One Night Accident

HEAD OVER HELLS 39 ( Ekstra part 1)



HEAD OVER HELLS 39 ( Ekstra part 1)

0Enjoy Reading.     
0

***     

Seluruh mata menatap tajam Marco. Sedang Marco hanya bisa duduk tanpa bisa mengelak lagi. Semua salahnya, iya. Salahkan saja Marco kenapa mau membantu Javier kabur. Tapi, karena sudah sering disalahkan Marco jadi biasa saja. Paling ujung-ujungnya akan di diamkan oleh seluruh anggota keluarga.     

"Mana aku tahu kalau Javier dan Jean akan benar-benar menghilang." Marco akhirnya bicara setelah semua mata menuduh kepadanya.     

Ayolah ... Dia juga merasa ditipu Javier. Bagaimana tidak. Javier bilang akan pergi untuk menghindari perjodohan. Tapi tetap akan memberinya kabar ke mana dia pergi dan bagaimana keadaannya.     

Mana Marco tahu kalau pada kenyataannya Javier dan Jean ternyata malah menghilang beneran. Lenyap bagai ditelan bumi. Bahkan chip di jantungnya tidak bisa di lacak sama sekali.     

Mereka berdua benar-benar kabur tanpa jejak sejak sebulan yang lalu.     

Ai sudah lelah menangisi nasib anak-anaknya yang tidak lebih baik dari dirinya dulu. Kenapa susah sekali bisa melihat anak-anaknya bahagia. Ai hanya ingin mereka senang dan sehat. Tapi semua orang seolah-olah bersekongkol mempersulit hidup anak-anaknya.     

Ai jadi merasa marah, kesal, kecewa, sedih. Semua yang tidak mengenakkan bercampur jadi satu di dirinya.     

Ai jadi merasa benci dengan semua orang di sekitarnya.     

Benci dengan Stevanie yang memaksakan kehendaknya, Benci dengan Daniel karena tidak membela anaknya dengan sungguh-sungguh, Benci dengan Marco yang membantu anaknya kabur sekali lagi.     

Tidak ada satu pun yang memikirkan perasaan Ai sebagai seorang Ibu sekaligus Ratu. Ai ingin anaknya bahagia tapi Ai juga ingin jadi Ratu yang tidak mengingkari janjinya.     

Ai berdiri dengan wajah lelah. "Aku mau ke Indonesia. Kabari aku jika Javier dan Jean sudah ketemu," ucapnya dengan nada lesu.     

Daniel langsung ikut berdiri begitu melihat Ai yang kusut dan terlihat tidak semangat sama sekali.     

"Kamu baik-baik saja," tanya Daniel khawatir.     

"Aku baik-baik saja jika anakku sudah ketemu. Sekarang aku mau pulang ke Indonesia saja."     

"Aku akan temani."     

Ai menatap tajam pada suaminya itu. "Aku ingin sendirian. Baik kamu dan semua anggota keluargamu, jangan mendekati aku radius 50 meter. Aku malas melihat kalian semua. Aku mau pulang ke rumah mas David saja. Dan aku tidak akan kembali ke kerajaan Cavendish sebelum Javier dan Jean ditemukan."     

"Kamu itu Ratu, bagaimana mungkin bisa bersikap seenaknya begitu." Stevanie menegurnya.     

Ai sudah lelah di atur-atur, dia juga sudah lelah melihat kehidupan pribadi anaknya jadi bahan percobaan. "Kalau begitu, ambil kembali Tahta-mu. Aku mengundurkan diri jadi Ratu. Kamu, silahkan cari Ratu baru atau selir sana. Aku enggak peduli." Ai menatap Stevanie dan Daniel dengan tajam secara bergantian.     

"Ai ...." Daniel mendekati istrinya tapi Ai langsung menepis tangan Daniel dan meninggalkan mereka semua.     

"Jangan mengikutiku, tidur di tempat lain sana!" bentak Ai pada Daniel ketika suaminya ingin ikut masuk ke kamar.     

Ai menutup pintu kamar dan langsung menguncinya lalu dia juga menaruh meja di pintu agar Daniel tidak bisa masuk.     

Ai benar-benar ingin sendirian.     

***     

"Javier ... kapan kita pulang?"     

Mereka saat ini sedang menikmati matahari tenggelam di bibir pantai dengan payung besar dan alas yang sudah lama tersedia di sana.     

