One Night Accident

HEAD OVER HELLS 33



HEAD OVER HELLS 33

0Enjoy reading.     
0

***     

Sudah pukul dua pagi dan Jean sama sekali tidak bisa tidur. Yang ada di pikirannya adalah bagaimana caranya dia pulang ke Padang besok?     

Jean ke Jakarta dibawa oleh Jovan tanpa membawa bekal apa pun. Sudikah Jovan memulangkannya lagi? Atau dia akan berakhir jadi gelandangan di sini. Jean membolak balikkan tubuhnya dengan resah. Tidak tenang akan nasibnya esok hari.     

Sedangkan Javier membuka pintu kamar tamu satu persatu karena tidak tahu Jean ada di kamar sebelah mana. Ketika dia hendak membuka kamar ke empat ternyata terkunci. Apakah Jean ada di dalam?     

Javier mengetuk pintu pelan. Bagaimana kalau Jean sudah tidur dan dia mengganggunya?     

Jean awalnya tidak yakin ketika mendengar ada yang mengetuk pintu kamar yang dia tempati. Tapi setelah ketukan itu diulangi lagi dan lagi. Jean langsung duduk dan menghampiri pintu bermaksud membukanya. Khawatir itu adalah paman Marco yang ingin bicara.     

Ketika Jean membuka pintu dia langsung terpaku begitu pula dengan Javier. Saat mendapati Jean benar-benar ada di sana. Javier merasa lega sekaligus merasa bersalah karena sudah mengusirnya.     

"Olive?" Javier memastikan.     

"Javier." Olive sedikit kaget karena Javier yang ada di sana.     

Mereka sama-sama diam beberapa saat hingga Jean tersadar lebih dahulu dan menunduk takut diusir kembali.     

"Aku ... hanya akan menginap semalam di sini, aku akan pergi ...."     

Mendengar kata pergi Javier langsung memeluk Jean untuk menghentikan perkataannya. "Maaf, jangan pergi," ucap Javier semakin merapatkan pelukannya. Benar-benar memastikan bahwa yang sekarang ada di dalam dekapannya adalah Jean asli. Bukan hanya halusinasi atau Jean Kw belaka.     

"Javier ... bukankah kamu tadi ...."     

Javier menatap wajah Jean merasa bersalah. "Maaf, aku pikir tadi bukan kamu. Aku kira aku sedang berhalusinasi lagi dan diganggu hantu."     

"Hantu?"     

Javier mengangguk. "Kamu tahu kan, aku indigo. Kemarin setelah dari Padang ada setan yang menyerupai wajahmu, dia merasuki baby sister Mahesa. Jadi ... saat tadi aku melihatmu, aku pikir ... em ... kamu hantu. Makanya langsung aku usir."     

Javier berdiri salah tingkah merasa tidak enak.     

"Jadi, aku seperti hantu?" tanya Jean tidak percaya. Apa wajahnya sebegitu menyeramkan sampai dikira hantu.     

"Tidak! tentu saja tidak. Kamu cantik, justru hantu itu yang meniru wajahmu. Maaf .... aku benar-benar tidak tahu kalau ternyata kamu asli."     

Jean sedikit merasa miris karena dia disamakan dengan hantu. Tapi dilain pihak Jean lega, karena ternyata Javier hanya salah paham dan tidak benar-benar mengusirnya.     

"Jadi, aku masih boleh tinggal di sini sampai besok?" tanya Jean memastikan. Tidak mau kalau tiba-tiba diusir lagi.     

"Tentu saja boleh, kamu boleh tinggal di sini sampai kapan pun kamu mau."     

Jean terseyum lega. "terima kasih."     

Javier ikut tersenyum ketika melihat senyum Jean. Senyum yang dia kira tidak akan pernah dia lihat kembali karena Jean akan menikah dengan orang lain.     

Menikah?.     

Mengingat itu senyum Javier seketika musnah. Apa Jean sudah bertunangan dengan Bayu? Jangan-jangan Jean ke Jakarta karena ingin mengundang keluarganya yang di sini. Dulu Jean pernah bertanya apakah Mom dan Daddynya akan punya waktu luang untuk datang ke pernikahan dirinya.     

Javier menunduk sedih. "Kalau begitu, sebaiknya kamu istirahat. Maaf sudah mengganggu." Javier berbalik hendak pergi tapi Jean memegang lengannya.     

Javier menoleh ke arah Jean. "Ada apa?" tanya Javier sambil menatap wajah Jean yang terlihat memerah.     

"Apa kamu tidak merindukan aku?" tanya Jean menahan malu. Tapi Jean tidak tahan. Dia ingin Javier tahu bahwa Jeannya sudah kembali seperti dulu.     

"Tentu saja aku merindukanmu." Andai Jean tahu seberapa besar rasa rindunya.     

"Tapi, aku tidak mau membuatmu kesusahan karena rasa rinduku yang berlebihan. Bagaimanapun kamu akan segera menikah dengan Bayu. Aku harus mulai berusaha ikhlas dari sekarang." Javier membuang wajahnya tidak tahan melihat Jean yang akan menjadi milik orang lain.     

"Aku memang mencintaimu. Tapi, aku akan tetap bahagia walau kebahagiaanmu bukanlah denganku. Aku ... ikut senang asal kamu juga senang." Javier hendak melepaskan tangan Jean dari lengannya.     

Sayangnya bukan dilepaskan Jean malah menarik Javier masuk ke dalam kamar dan menutupnya.     

Jean langsung melompat ke pelukan Javier hingga membuat tubuh Javier kaku karena terkejut.     

Jean terharu dan menangis bahagia. Dia benar-benar tidak menyangka bahwa Javier akan tetap mencintai nya walau pun dia sudah menyakiti Javier berkali-kali.     

