One Night Accident

HEAD OVER HELLS 34



HEAD OVER HELLS 34

0Enjoy reading.     
0

***     

Jean melenguh dan semakin melengkungkan punggungnya ke atas ketika Javier tengah menikmati kedua payudaranya yang sudah terdapat banyak tanda cinta.     

Javier lalu menurunkan ciumannya hingga sampai ke perut dan terus turun lalu dia merasa terganggu dengan penutup tubuh bagian bawah dan mulai membuka celana tidur yang sedang dikenakan Jean.     

Saat Javier asik melepas celananya saat itulah kesadaran seolah datang. Jean langsung mendorong Javier menjauh.     

"Javier hentikan." Jean menarik selimut dan menutupi dadanya.     

Javier yang sudah diliputi ketegangan kembali berusaha menindih tubuh Jean.     

"Javier, jangan lakukan ini. Tunggu sah dulu," Jean mencegahnya.     

"Sekali saja Jean. Pleaseee."     

"Aku juga ingin. Tapi aku juga tahu kamu mencintaiku bukan hanya sekedar nafsu. Tahan dulu sampai kita menikah." Jean menahan bahu Javier yang sudah sangat dekat.     

Mendengar perkataan Jean tentu saja Javier langsung merasa tertampar. Javier mencintai Jean dan tidak mau memaksanya.     

Javier menyatukan dahi mereka dan memejamkan matanya untuk menahan gejolak yang sudah terlanjur bangkit.     

"Maaf, aku terlalu merindukamu hingga ingin segera memilikimu seutuhnya." Javier membuka matanya dan menatap wajah Jean yang merona dengan bibir membengkak bekas ciuman darinya.     

"Aku mengerti, aku yang minta maaf karena menghentikanmu di tengah jalan."     

"Tidak apa-apa. Memang itu yang harus kamu lakukan. Tapi ... sepertinya aku butuh ke kamar mandi." Javier menyingkir dari atas tubuh Jean dan masuk ke kamar mandi menuntaskan apa yang tadi sudah menegang.     

Ketika Javier selesai dan keluar dari kamar mandi. Jean sudah memakai piama-nya lagi dan tengah duduk di pinggir ranjang.     

"Kamu belum tidur?" Javier salah tingkah karena pasti Jean tahu apa yang dia lakukan di kamar mandi.     

"Maaf, membuatmu harus ...." Jean tidak berani melanjutkan perkataannya karena malu sendiri.     

Javier juga tersenyum malu. "Tidak apa-apa. Semua bisa diatasi. Sekarang tidurlah, ini sudah hampir pagi."     

"Selamat malam." Jean merebahkan dirinya dan menarik selimut bersiap tidur.     

Javier mendekat dan ikut naik ke atas ranjang.     

"Kenapa kamu ikut naik?" Jean kembali terduduk.     

"Aku ingin tidur bersamamu. Kita hanya akan tidur Jean, kemarilah aku kangen memelukmu saat tidur." Javier menarik Jean agar rebah di sampingnya dan segera memeluknya.     

"Javier ...."     

"Tidur Jean." Javier merapatkan tubuh mereka dan mengelus kepalanya sayang.     

Jean yang memang sudah mengantuk akhirnya pasrah saja dan mulai memejamkan matanya mencoba untuk tidur walau dadanya terasa berdebar-debar.     

Javier tersenyum, mengecup dahi Jean sebentar dan ikut tertidur. Ini adalah tidur paling nyaman yang pernah dia nikmati.     

***     

"Kok sepi?" Pukul sepuluh pagi Ai baru keluar dari kamar dan hanya mendapati Daniel yang sedang berbicara di ponsel entah dengan siapa. Dia tidak suka makan sendirian.     

"Jovan dan Mahesa pergi jalan-jalan." Daniel mematikan sambungan telponnya dan duduk di sebelah Ai. Tahu pasti istrinya butuh teman makan.     

"Kok aku enggak diajak." Ai kesel nih kalau lagi ingin main sama cucu eh ... cucunya malah pergi sendiri. Dia kan mau juga jalan-jalan nyenengin Mahesa.     

"Mereka berangkat jam 7 tadi. Kelamaan nunggu kamu bangun."     

"Harusnya aku dibangunin saja." Ai cemberut sambil mulai sarapan.     

"Nanti kita nyusul kalau kamu mau."     

Seketika Ai tersenyum lebar. Tapi, entah kenapa dia merasa masih ada yang kurang.     

"Astaga, Jean mana?" Ai baru ingat kalau dia punya anak perempuan yang baru ketemu.     

"Entahlah, aku belum melihatnya dari bangun tidur."     

"Apa dia ikut Jovan?"     

"Tidak, aku melihat sendiri Jovan hanya berangkat dengan Mahesa dan pengasuhnya."     

Ai merasa ada yang tidak beres. "Masa jam segini belum bangun? Javier juga mana? Pulang enggak dia semalam?"     

"Sebentar." Daniel memanggil seorang maid menyuruh memanggil Jean.     