Tempat itu adalah pulau yang dibeli oleh pamannya Marco. Katanya sih tempat bersejarah di mana tempat ini dulu katanya bundanya Angel di culik sekaligus tempat pertama kali Daddy-nya Daniel tahu kalau pamannya Marco adalah adiknya yang dikira sudah meninggal.     

Pulau yang sudah menjadi langganan tempat bulan madu keluarga Cohza. Namun, tempat ini memang sangat terpencil dan tidak ada akses internet mau pun sekedar sinyal ponsel biasa sekali pun. Benar-benar tempat yang pas untuk mengasingkan diri. Yang mengetahui Javier ada di sini hanyalah Ashoka yang juga sebagai orang yang mensuplai makanan dan kebutuhannya di sini. Namun baru beberapa waktu lalu anak buah As datang dan memberi sebuah info yang mengatakan bahwa Mommy Ai terus bersedih bahkan marah dan memilih pisah ranjang dengan Daddy-nya karena khawatir dengan keadaan mereka yang sedang kabur.     

Akhirnya As memberi tahu Ai di mana Javier berada. As kan tidak mau Mom dan Daddy-nya cerai gara-gara anaknya kabur. Javier tidak menyalahkan As karena ini memang kesalahannya membuat Mommynya yang biasa ceria jadi bersedih.     

Javier menghela napas sambil mengelus rambut Jean yang sedang bersandar di dadanya. "Memangnya kenapa ingin pulang?"     

"Aku kangen sama Ibu dan Pian. Apa mereka baik-baik saja. Pasti mereka khawatir karena aku pergi begitu saja."     

"Sabar dulu ya. Satu bulan lagi kita baru bisa kembali. Setidaknya sampai As memastikan perjodohan ku dengan Leticia dibatalkan."     

Wajah Jean seketika mendung. Dia merapatkan pelukannya ke tubuh Javier. "Maaf, aku tidak bermaksud mendesakmu."     

"Tidak apa-apa. Aku mengerti. Harusnya aku yang minta maaf karena membuatmu hidup dalam pelarian." Javier mencium dahi Jean lembut.     

"Aku bahagia kok walau kita hidup bersembunyi. Asal bisa bersamamu aku sudah senang." Jean memeluk tubuh Javier dengan erat.     

Javier mengelus wajah Jean lalu mendongakkan nya agar menatap wajahnya.     

Dengan lembut Javier mengecup bibir Jean menikmati teksturnya yang lembut dan manis tanpa terburu-buru.     

Jean melenguh begitu Javier memperdalam ciumannya. Kedua tangannya langsung merangkul leher Javier begitu tubuhnya digeser hingga kini Javier sudah menindihnya.     

Ciuman itu semakin panas. Jean terengah-engah dan Javier memindahkan ciumannya ke leher hingga mencapai belakang telinga yang memang super sensitif.     

Jean mengelus punggung Javier. Kedua tangannya bahkan sudah ikut masuk ke dalam kaus Javier karena ingin merasakan tubuh berototnya.     

Javier mendesis dan semakin semangat meninggalkan bekas kemerahan di sepanjang leher Jean. Sambil tangannya bergerilya membuka pakaian yang dikenakan Jean.     

"Jav ...." Kepala Jean mendongak. Menikmati sensasi ciuman dan hisapan di lehernya hingga dipenuhi tanda merah yang sangat banyak.     

Puas dengan lehernya, Javier langsung menurunkan bra yang dikenakan Jean. Tentu sebelum itu dia sudah menyingkirkan pakaian Jean ke samping.     

"Ahhh ...." Jean kembali mendesah. Putingnya yang sensitif sedang di jilat dan dipelintir oleh Javier.     

"Ahh ... Javier ... jangan berhenti." Nafsu sudah meliputi Jean. Semua gerakan tangan dan bibir Javier serasa membawanya ke awang-awang. Nikmat dan sangat menyenangkan.     

"Javier ... AAHHHHHHH." Jean tersentak dan menjerit karena tanpa di duga dan tanpa pemberitahuan Javier sudah memasukkan miliknya ke dalam kewanitaannya hingga terasa penuh.     

"Maaf, aku sudah tidak tahan," gumam Javier sambil menyedot dan meremas payudaranya.     

Javier belum bergerak karena menunggu milik Jean siap karena pemanasan yang cuma sebentar belum membuat milik Jean sepenuhnya basah. Setelah beberapa saat barulah Jean terlihat mengeliat dan mulai mengerang dan menjambak rambut Javier. Tubuhnya terasa panas dan ingin segera mendapat gesekan.     

"Javier ...," mohon Jean dengan tatapan sayu.     

