaca novel-novel Wattpad hingga tengah malam atau marathon sampai pagi jika ketemu cerita yang bagus.     

Sayangnya Olive sepertinya memang tidak menyukai segala sesuatu tentang membaca. Alhasil baru membuka aplikasi Wattpad dan membaca blurb beberapa cerita dengan gambar-gambar sexy dan oppa-oppa Korea bukan membuat Olive penasaran malah meringis karena tidak mengerti kenapa cerita tidak masuk akal seperti itu dibaca jutaan orang.     

Ceo tampan tajir melintir, psycopath, cewek biasa bahkan masih anak-anak menikah dengan om-om kaya, keren sixpack. Fix, yang nulis pasti kebanyakan micin.     

Mana ada badboy yang dapet rangking satu tapi kerjaannya cuma gombalin cewek doang, masuk enggak pernah, tawuran iya. Kaya raya, ganteng maksimal dan cewek jerit-jerit kayak orang kesurupan setiap melihatnya.     

Di dunia nyata. Yang kayak gitu pasti sudah di Do dari sekolahan. Bikin rusuh saja.     

Pantas sajalah si Laras enggak punya pacar, kerjaannya ngehalu cogan dari Wattpad yang enggak bakal nongol di dunia nyata. Mau mimpi sampai ribuan tahun juga pasti ujung-ujungnya cuma dapet gambarnya doang. Kalaupun ada pasti hanya 1 : 1 milyar.     

Ayolah ... Jean itu orang yang realistis. Ngapain menghayal dapat cogan bule atau oppa-oppa yang kaya tujuh turunan dengan body oke, Jenius plus dingin macam balok es. Kalau pada kenyataannya menikahnya sama yang lokal juga.     

Sama seperti sekarang ini. Jean enggak mau mimpi muluk-muluk Javier masih akan baik padanya. Olive kan sudah menyakiti Javier berkali-kali jadi amat sangat wajar jika Javier malas bertemu denganya algi. Mungkin itulah alasan Javier enggak mau pulang. Karena tidak mau menemuinya.     

Kalaupun Javier memaafkan dirinya. Tetap saja Jean tahu dia dan Javier tidak akan bisa bersama layaknya dua anak manusia yang saling mencintai. Mau bagaimanapun mereka masih saudara walau hanya saudara angkat.     

Jadi ... sangat tidak mungkin Javier akan menikah dengannya.     

Kalau sampai itu terjadi. Jean akan membelikan 100 novel halu itu untuk Laras.     

Jean menutup aplikasi Wattpad bahkan langsung menghapusnya karena menganggap aplikasi itu tidak berguna. Hanya memberikan angan-angan tanpa kepastian.     

Jean turun dari ranjang dan keluar dari kamar. Dia ingin es cream agar moodnya kembali membaik. Kalau tidak ada pun air dingin juga tidak masalah. Yang penting bisa membuat hatinya adem dan tidak terus-menerus merasakan khawatir akan reaksi Javier jika bertemu dengan diriinya nanti.     

Olive tidak tahu ada orang di ruang tamu, dia berjalan lurus ke arah dapur dan langsung membuka kulkas.     

Tidak ada es krim di sana. Tapi, ada Yakult dan susu murni.     

Jean mengambil Yakult dan berbalik. Tubuhnya langsung menegang ketika melihat Javier di sana. Duduk dan menatap dirinya dengan wajah tegang juga.     

"Ngapain kamu masih di sini?" Javier berdiri dan menatap Jean dengan tajam.     

"PERGIIII," bentak Javier keras sambil menujuk ke arah pintu.     

Jean langsung menjatuhkan Yakult yang dia pegang karena kaget.     

Javier membentaknya?     

Bukan.     

Javier mengusirnya?     

Jadi ... Javier benar-benar tidak mau melihatnya lagi.     

Seketika air mata jatuh di pipinya.     

***     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.