cinta dalam jas putih

Makan Malam



Makan Malam

0Dokter edwin menunggu nita yang masih belum turun dari kamar hotelnya setelah dia mengirimkan gaun untuk nita.     
0

Dia melihat jarum jam di tangannya, karena nita sudah telat sepuluh menit.     

"Apa jangan- jangan dia sakit? " sebuah pertanyaan terbesit di pikiran dokter edwin.     

Dia ingat semalaman nita membantunya menyelesaikan sebuah tugas yang di kerjakannya secara mendadak.     

Langkah dokter edwin bergegas menuju ke sebuah pintu lift yang berada di hadapannya.     

Dia sudah menekan tombol lift tersebut dan menunggu karena liftnya.     

"Kamu?? " ucap dokter edwin sangat pelan dan sepertinya tertahan di tenggorokannya.     

Kedua matanya tiba- tiba kesulitan untuk berkedip melihat sosok wanita yang tidak lain adalah nita yang tersenyum ke arahnya.     

"Koko kenapa? " pertanyaan nita itu membuat diamnya dokter edwin berubah menjadi sebuah senyuman lebar dan gelengan kepalanya.     

"Kenapa? " nita kembali bertanya dengan suara manjanya kaii ini.     

Dia memperlihatkan wajah masam ke arah dokter edwin.     

"Bajunya tidak cocok denganku? "     

"Atau sepatunya? "     

"Jangan-jangan riasannya... ? "     

Nita memberondongkan banyak pertanyaan pada dokter edwin. Karena dia merasa mungkin penyebab utamanya adalah riasan tipis yang dipakainya satu tangannya mencoba mennghapusnya.     

Tapi dokter edwin sudah lebih cepat meraih tangan nita dan menggandengnya.     

"Semuanya bagus " ucap dokter edwin dengan tatapan lembut penuh cinta pada nita.     

Nita seketika terdiam di tatap seerti itu, wajahnya mulai terasa panas dan dia merasa malu.     

"Kamu terlihat sangat cantik, sampai aku terkejut dan kebingungan "      

Nita mengerutkan dahinya, "bingung kenapa? "     

Senyuman terlihat di wajah dokter edwin, "ternyata wanita cantik yang baru saja keluar dari lift tadi itu istriku "     

Nita menahan senyuman malunya mendengar pujian dokter edwin padanya.     

"Yang sudah sepuluh menit aku tunggu ternyata tampil dengan sangat sempurna " dokter edwin kembali berkata dalam perjalanan menuju ke suatu tempat.     

Nita tertawa kecil dan menarik nafasnya.     

"Koko kalau mau tegur karena telat kenapa harus pakai pujian dulu sih! " guman nita pelan.     

"Nggak ada yang bilang telat, lho " dokter edwin membela diri.     

"Iya, iya, aku yang bilang sendiri " nita menyipitkan kedua matanya yang dia perlihatkan pada dokter edwin.     

Tawa kecil dokter edwin muncul melihat tingkah istrinya yang selalu membuatnya gemas.     

Langkah nita tertahan ketika mereka sudah sampai di sebuah ruangan besar dengan banyak tamu yang sudah menempati kursi- kursi.     

Dia menelan ludahnya bulat- bulat, tubuhnya seketika terasa dingin dan nyalinya mulai menciut melihat semua yang hadir pada acara tersebut.     

"Tidak apa-apa " ucap dokter edwin sambil mengusap dengan lembut tangan nita yang sedari tadi dipegangnya.     

Dia lalu membawa nita masuk bersamanya ke ruangan tersebut.     

"Tenang nita " dia bicara dalam hatinya sendiri untuk menghilangkan rasa gugupnya.     

"Cukup tersenyum, jangan banyak bicara! " celetuknya lagi didalam hatinya.     

"Aku kesana sebentar " ucap dokter edwin pada nita yang sudah duduk di tempat yang sudah di sediakan untuk mereka malam ini.     

"Kamu tidak apa-apa sendiri? " kemudian dokter edwin bertanya pada nita.     

Dia sepertinya merasa tidak enak hati meninggalkan nita sendirian di acaranya yang banyak orang disana sama sekali tidak nita kenal.     

"Atau kamu mau ikut? "     

Nita tersenyum seraya menggelengkan kepalanya, "saya tunggu disini saja "     

Mendengar jawaban nita, dokter edwin menganggukkan kepalanya dan beranjak dari duduknya untuk menyapa seseorang di tempat lain.     

Sesekali dokter edwin berbalik ke arah nita, hanya untuk memastikan bahwa dia baik- baik saja ketika dia meninggalkanya sendirian.     

"Aku minder sekali berada di acara mereka! " celetuk nita pelan.     

Satu tangannya meraih gelas berisi air putih dan satu tegukan masuk ke tenggorokannya.     

Tarikan nafas dalamnya pun sering sekali nita lakukan hanya untuk bisa membuatnya nyaman.     