Melihat wajah Jean yang sepertinya sudah terangsang berat Javier segera menggerakkan miliknya keluar dari kewanitaan Jean. Setelah tinggal sedikit Javier melesakkannya agar kembali masuk. Begitu terus hingga milik Jean benar-benar basah dan menerima kejantanannya secara penuh.     

Jean langsung mendesah kencang. Tubuhnya melengkung dengan indah, sebelah tangannya meremas pinggang Javier yang terus bergerak. Sedangkan sebelah tangannya lagi mencengkram alas yang mereka pakai hingga sobek.     

Sedangkan Javier tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dengan rakus dia melumat bibir Jean, meremas kedua payudaranya masih sambil menggerakkan pinggulnya yang semakin lama semakin cepat.     

Tiga sensasi kenikmatan yang diberikan Javier membuat Jean tidak bisa bertahan lama. Ketika Javier masih asik menusuknya berulang kali. Jean memeluk pinggul Javier dengan kedua kakinya.     

"AAAKKHHHH ...." Jean menggelepar ketika mengalami organsme.     

Javier mendesis menahan miliknya tetap diam untuk memberi waktu Jean menikmati kepuasaan-nya.     

"Ready?" tanya Javier memastikan terlebih dahulu sebelum memulainya lagi.     

Jean tersenyum dan mengangguk dengan napas masih memburu.     

"Berbalik lah," pinta Javier.     

Jean berbalik dan langsung mengambil posisi seperti merangkak karena tahu Javier sedang ingin berganti gaya.     

Javier mengecup leher dan punggung Jean terlebih dahulu. Memanjakan bagian belakang tubuhnya agar Jean kembali rileks dan terangsang.     

Begitu Javier mendengar desahan dari mulut Jean. Javier langsung membimbing miliknya ke arah kewanitaan Jean yang sudah basah.     

Javier menempelkan miliknya dan mengelus kewanitaan Jean dengan lembut. Jean mendesah dan ikut bergerak agar Javier tidak berhenti menggesek-gesek miliknya.     

"Jav ...." Jean mendongak dan menyebut nama Javier dengan kencang. Dalam satu hentakan kuat Javier menerobos masuk dan memenuhi kewanitaan Jean hingga mentok sampai pangkalnya.     

Javier mengelus pinggang Jean dan mulai menggerakkan tubuhnya dengan lembut tapi mantap.     

Jean mendesah dan kembali mengeliat keenakan. Tubuh mereka sudah dipenuhi keringat. Tapi belum ada tanda-tanda apa yang mereka lakukan akan segera berakhir.     

"JAVIER ... Ahhhhh." Jean kembali menjerit saat mendapatkan organsme yang kedua.     

Lagi-lagi Javier memberi waktu untuk Jean bernapas lalu mulai menggenjotnya lagi. Kali ini dengan kuat dan berkecepatan tinggi hingga membuat kedua payudara Jean ikut bergerak saking kencangnya.     

Jean terengah-engah mulai kualahan. Javier menunduk memerangkap kedua payudara Jean dan meremasnya dengan kencang sekaligus sebagai pegangan saat dia mulai menggila.     

"Astaga ... Ahhhh ... Javier ... Uh ... aku ...." Jean menggelengkan kepalanya karena tidak tahan. Kedua pahanya serasa bergetar hebat. Dia akan organsme sebentar lagi.     

"Tunggu aku," gumam Javier semakin brutal.     

"Tidak ... ahh ... Javier ... AKHHHHHHHHHHHHHH."     

"Jeannnn ...." Javier ikut menggeram dan menusuk semakin dalam dengan semprotan kepuasan menyertainya.     

Tubuh Jean mengejang dengan kaki yang gemetar hebat di dalam cengkraman tangan Javier.     

Organsme kali ini benar-benar intens karena selain Javier yang juga mencapai puncak juga karena milik mereka masih menyatu dan saling memberikan cairan cintanya.     

Javier melepas penyatuan mereka lalu merebahkan diri dan menarik Jean ke dalam pelukannya. Jean hanya diam karena masih berusaha mengatur napasnya agar kembali normal.     

"Aku mencintaimu," ucap Javier mengecup rambut Jean sambil mengelus punggungnya.     

Jean tersenyum. "Aku juga mencintaimu."     

Javier mengeratkan pelukan mereka. Bercinta ditemani matahari yang terbenam sangatlah menyenangkan. Apalagi jika waktu bisa dihentikan.     

Javier ingin hari ini tidak pernah berakhir.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.