One Night Accident

HEAD OVER HEELS 19



HEAD OVER HEELS 19

0Enjoy Reading.     
0

***     

Olive menatap wajah yang terpantul di cermin kamarnya. Wajahnya masih sama tapi siapa yang menyangka bahwa semalam ada yang sudah hilang dari dirinya. Direnggut orang yang dia anggap sebagai saudara. Orang yang selama dua bulan ini sudah Olive sayangi layaknya keluarga.     

Olive manangis lagi. Kenapa hal ini harus terjadi padanya. Sekarang apa yang akan dia katakan pada Bayu? dia ingin diam saja tapi setelah menikah dan Bayu tahu semua pasti keadaan lebih runyam. Olive tidak mau dianggap Bayu dan keluarganya sebagai penipu. Sok alim, sok baik, sok nolak kalau Bayu ngajak bercumbu tapi ternyata sudah tidak perawan.     

Olive mengusap air matanya. Dia harus jujur pada Bayu. Olive tidak mau pernikahan mereka dipenuhi kebohongan.     

Olive memoleskan bedak diwajahnya dan memberinya sedikit blush-on lalu menambahkan tetes mata agar matanya jernih dan tidak terlihat merah karena habis menangis. Setelah itu Olive segera menghubungi Bayu dan mengajaknya bertemu.     

Olive membuka pintu kamarnya dan langsung melihat adiknya yang sibuk bantu-bantu untuk acara pertunangan nanti malam. Bagiamana kalau tiba-tiba semuanya gagal? pasti keluarganya akan mendapat malu luar biasa.     

"Kak Olive. Kok rapi? mau kemana?" tanya Pian saat melihat kakaknya malah bengong di depan pintu.     

"Aku mau ketemu Bayu sebenar." Olive langsung berjalan melewati Pian begitu saja. Mengabaikan adiknya yang terlihat heran karena Olive menjawab dengan nada kaku.     

Begitu sampai di depan rumah. Olive memandang rumah disampingnya dan kenangan semalam kembali memasuki pikiran. Olive tidak akan pernah sudi masuk ke rumah itu lagi. Setelah menikah Olive juga akan langsung pindah ke rumah Bayu. Atau kalau gagal menikah Olive akan memilih ngekost saja. Tidak mau tinggal di rumah pemberian Javier apalagi memasuki kediaman Javier juga. Hatinya masih sakit mengingat kejadian semalam.     

Olive berjalan sebentar ke tempat angkutan umum. Awalnya dia akan membawa motor ibunya. Tapi teringat kalau motor itu juga pemberian Javier. Olive lebih baik ngangkot saja.     

Setelah hampir setengah jam Olive menunggu akhirnya ada angkot lewat. Dia segera naik dan mempersiapkan diri bicara dengan Bayu.     

***     

"Sayang ... ada apa? tiba-tiba chat aku pengen ketemu? kangen ya." Bayu langsung memeluk Olive begitu melihat Olive sampai di rumahnya.     

Bayu sampai kelabakan saat Olive mengajaknya bertemu. Karena saat itu posisinya masih di hotel dengan cewek yang semalam memuaskannya hingga beronde-ronde. Bayu benar-benar puas dengan service wanita semalam. Ternyata pelacur yang di bawa calon kakak iparnya emang yahut berbeda dengan cewek-cewek yang selama ini dia tiduri.     

Olive menatap sekitar. Rumah Bayu juga terlihat ramai dengan persiapan pertunangan mereka.     

"Bisa bicara berdua saja?" tanya Olive dengan suara pelan karena takut dengan reaksi Bayu nanti.     

"Yuk," Bayu menggandeng tangan Olive dan mengajaknya masuk ke dalam kamarnya.     

"Ada apa sih? kamu kelihatan kusut." Bayu mengusap pipi Olive lembut.     

"Aku ... aku mau jujur sama kamu."     

Bayu mengeryit mulai merasa tidak nyaman. Apa Olive selingkuh?     

"Kamu selingkuh?" tanya Bayu langsung.     

Olive mendongak kaget dan menggeleng karena dia tidak ada niat selingkuh. Apakah diperkosa bisa disebut perselingkuhan? Jantung Olive terasa berdenyut kencang.     

"Lalu ada apa? jangan bilang kamu berubah pikiran dan mau membatalkan pernikahan kita. Enggak kan?" Bayu menggenggam tangan Olive. Jangan sampai Pernikahannya batal bisa malu keluarganya karena sudah gembar-gembor bakal punya besan dokter tajir melintir.     

Olive menghela napas. Dia harus jujur, tidak boleh memulai hidup baru dengan kebohongan.     

"Bayu ... maaf. Sebenarnya ...."     

Olive semakin menunduk. "Aku ... Aku sudah tidak perawan," ucap olive cepat sebelum dia berubah pikiran.     

Bayu terdiam sebentar seperti berusaha mencerna perkataan Olive.     