"Saya datang dengan istri saya "     

Nita terkejut mendengar suara dokter edwin yang sudah di belakangnya dan sedang berbicara dengan seseorang.     

Dengan cepat nita beranjak dari duduknya, berbalik untuk memastikan jika suara yang didengarnya itu adalah suara dari dokter edwin.     

Kedua matanya menangkap dua sosok yang sedang bersama dengan dokter edwin kali ini.     

Sosok laki-laki dengan rambutnya yang memutih tetapi masih terlihat kewibawaannya tersenyum ke arah nita.     

"Ini guru besar saya " dokter edwin memberitahukannya pada nita.     

Nita tersenyum dengan wajah pucatnya karena takut melakukan sebuah kesalahan mencoba mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.     

Dan merasa lega ketika orang besar itu begitu ramah pada nita.     

"Dia ini murid saya yang paling pintar " ucap laki-laki itu.     

"Ibu "     

"Kamu "     

Suara nita dan wanita yang bersama dengan guru dokter edwin itu bicara bersamaan.     

Dia terlihat menunjuk ke arah nita yang masih memandanginya.     

"Kalian sudah saling kenal? "     

"Dia ini yang sudah menolong saya beberapa hari yang lalu " jawabnya.     

Dokter edwin menoleh ke arah nita yang tersenyum, dia menaikkan kedua alis matanya ke arah nita seperti sedang melontarkan pertanyaan dengan sebuah isyarat.     

"Dia yang menyuntikkan obatnya dan memanggilkan petugas, jadi saya bisa dengan cepat dibawa kerumah sakit "     

"Dokter edwin saya berterima kasih sekali karena istri kamu dengan cepat menolong istri saya "     

Dokter edwin mendapat rangkulan dari guru besarnya itu yang membuatnya seperti merasakan mendapatkan sebuah kehormatan yang sangat besar.     

"Acaranya sudah mau di mulai, kami harus bersiap "     

Wanita itu mengusap punggung nita dengan lembut seraya tersenyum dengan tatapanya yang sangat teduh.     

"Saya tunggu kamu bergabung nanti " ucapnya sebelum dia memberikan pelukan pada nita dan kembali ke tempat duduknya.     

"Bergabung? " nita bertanya dengan suara pelan sambil memikirkan apa yang wanita tadi maksudkan mengajaknya untuk bergabung.     

Dokter edwin tersenyum melihat nita yang selalu mengigit kukunya ketika dia sedang berpikir keras.     

"Maaf " ucap nita mengerutkan dahinya dan memegang tangannya agar tidak lagi dia menggigit kukunya karena terlihat sekali seperti seorang anak kecil.     

"Apa yang kamu pikirkan? " tanya dokter edwin.     

Dia lalu meraih gelas berisi air putih untuk diminumnya.     

"Apa aku harus bergabung di kumpulan sosialita istri dokter-dokter? "     

Dokter edwin hampir tersedak mendengar pertanyaan aneh nita kali ini, terlihat sekali wajahnya yang memerah yang menahan tawanya.     

Nita mengerutkan dahinya, dan dia mengerucutkan bibirnya melihat sikap dokter edwin.     

"Kumpulan istri-istri? " dokter edwin balik bertanya pada nita.     

"Memangnya ada? " tanyanya lagi, "kayak artis-artis begitu? "     

Nita menarik nafasnya dan berkata dalam hatinya, "aku lupa diakan dulu menikah dengan bule "     

"Dia tahu kamu lulusan diploma tiga kebidanan " ucap dokter edwin, "kebetulan dia pemilik universitas yang terkenal di kota ini "     

"Semua yang ingin masuk kesana sulit sekali, tapi dia mau kamu melanjutkan pendidikanmu disana " sambungnya.     

"Sekolah lagi " nita memasang wajah yang tidak senang.     

"Aku sudah malas ujian lagi koko! " cetusnya pelan, "cukup ujian kehidupan saja yang aku jalani "     

Dokter edwin tertawa kecil mendengar pernyataan nita yang tidak senang.     

"Rumah sakit akan punya kebijakan baru untuk kenaikan jenjang karir, jadi sebaiknya kamu lanjut sekolah "     

"Nanti saja kalau sudah melahirkan, bagaimana? "     

Dokter edwin terkejut, "melahirkan??? "     

Nita menganggukkan kepalanya sambil tersenyum lebar.     

Lalu dia tertunduk menyembunyikan tawa kecilnya.     

"Terserah kamu saja, aku kalah " ucap dokter edwin.     

Nita tersenang, dia lalu meraih satu tangan dokter edwin dan bergelayut manja.     

Dokter edwin menarik nafasnya dalam-dalam seraya memikirkan sesuatu tentang nita.     

Dia sedang menyembunyikan kekhawatiran besar tentang nita kali ini, tapi sepertinya dia sedang tidak ingin merusak suasana bahagia nita dan memutuskan untuk diam...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.