One Night Accident

HEAD OVER HEELS 1



HEAD OVER HEELS 1

0Maaf ya baru nongol. Belum bisa nulis jovan book 3. Karena lagi sibuk ngerjain ongoing di Mangatoon ( judul what the flakkkkk) dan juga update di dreame lima cerita. ( nama akun Mangatoon atau pun Dreame Cleo Petra) jadi yang punya dua aplikasi itu bisa mampir ke sana.     
0

Jadi aku suguhin cerita Javier dulu karena ini juga berkesinambungan. Khusus hari ini Akan update 3 part. Selanjutnya akan update satu part sehari.     

Terima kasih.     

Warning 18+ (yang puasa tunggu malam saja kalau mau baca)     

Enjoy Reading.     

***     

Javier menghembuskan nafas lelah. Hari ini Ia sangat sibuk hingga tidak ada waktu istirahat sama sekali.     

Beginilah resiko menjadi Dokter. Harus siap sedia kapanpun dibutuhkan.     

Javier melepas sepatu dan menaruhnya di rak yang sudah tersedia lalu ia merebahkan tubuhnya ke ranjang.     

'Akhirnya bisa istirahat juga,' batin Javier mulai memejamkan matanya.     

Baru Javier mulai terlelap sesuatu terasa menggelitik telinganya. Awalnya Javier biarkan tapi lama-lama gelitikan itu turun sampai leher bahkan kancing kemejanya mulai terlepas.     

"Jeannnn, aku lelah," protes Javier tanpa membuka matanya. Tapi, gelitikan itu tidak berhenti, bahkan sengaja diteruskan hingga mengganggu tidurnya.     

"Jeannnn." Javier menoleh ke samping dan membuka matanya. Di sampingnya ada wajah wanita yang ia cintai.     

"Kamu tidak rindu padaku?" tanya Jean sambil meraba dada Javier yang sudah terbuka.     

Javier tersenyum. Selelah apa pun dirinya. Sesakit apa pun tubuhnya jika wajah Jean ada di depan mata, maka rasa lelah seakan langsung menghilang.     

Javier mengelus rambut panjang wanita itu dan menarik wajahnya turun agar Javier bisa menciumnya.     

Tentu saja bukan hanya sekedar ciuman antar bibir. Karena kini tangan Javier sudah mulai meraba seluruh permukaan tubuh Jean. Sedangkan Jean sendiri juga mulai melepaskan penutup tubuh Javier satu-persatu.     

Suara desahan tidak terelakkan. Javier dan Jean bergumul dengan ganas. Seolah tidak ada hari esok yang akan memberikan kesempatan pada mereka untuk melakukannya lagi.     

"Jeannnnnn." Javier melenguh sambil menyebut nama wanita yang dia cintai lalu melepaskan seluruh benihnya hingga tempat terdalam.     

"Trima kasih," ucap Javier masih di atas Jean dengan tubuh menyatu.     

"Mau mengulanginya lagi?" rayu Jean mulai menggerakkan pinggulnya ke atas seolah menantang Javier.     

Javier tentu menyambutnya dengan senang hati.     

Sayang baru Javier mencium Jean untuk memulai ronde kedua terdengar ketukan keras di pintu kamarnya.     

"Jav ... bangunnnnnnn, Javierrr," teriak Jovan dari luar.     

"Shittt." Javier segera membersihkan tubuhnya. Menyemprot parfume di kamar dan kembali memakai pakaiannya.     

"Ada apa? aku baru pulang dari rumah sakit dan masih lelah Jov," protes Javier kepada adiknya.     

"Mahesa tidak ada."     

"Apa?"     

"Aku juga baru pulang dari rumah sakit. Memang kamu saja yang lembur. Tapi ... Mahesa tidak ada di kamarnya." Jovan memang selalu melihat keadaan anaknya terlebih dahulu dari mana pun dia pergi.     

"Di kamar Mirna?"     

"Enggak ada juga, Mirna udah aku bangunin. Bodyguard juga lagi nyari ini." Jovan terlihat panik.     

"Ayah ... kenapa kalian ribut."     

Javier dan Jovan langsung melihat ke arah walk in closed milik Javier yang terbuka.     

"Syukurlah, apa yang kamu lakukan di sana?" Jovan langsung menghampiri Mahesa dan memeluknya erat.     

"Mahesa tadi main petak umpet sama teman Mahesa. Lalu ketiduran di lemari paman Javier," ungkap Mahesa. Membuat Jovan mendesah lega.     