"Maaf tuan, nona Jean semalam pergi ke rumah tuan Marco setelah tuan Javier pulang," ucap maid yang tahu dari penjaga bahwa Jean pergi dinihari tadi dan tidak lama kemudian disusul Javier.     

Ai dan Daniel saling berpandangan bingung. Ngapain Jean ke rumah Marco malam-malam.     

"Javier mana?" tanya Ai.     

"Tuan Javier juga pergi ke rumah tuan Marco."     

"Aku mau sarapan di tempat Lizz saja kalau begitu." Ai berdiri dan langsung menuju rumah Marco.     

"Aku akan menyusul sebetar lagi," ucap Daniel saat ada panggilan masuk lagi.     

Ai mengangguk mengerti. Daniel dengan segudang tugas kenegaraan nya.     

Beberapa saat kemudian Ai masuk ke dalam rumah Marco dimana ternyata Lizz dan Marco juga baru sarapan.     

Sepertinya mereka juga habis malam mingguan.     

"Ai, mau ikut sarapan?" tanya Lizz ramah seperti biasa.     

"Jean sama Javier mana?" tanya Ai mengabaikan tawaran Lizz tapi ikut duduk dan mengambil sarapan.     

"Jean masih tidur sepertinya. Kalau Javier mana aku tahu." Marco yang menjawab.     

"Lho, bukannya Javier di sini?" tanya Ai heran.     

"Enggak, aku cuma lihat Jean doang. Tuh masuk di kamar tamu yang itu." tunjuk Marco ke kamar tamu.     

"Kata penjaga Javier nyusul Jean ke sini?"     

"Masa? Kok aku enggak tahu." Marco memanggil Security lewat ponsel.     

"Semalam Javier ke sini?" tanya Marco langsung.     

"Iya pak, semalam den Javier memang ke sini," jawab sang Security.     

"Oh ... oke. Terima kasih," ucap Marco matikan sambungan telponnya.     

"Ada nggak?" tanya Ai.     

"Ada, Kata Security semalam Javier ke sini. Paling tidur di kamar dia sendiri."     

"Tapi kok belum pada bangun ya? biasanya Javier tidak pernah bangun telat." Lizz heran.     

"Semalam Jean ke sini saja sudah dini hari beb. Mungkin masih ngantuk. Apalagi Javier yang enggak jelas kapan datangnya. Pasti lebih pagi lagi, wajarlah kalau masih tepar di kamar."     

"Masih ngantuk? kayak aku kalau habis lembur saja," ucap Ai asal.     

Mendengar kata lembur, perasaan Marco tidak enak. Tubuhnya langsung menegak dan waspada.     

Jean datang dan Javier menyusul. Javier ada di kamarnya kan?     

"Beb, tolong periksa ruang tamu. Aku akan ke kamar Javier yang lama memeriksa Javier ada di sana atau tidak." Tanpa menunggu jawaban Lizz Marco langsung menuju lantai atas tempat Javier biasa tidur kalau menginap.     

Marco memeriksa kamar Javier. Tapi kosong, dia lalu memeriksa kamar Jovan dan Junior. Semuanya kosong. Seketika Marco merasa ada yang tidak baik tengah terjadi di rumahnya. Otaknya langsung berpikir sesuatu yang negatif tapi mengakibatkan dua garis positif.     

Jangan sampai kamar keramat itu meminta tumbal lagi.     

Marco tidak akan membiarkan itu terjadi. Dia harus segera memastikannya.     

***     

Javier mengeryit ketika merasakan sinar silau di wajahnya. Dia membuka mata dan melihat dari pojok korden di cendela yang tertembus cahaya matahari. Sepertinya ini sudah siang.     

Javier hendak bangun tapi merasa tangannya menyentuh sesuatu yang lembut. Lalu Javier menunduk dan melihat Jean masih terlelap dalam pelukannya.     

Ini adalah bangun tidur dengan pemandangan luar biasa karena ada Jean di sana.     

Javier menyingkirkan rambut yang menutupi wajah Jean. Lalu mengamatinya dengan penuh kekaguman. Dia tidak akan pernah bosan melihat wajah Jean setiap hari.     

Javier mengecup kening Jean bermaksud membangunkan. Tapi Jean tidak bergeming sama sekali. Membuat Javier tersenyum senang karena itu tandanya Jean ingin dicium lebih banyak lagi.     

Javier kembali menciumi dahi Jean. Tetapi kali ini tidak berhenti hanya di dahi. Dia juga mencium pipi, hidung, bahkan bibir di kecup berulang kali. Jean hanya mengeliat risih dan kembali terlelap. Javier semakin senang. Dengan lembut dia mencium Jean kembali kali ini lebih lama, terutama di bagian bibir.     

Jean melenguh dan mengeliatkan tubuh semakin merapat ke arahnya, membuat tubuh Javier menegang seketika.     

Javier melepas ciumannya dan melihat wajah Jean yangmasih terlelap. Setan di otaknya sepertinya mulai bekerja dan menghasut.     

Javier mengamati tubuh Jean dengan dada berdebar-debar. Kedua tangannya mulai bergerak membuka piama yang dikenakan oleh Jean. Satu kancing, dua kancing hingga seluruh kancing terbuka Jean tidak terbangun juga. Javier menelan ludahnya susah payah menyaksikan payudara yang terlihat kenyal dan pas ditangannya.     

