cinta dalam jas putih

Morning sickness



Morning sickness

1Yoga samar-samar mendengar suara aneh yang di dengarnya ketika dia masih merasakan kantuknya, dia memaksakan matanya untuk terbuka ketika menyadari nita sudah tidak berada di sampingnya. Jari-jarinya menggosok matanya untuk melihat jam di dinding kamar yang menunjukan pukul lima pagi, dia memfokuskan pendengarannya untuk memastikan apa yang di dengarnya.     0

Yoga memicingkan matanya, "Itukan? "     

Segera saja dia beranjak dari tempat tidurnya, dia yakin yang di dengarnya adalah nita yang sedang berada di tempat kamar mandi, sepertinya nita tengah terduduk dan memuntahkan semua yang ada didalam perutnya.     

"Kenapa kamu tidak membangunkanku?      

Yoga lalu mengusap punggung nita yang masih terbungkuk karena harus memuntahkan semua isi yang berada dalam perutnya.     

Nita terkejut dengan kehadiran yoga yang tiba-tiba mengusap punggungnya, akan tetapi sekarang ini dia belum dapat mengeluarkan suaranya karena mulutnya masih terus saja mengeluarkan muntahan dan terkadang hyper saliva yang membuat nita merasakan mual yang sangat berlebihan dan memuntahkannya kembali.     

"Ini " yoga menyodorkan sebuah handuk kecil pada nita ketika dia menegakkan tubuhnya dan memberikan sedikit senyuman pada yoga walaupun tidak tampak karena wajah pucatnya yang mendominasi.     

"Terima kasih " ucap nita.     

Yoga membantu nita untuk berjalan kembali ke tempat tidur, dia membenarkan posisi bantal di tempat tidur agar istrinya itu nyaman.     

"Aku buatkan teh manis hangat dulu "       

Yoga memandangi wajah nita dengan senyuman tipis dan satu tangannya yang mengusap pipi kiri nita.     

"Lain kali bangunkan aku " ucap yoga, "kalau kamu pingsan di kamar mandi dan aku masih tertidur lelap, siapa yang akan mengangkatmu? "     

Nita tersenyum lebar, "tidak apa-apa, aku sama sekali tidak bisa melewatkan kejadian ini ketika hamil, hanya muntah-muntah saja harus membangunkan suamiku yang tertidur pulas karena seharian bekerja keras aku tidak tega "     

"Tetap saja kamu harus membangunkanku " yoga mencubit kecil hidung nita, "aku itu kan harus bertanggung jawab bukan ketika membuatmu hamil saja, tapi semua resiko-resiko yang terjadi padamu juga harus aku pertanggung jawabkan sampai kamu melahirkan nanti "     

"Iya-iya, maaf lain kali aku bangunkan " nita tertawa kecil, dia tidak akan pernah bisa menjawab lagi jjika membicarakan sebuah tanggung jawab.     

Yang nita sadari adalah bahwa yoga terlalu berlebihan mengkhawatirkannya yang tengah hamil sekarang ini, ada begitu banyak ketakutan yang berada dalam pikirannya. Walaupun sebenarnya nita sendiri yang tengah mengandung membawa kehamilannya ini dengan santai ketika dia memiliki riwayat kegguguran yang berulang.      

"Aku hampir tidak percaya kalau konsulen galakku ternyata perhatiannya sangat berbeda dengan sikapnya di tempat kerja " nita bicara dalam hatinya ketika yoga membawakannya segelas teh hangat dan beberapa cemilan dalam sebuah piring.     

"Ibu hamil trimester satu itu harus membiasakan diri makan sedikit tapi sering " yoga berucap setelah dia menyimpan air dan makanan untuk nita di meja samping tempat tidur di sebelah nita.     

"Jangan bilang bu bidan tidak tahu kalau ketika akan beranjak dadri tempat tidur itu lebih baik duduk dahulu dan memakan cemilan " yoga kembali mengingatkan nita.     

Nita tersenyum malu, "ternyata aku tidak bisa memakai ilmunya ketika itu terjadi pada diri sendiri "      

Yoga tersenyum mengusap rambut nita yang tidak bisa berkutik dihadapannya karena ucapannya tadi.     

"Minum dulu teh nya selagi hangat "      

"Baiklah " nita tersenyum dalam anggukan kepalanya, dia lalu mengambil gelas berisi teh hangat yang yoga buatkan untuknya.     