"Aku mencintaimu, sangat mencintaimu," ungkap Jean dengan tangis bahagia.     

"Olive, kamu tidak perlu mengasihani diriku. Aku benar-benar tidak apa-apa. Raih kebahagiaanmu, tidak perlu terbebani oleh rasa cintaku." Walau mengatakan begitu Javier tetap membalas pelukan Jean dengan mata berkaca-kaca.     

Mungkin ini akan jadi pelukan terakhir untuk mereka. batin Javier sedih.     

Jean memukul dada Javier pelan. "Dasar bodoh. Kamu dengar tidak sih? Aku itu cinta sama kamu, jadi ... tidak mungkin aku menikah dengan orang lain."     

"Aku tahu, eh ... kamu mencintaiku?" tanya Javier baru ngeh.     

Jean mendongak menatap wajah Javier yang terkejut. "Berapa kali harus aku bilang. Aku cinta sama kamu, pernikahan ku dengan Bayu juga sudah batal."     

"PERNIKAHANMU BATAL???" Javier benar-benar terkejut sekarang.     

Jean mengangguk. "Iya, aku tidak jadi menikah dengan Bayu," ucapnya sambil tersenyum miris.     

Dada Javier serasa bergemuruh. Antara senang, tidak percaya, entahlah. Perasaan Javier serasa campur aduk.     

Javier tertawa. "Maaf, aku tidak bermaksud bahagia di atas kesedihanmu. Tapi ... aku tidak munafik kalau aku senang dan lega kamu tidak jadi menikah dengan Bayu."     

"Tidak apa-apa. Aku juga beryukur karena tidak jadi menikah dengannya. Aku sudah mengingat cinta pertamaku. Jadi aku rasa kalau memang masih ada kesempatan, aku ingin kembali padanya." Jean merangkul leher Javier dan memandang tepat di matanya.     

Javier mengeryit sejenak mencerna perkataan Jean. Lalu sedetik kemudian jantungnya semakin menggila. "Kamu mengingatku? Mengingat kebersamaan kita dulu?" tanya Javier memastikan.     

"Aku ingat semua Javier. Semua tentang kita."     

Kali Javier benar-benar merasa lepas. Dia sangat bahagia dan mengekspresikan kebahagiaannya dengan mengangkat tubuh Jean dan memutar-mutarnya dengan tawa memenuhi kamar itu.     

"Aku mencintaimu, sangat mencintaimu." Bisik Javier setelah mereka berhenti berputar.     

"Aku juga mencintaimu." Jean memejamkan matanya ketika Javier wajah Javier semakin mendekat.     

Javier menarik pinggang Jean semakin merapat saat bibir mereka akhirnya bersentuhan. Ini Jean asli. Tekstur dan rasanya benar-benar lebih terasa nikmat dan memabukkan. Batin Javier lalu membuka mulutnya untuk melanjutkan ciuman mereka ke tahap berikutnya.     

Jean mencengkram bahu Javier saat merasakan bibirnya dilumat dan dihisap dengan rakus. Jean sampai terengah karena hanya Javier yang pernah mengajaknya ciuman sepanas ini. Tubuhnya merinding sampai ke jari kaki. Walau begitu Javier sepertinya tidak ingin menghentikan ciuman mereka dan malah menjelajah setiap bagian mulutnya dengan lidah yang terus berusaha mengait lidah Jean agar bergerak seirama dengan lidahnya.     

Javier memeluk Jean hingga kakinya terangkat dan dengan mudah Javier merebahkan tubuh Jean ke atas ranjang lalu meneruskan ciuman mereka tanpa memberi jeda sama sekali.     

Jean berusaha mendorong tubuh Javier menjauh ketika merasakan payudaranya diremas dari balik baju tidurnya. "Javier ... hentikan." Jean berhasil melepas ciuman mereka.     

Javier menatap wajah Jean dengan kilat nafsu di sana. "Kenapa?" tanya Javier menahan diri.     

"Kita tidak boleh melakukan ini." Jean berusaha memberi jarak di antara tubuh mereka.     

Javier mengelus bibir Jean yang membengkak. "Kenapa tidak boleh. Toh, kita pernah melakukannya." Javier menunduk hendak mencium Jean kembali.     

"Javier ... kita belum menikah."     

"Aku akan segera menikahimu." Javier mencium pipi Jean karena Jean menghindar.     

"Tetap saja belum sah Javier." Walau mengatakan begitu Jean juga mendesis geli merasakan bibir Javier yang mengecup bagian samping lehernya.     

Javier mengangkat wajahnya lalu menatap Jean dengan intens. "Sekali saja ya, please. Aku sudah terlalu lama menahannya." Sambil mengucapkan itu Javier menggesekkan miliknya yang sudah menegang. Seketika Jean terkesiap merasakan darah berdesir dengan lebih cepat.     

"Jean ... sekali pleaseee." Javier kembali meremas payudara Jean dan mengusap puting dari balik bajunya.     

Jean ingin menolak karena ini tidak benar tapi usapan jari Javier di dadanya membuat kewanitaannya membasah dan menginginkan sesuatu untuk memenuhinya.     

Wajah sayu Jean dan desahan lembutnya sudah menjawab pertanyaan Javier. Dengan cepat Javier menunduk dan kembali mencium Jean dengan lebih dalam dan lebih intens. Tidak mau Jean berubah pikiran.     

***     

TBC     

Ekstra Part Javier hanya bisa dibaca jika kalian membeli Hak istimewa.     

Hal yang tidak terhindarkan, karena sudah ketentuan dari pihak Webnovelnya.     

Maaf.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.