"Apa? sudah enggak perawan? Maksudnya kamu pernah tidur sama pria lain? Kamu selingkuh?" Bayu langsung berdiri dan menatap Olive marah.     

"Aku enggak selingkuh." Olive membantah.     

"Kalau enggak selingkuh kenapa bisa kamu udah enggak perawan?" tanya Bayu dengan emosi.     

"Selama ini aku minta cium saja kamu nolak-nolak. Tapi ternyata kamu sendiri malah sudah tidur sama pria lain. Munafik tahu nggak," bentak Bayu kasar.     

Olive sudah berlinang air mata. "Aku enggak selingkuh Bayu. Aku ... hiks. Aku diperkosa."     

"Bohong, bilang saja kamu emang murahan. Sok nolak aku tapi malah diincip cowok lain."     

Bayu menarik tangan Olive kasar. "Sekarang juga Pergi kamu dari rumah aku. Enggak Sudi aku nikah sama cewek murahan kayak kamu."     

"Bayu ... dengerin aku dulu." Olive terus menangis.     

"Astaga ... Bayu? Olive? Ada apa ini? pagi-pagi sudah ribut." Ibu Bayu membuka kamar Bayu karena mendengar teriakan.     

"Bayu, lepaskan Olive. Kamu enggak lihat dia nangis begitu." Bayu melepas cekalannya dengan kasar. Olive mengelus lengannya yang pasti memerah.     

"Kalian berdua duduk. Ada apa kalian bertengkar. Nanti malam kalian tunangan kenapa malah pada ribut sih?" Ibu Bayu menatap Olive dan Bayu bergantian.     

"Ini bukan salah Bayu Bu. Olive selingkuh dan tidur sama cowok lain." Bayu langsung membela diri.     

"A ... apa?" Ibu Bayu langsung shok. Hingga hanya berdiri terbengong-bengong.     

"Bu ... Olive enggak selingkuh Bu. Olive di perkosa. Sumpah demi apapun Olive tidak melakukannya atas kemauan sendiri." Olive menangis lagi.     

"Diperkosa?" Ibu Bayu seolah tersadar dari rasa shok nya.     

"Siapa yang perkosa kamu?" tanya ibu Bayu.     

Olive menunduk dia tidak mungkin bilang kalau Javier pelakunya. "Olive ... tidak tahu. Olive tidak sadar waktu itu," ucap Olive tanpa berani melihat ke arah Bayu atau ibunya.     

"Astaga, kamu pasti takut sekali waktu itu? apa perlu kita lapor polisi sayang? biar ibu bantu cari pelakunya dan dia di penjara." Ibu Bayu duduk di sebelah Olive dan memeluknya.     

Kantor polisi?     

"Tidak usah Bu, Olive malu. Bagaimana kalau orang-orang tahu Olive diperkosa? lagipula kejadiannya sudah sangat lama. Sudah bertahun-tahun yang lalu." Olive memeluk ibu Bayu semakin merasa bersalah karena berbohong.     

"Ibu ngapain sih malah hibur dia. Aku muak Bu lihat cewek munafik ini. Mending suruh pergi." Bayu kesal.     

"Bayu, diam kamu." Ibu Bayu memelototinya.     

"Olive kamu di sini dulu ya. Biar ibu yang bicara sama Bayu." Ibu Bayu langsung menarik Bayu ke ruangan lain. Menguncinya dan memastikan tidak ada yang mendengar percakapan mereka.     

"Bayu ... kamu itu apa-apaan sih. Kenapa membentak Olive dan mengsuirnya," tegur ibunya.     

"Ibu yang apa-apaan. Olive itu udah enggak perawan Bu. Males banget kalau Bayu yang suruh nikahin. Siapa yang nidurin siapa yang musti tanggung jawab." Bayu tidak mau.     

"Bayu ... bukannya kamu bilang kamu cinta sama Olive. Dulu saja kamu sampai bela-belain backstreet sama dia pas ibu sama bapak tidak merestui."     

"Cinta sih cinta. Tapi kalau bekas orang lain Bayu ogahlah."     

"Olive bilang dia diperkosa." Ibu Bayu mengingatkan.     

"Diperkosa? ibu percaya? Bisa saja kan emang Olive dasarnya jalang dan gampangan. Tapi pura-pura diperkosa. Toh nggak ketahuan bedanya." Bayu masih merasa marah. Dia selama ini percaya Olive wanita baik-baik makanya terus mempertahankan hubungan mereka walau Olive orang miskin. Ternyata Olive sama murahannya dengan wanita yang dia kencani selama ini.     

"Bayu ... kebenaran tidak ada yang tahu selain Olive sendiri. Tapi kamu harus tetap menjalankan dan melanjutkan pernikahan ini," bujuk ibunya.     

"Enggak mau. Masih banyak perawan yang bisa Bayu dapatkan. Ngapain ngambil yang bekasan orang lain."     

"Bayu, kamu itu bego apa tolol?" tanya ibu Bayu mulai kesal.     