Satu tegukan dan setelah itu nita terdiam seperti tengah melamunkan sesuatu, dan setelah beberapa menit dalam lamunan dia kembali meneguk teh hangatnya tersebut dan seperti itu seterusnya. Yoga memandanginya dengan penuh rasa sabar, sepertinya sekarang ini istrinya tengah di uji kesabarannya menghadapi ketidak nyamanan di dalam perutnya yang berasal dari kehamilannya saat ini.     

Mungkin jika itu terjadi padanya dia akan menghadapinya dengan penuh emosi, itulah mengapa dia sangat mengagumi sosok seorang ibu. Mereka yang lebih kuat dari super hero manapun, kesakitan yang mereka alami berturut-turut dari ketika awal kehamilan bahkan setelah melahirkan pun tubuh mereka tidak akan berhenti bekerja keras, dan walaupun begitu mereka masih dapat memberikan senyumannya pada suami dan anak-anaknya.     

"Kamu yakin akan bekerja hari ini? "      

Nita memperlihatkan senyuman pada yoga untuk memperlihatkan padanya bahwa dia akan baik-baik saja hari ini.     

"Aku lupa kalau kamu wanita yang sangat hebat " yoga memberikan pujian pada nita yang justru terdengar seperti satu sindiran pada nita.     

"Jangan lupa minum obat dan vitaminnya " lalu kali ini yoga memberikan perhatiannya.     

Nita tersenyum lebar karena ucapan dan tindakan suaminya itu yang begitu memberikan perhatian yang begitu lebih padanya, membuatnya tidak dapat memberikan kata apapun selain ucapan terima kasih dan pelukan hangatnya.     

"Aku janji pasti akan minum obat dan vitaminnya "ucap nita ketika dalam pelukannya pada yoga, "terima kasih karena sudah mau memberikan perhatian dan selalu sabar denganku "     

"Nanti kita terlambat ke rumah sakit kalau kamu memeluk seperti ini " yoga berkata seolah dia tidak menginginkan pelukan nita, walaupun pada kenyataannya dia sendiri yang tidak ingin melepaskan pelukan dari nita padanya.     

"Tunggu aku di depan, aku harus ada yang disiapkan sedikit " ucap yoga.     

"Baiklah " nita melepaskan pelukannya, setelah dia membawa tas miliknya dia berjalan ke arah depan rumahnya.     

Yoga masih berada di dalam kamar tidurnya ketika nita telah lebih dulu menunggunya di depan rumah, dia memasukan beberapa kertas laporan yang dibuatnya untuk sebuah audit dengan dinas kesehatan.     

Ketika dia telah selesai memasukan semua berkas yang dia buat dan hendak melangkahkan kakinya terhanti ketika mendengar sebuah nada dering pesan di ponsel yang tergeletak di meja samping tempat tidurnya.     

Yoga tersenyum seraya menggelengkan kepalanya, "ibu cantik pasti selalu lupa membawa ponselnya! "     

Satu tangannya meraih ponsel milik nita, dengan niat awalnya akan dia berikan pada istrinya itu. Tapi ketika melihat nama pengirim pesan singkat pada nita itu adalah seseorang yang belum lama ini mereka bicarakan membuatnya teraneh.     

"Ada apa lagi dia memberikan pesan singkat pada nita? " tanyanya pada dirinya sendiri ketika melihat nama kepala keperawatan yang nita tulis di ponselnya.     

"Aku jadi penasaran " lagi-lagi dia berucap, yoga tengah di bingungkan oleh rasa penasarannya akan tetapi dia sangat menjungjung tinggi privasi istrinya itu apalagi ponsel yang di pegangnya itu adalah milik nita.     

"Aku buka atau tidak ya? " dan lagi-lagi dia di bingungkan oleh dirinya sendiri.     

Setelah bergelut dengan pikirannya sendiri yoga akhirnya harus membuat dirinya menjadi orang yang melanggar janjinya sendiri, yaitu mencampuri privasi milik istrinya itu. Dia pun membuka isi pesan yang adalah sebuah foto yang membuatnya sulit untuk berkedip karena rasa terkejutnya, kedua matanya begitu fokus dengan apa yang sedang dilihatnya kali ini.     

Rasa tidak percaya menghinggapinya, ketika seseorang telah bermain begitu curang di belakangnya kali ini...      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.