Javier bangun, membuka pakaiannya hingga telanjang bulat. Lalu dia mendekat dan menarik lembut celana Jean hingga dia sama telanjangnya seperti Javier.     

Jean masih tertidur lelap. Sedang Javier semakin menegang. Apalagi melihat tubuh polos Jean yang sangat menggiurkan. Pengendalian diri Javier runtuh seketika.     

"Sial ...," ucap Javier benar-benar tidak tahan.     

Javier merangkak ke atas tubuh Jean. Mengelus kulitnya yang lembut dan meremas payudaranya yang terdapat bekas cupangnya semalam.     

Javier ingin menambah hasil karyanya, maka dengan kedua tangan mengelus tubuh Jean kini bibir Javier kembali menyanatap payudara Jean hingga putingnya menegak dan bibir Jean mendesah tanpa sadar.     

Jean mengeliat dan melengkungkan punggungnya ketika merasakan sesuatu menggelitik payudara dan pusat kewanitaannya. Dia merasa basah tapi juga nikmat. Jean melenguh dan menikmati setiap sentuhan. Lalu dia memekik saat merasakan putingnya dipermainkan. Jean membuka matanya dan melihat kepala Javier berada di atas dadanya.     

"Javier ... Oh ...." Jean belum sempat menegur dan malah mendesah kencang ketika ada sesuatu menusuk kewanitaannya. Ternyata jari Javier tengah masuk dan mempermainkan miliknya hingga becek.     

Jean meremas rambut Javier karena tidak tahan dengan sensasi yang ditimbulkan oleh lidah dan tangan Javier yang terus menyerangnya. Jean merasa kewanitaanya semakin gatal dan ingin terus menerus mendapat gesekan.     

"Javier ... uhhh ...." Kali ini bukan nada penolakan tapi nada penuh permohonan agar Javier segera menuntaskan apa pun yang dia lakukan pada tubuhnya.     

Jean sudah kehilangan kendali.     

Mendengar Jean sudah sepenuhnya pasrah dan menikmati. Javier segera mencium bibirnya dalam sambil berusaha membimbing miliknya agar masuk ke tempat yang pas.     

"Ouhhhhh ...." Jean dan Javier sama-sama mengerang dengan wajah mendongak ke atas ketika pada akhirnya milik mereka menyatu sempurna.     

Pengendalian diri semalam nyatanya percuma dan berakhir sia-sia. Karena saat ini keduanya sudah sama-sama terjerumus dalam kenikmatan persetubuhan.     

"Maaf Jean. Aku benar-benar tidak bisa menahannya," ucap Javier lalu mulai menggerakkan pinggulnya.     

Jean ingin menegur Javier. Dia juga tahu ini salah, harusnya dia menghentikan Javier seperti semalam. Namun gerakan Javier yang keluar masuk di kewanitaannya terasa sangat nikmat dan membuatnya melayang-layang keenakan.     

Jean kalah, dia tidak bisa menolak kenikmatan yang diberikan Javier padanya. Jean semakin mengerang dan malah mendesah-desah dengan kencang.     

Javier mendesis merasa miliknya diremas dengan sangat kuat. Semakin lama semakin terasa nikmat. Di bawahnya Jean terlihat menjerit-jerit sepertinya akan mencapai pelepasan. Benar saja saat Javier mempercepat gerakannya Jean melengkung dengan tubuh tersentak-sentak mendapat organsme pertamanya.     

Javier berhenti sejenak. Memberi waktu Jean sebelum dia mencari kepuasan untuk dirinya sendiri. Jean terhempas ke ranjang dan merasa lemas dengan tubuh penuh keringat. Tapi rasa lemas itu hanya bertahan sebentar. Karena beberapa detik kemudian Javier sudah kembali menggerakkan pinggulnya naik turun dengan cepat. Jean kembali mendesah ketika miliknya mulai terangsang. Apalagi kali ini Javier bergerak lebih cepat dan kasar hingga membuat Jean dengan cepat merasa akan klimaks lagi.     

"Tunggu aku," ucap Javier saat melihat tubuh Jean kembali bergetar.     

Jean tidak mengerti dia hanya fokus pada sesuatu yang ingin meledak sebentar lagi.     

"Javier ...." Jean memeluk bahu Javier dengan erat. Kedua kakinya yang terbuka lebar terasa gemetar hebat.     

"Sedikit lagi." Javier mempercepat gerakannya. Dia meremas kedua payudara Jean sebagai pegangan. Lalu keduanya sama-sama mendongak dan melenguh mencapai klimaks bersamaan.     

Javier ambruk di atas tubuh Jean. Sedangkan Jean hanya bisa menatap langit-langit kamar dengan tubuh lemas.     

Keduanya sudah terpuaskan.     

Sedangkan di depan pintu. Marco mengepalkan kedua tangannya kuat dengan mata menatap ke arah kamar penuh dendam.     

"KAMAR KERAMAT INI HARUS DI BUMI HANGUSKAN."     

***     

TBC     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.