"Maksud ibu apaan sih. Ngatain anaknya tolol."     

"Karena kamu emang tolol. Emang kenapa kalau Olive sudah tidak perawan? kayak kamu masih perjaka saja. Lagi pula kamu lupa Olive itu sekarang anak orang kaya raya. Setidaknya lanjutkan pernikahan ini demi bisnis keluarga kita."     

"Tapi Bu ..."     

"Sttt, dengarkan ibu baik-baik. Kamu nikahi Olive lalu bujuk dia agar keluarganya mau membantu usaha kita agar semakin maju dan berkembang. Kalau kita sudah berhasil dan sukses seperti mereka. Kamu tinggal ceraikan saja Olive dan cari istri baru. Atau bikin Olive enggak bisa punya anak. Nanti kita akali lah pakai pil KB atau apa. Ibu yang ngurus kamu tahu beres saja. Trus si Olive pasti enggak akan keberatan kalau kamu poligami saat dia sendiri enggak bisa kasih kamu anak. Gimana bagus kan rencana ibu?"     

Bayu menatap ibunya ragu. "Tapi Bu ... Bayu ...." Ibu Bayu melotot dan menghentikan protes Bayu.     

"Bayu ... emang kamu enggak mau punya minimarket dengan cabang di seluruh Indonesia? enggak mau jadi pemilik perusahaan besar? enggak mau jadi kaya raya dan terkenal dimana-mana karena kesuksesannya? yakin enggak mau itu semua?" pancing ibunya.     

"Maulah Bu ...."     

"Nah ... kalau mau ya berjuang. Setiap perjuangan ada pengorbanan. Anggap saja sekarang kamu lagi berkorban dengan menikahi Olive. Enggak usah lama-lama. Cukup 2-5 tahun Ibu yakin kamu sudah bisa menjalankan rencana kita. Oke?"     

Bayu menghela napasnya lalu mengangguk.     

"Bagus. Sekarang hibur Olive dan tenangkan dia. Lalu antar pulang," perintah ibunya.     

Bayu kembali mengangguk. Menghampiri Olive yang masih menangis di kamarnya.     

Bayu kasihan juga sebenarnya sama Olive yang terlihat sangat sedih. Bagiamanapun juga Bayu mencintai Olive juga. Tapi ... Bayu kecewa. Kenapa olive menyerahkan keperawanannya pada pria lain. Padahal Bayu sudah berharap lebih padanya.     

Bayu duduk di samping Olive dan memeluknya. Membuat Olive tersentak kaget dan langsung mendongak menatap wajah Bayu.     

"Bayu ...!" Olive tidak menyangka Bayu masih mau memeluknya.     

Bayu menenggelamkan wajah Olive kembali ke dadanya. "Maaf ... tadi aku emosi. Aku sedih dan kecewa karena kamu disentuh orang lain. Membayangkannya saja aku langsung terbakar cemburu."     

"Maaf Bayu ... Maaf ...." Olive menangis sesenggukan.     

"Tidak apa-apa. Ini bukan salahmu dan tidak seharusnya aku menyalakan dirimu juga. Kamu diperkosa dan pasti trauma. Aku bukan menghibur malah menyalahkan dirimu dan menuduh yang tidak-tidak. Akulah yang harusnya minta maaf." Bayu menciumi rambut Olive.     

"Kalau kamu mau membatalkan pernikahan kita ...."     

"Tidak," ucap Bayu cepat.     

"Kita tetap akan menikah Olive. Aku tidak peduli bagaimana keadaanmu. Aku cinta kamu apa adanya tidak peduli kamu masih perawan ataupun tidak." Bayu mengelus punggung Olive.     

Olive langsung menangis terharu mendengarnya. "Aku cinta sama kamu Bayu."     

"Aku juga cinta sama kamu. Sekarang jangan sedih lagi ya." Bayu mengusap air mata di pipi Olive.     

Olive mengangguk. Benar-benar tidak menyangka Bayu sepengertian itu. "Kamu tidak akan mengungkitnya lagi kan begitu kita menikah nanti?" Olive masih khawatir.     

"Justru aku mau kita lupakan semuanya. Kita akan menikah dan memulai hidup baru jadi lupakan semua yang buruk dan kita akan membuat kenangan baru yang lebih indah."     

"Terima kasih." Olive kembali memeluk Bayu.     

"Sudah jangan menangis lagi. Sekarang mending kamu pulang dan bersiap-siap. Aku mau calon tunanganku terlihat cantik dan mempesona hingga semua orang iri melihatku yang bisa menikahimu." Bayu mengecup dahi Olive.     

Olive tersenyum dan berdiri. "Aku pulang dulu."     

"Aku ingin mengantarmu. Tapi ... kamu lihat sendiri sibuknya di sini."     

"Aku mengerti kok." Olive menepuk lengan Bayu dan keluar dengan hati lega.     

Olive bahagia karena Bayu masih mau menerima dirinya.     

***     

TBC.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.