"Teman siapa?" teman mana yang bermain Sampai dini hari. Batin Javier bingung. Bukannya teman main Mahesa cuma anaknya Alxi sama Junior.     

"Mahesa tidak tahu namanya. Tapi, dia mukanya pucet. Aku kira dia lagi lapar tapi aku kasih makan tidak mau. Malah ngajak main."     

Kini giliran wajah Jovan yang gantian pucat.     

"Jav, anak aku nggak lagi main sama anak setan kan?" Jovan memastikan.     

"Sepertinya begitu."     

Jawaban Javier malah semakin membuat Jovan takut.     

"Sayang, jangan main sama temanmu itu lagi ya. Apalagi kalau sudah malam. Nggak boleh, oke?" Jovan tidak mau anaknya main sama setan.     

"Kenapa? tadi aku lihat paman Javier malam-malam juga main sama temannya. Itu ... tantenya masih di sana." Mahesa menunjuk ke arah ranjang.     

Kini giliran Javier yang wajahnya memucat. Jovan apalagi.     

"Tante? Tante siapa?" Jovan menggendong Mahesa dan menjauh dari ranjang milik Javier. Saking takutnya dia bahkan tidak memperhatikan bagian telanjang tadi. Yang Jovan tahu anaknya lagi lihat setan tapi Jovan yang ketakutan.     

"Itu ... tante cantik yang duduk di kasur. Kok tantenya nggak malu sih dia kan enggak pakai baju?"     

Wajah Jovan semakin memucat. Karena tidak ada apa pun di atas ranjang Javier. Jangan bilang anaknya lagi lihat kuntilanak.     

Javier melihat ke arah ranjangnya. Jean masih di sana dan malah terkikik geli melihat Jovan yang ketakutan.     

Javier mengendikkan kepalanya memerintah Jean agar menghilang. Tapi Jean malah memasang tampang cemberut dan menggeleng dengan wajah iseng.     

"Tidak ada apa-apa Jov, sana ajak Mahesa tidur. Ini sudah terlalu larut." Javier merangkul Jovan yang masih terus menengok ke arah ranjangnya.     

Jovan tentu saja memilih pergi. Mana mau dia ketemu temannya Javier yang tak kasat mata.     

"Mahesa, malam ini tidur sama ayah saja ya," bujuk Jovan sambil membawa Mahesa kembali ke kamarnya.     

Javier langsung menutup pintu dan menguncinya. Ia berbalik dan menatap Jean dengan tajam.     

"Berapa kali aku bilang, jangan menunjukkan wujudmu di depan siapa pun." Javier kembali membuka bajunya berniat mandi.     

Jean turun dari ranjang masih dengan tubuh telanjang. Menghampiri Javier dan mengalungkan kedua tangannya ke leher.     

"Adikmu lucu kalau ketakutan. Aku suka," ucap Jean menempelkan tubuh telanjangnya merapat ke arah Javier.     

"Jangan-jangan kamu juga yang tadi bermain dengan Mahesa," tuduh Javier.     

Jean terkikik membenarkan.     

"Kalau kamu sering menunjukkan wujudmu ke Mahesa. Lama-lama Jovan mengira anaknya indigo juga nanti. Berhenti ganggu mereka atau aku tidak akan izinkan kamu masuk ke rumahku lagi," ancam Javier.     

"Yakin ... tidak mengizinkan diriku masuk ke rumahmu?" Jean mencium leher Javier. Turun ke dada dan terus kebawah hingga mencapai celananya.     

Javier menatap Jean dan mengelus rambutnya sayang. Sedang Jean mengedip menggoda dengan tangan terampil yang mulai membuka celana Javier hingga berkumpul di kakinya.     

"Shitttttttt." Javier mendongakkan wajah saat merasakan jilatan pertama pada miliknya. Kejantanannya yang tadi menyusut seketika kembali berdiri dengan tegak.     

"Shitttttttt, Shitttttttt."     

Javier hanya bisa mengumpat dan mengerang senang dengan perlakuan Jean.     

Setan satu ini.     

Selalu bisa menaklukkan dirinya.     

***     

Javier tidak perlu berlari untuk mengejar cintanya.     

Javier tidak perlu berlutut untuk mendapatkan cintanya.     

Javier hanya perlu menutup mata, dan cintanya akan selalu ada di sana.     

Di dalam hatinya.     

***     

TBC.     

Nb. Di real life Javier masih perjaka. Tapi dengan makhluk dunia lain. Dia tak sesuai itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.