cinta dalam jas putih

Memories



Memories

0"Hati-hati " ucap axel pada ellen ketika mereka sampai di sebuah area parkir bandara.     
0

Dia mengusap lembut rambut ellen yang sudah rapi, terlihat sebuah semangat besar di wajah ellen untuk bisa mencapai cita-citanya sekarang ini. Walaupun mereka harus menghadapi sebuah cerita rumit lebih dulu untuk bisa di persatukan dan hari ini akan berpisah untuk waktu yang lama.     

"Terima kasih " ucap ellen, dia lalu memberikan sebuah ciuman di pipi axel.     

"Tidak perlu mengantarku ke dalam, karena ayah sedang menunggu disana " sambungnya, "karena ayah kita dulu sama-sama bersaing ingin mendapatkan wanita yang sama! "     

Axel tertawa kecil jika yang di maksudkan oleh ellen itu adalah ibunya, tapi tentu saja ayahnya lebih hebat dan akhirnya dia yang mendapatkannya.     

"Telpon aku jika sudah sampai " ucap axel di akhir pertemuan mereka.     

Ellen menjawabnya dengan anggukkan kepalanya dan lambaian tangannya pada axel sebelum akhirnya mereka berpisah sekarang ini.     

Axel seketika merasakan kehampaan dalam hatinya ketika tidak lagi melihat sosok ellen yang periang, dan senyumannya selalu terlihat terus menerus oleh axel.     

Bahkan ketika dia sampai di rumah dan bergabung dengan ayah dan adiknya yang sedang membicarakan sesuatu yang serius di ruang keluarga. Dia memutuskan untuk bergabung dan mendengar apa yang sedang mereka bicarakan.     

"Apa yang sedang ayah ceritakan? " axel penasaran ketika melihat yunna dan ayahnya berbicara pelan seperti ketakutan di dengar oleh seseorang.     

"Ayah sedang menceritakan ibu sewaktu masih jadi murid ayah di semester satu dulu " yunna berbisik pada axel.     

Axel tertarik sekali ingin mendengar tentang cerita ibunya itu dulu, pasalnya dia ingin tahu hal yang membuat ayahnya dan ayah ellen yang berseteru sampai sekarang ini.      

Bahkan kejadian kemarin ketika dokter kim memanggil nama ibunya, sepertinya ayahnya begitu kesal dan memperlihatkan kecemburuannya. Padahal mereka tidak di usia yang muda lagi, tapi ayahnya masih overprotektif seperti itu pada ibunya.     

"Dulu, ibumu tidak pernah mendapat nilai bagus ketika ujian tulis mata kuliah yang ayah ajarkan " ucap yoga, dia seperti sedang membuka buku tentang masa indahnya dulu ketika pertama kali bertemu dengan nita yang sama sekali tidak dia pikirkan dan kemudian menjadi istrinya sampai dengan hari ini. Dengan berbagai cerita yang menyedihkan tentunya.     

"Tapi ibu kan pintar " ucap axel tidak percaya pasti ayahnya hanya mengada-ada saja. Karena dia tahu ketika pertama kali bertemu dengan bubu kesayangannya itu ayahnya selalu saja memarahinya ketika bekerja. Dan ayahnya itu senang membawa axel ketika nita sedang jaga, dan baru sekarang ini dia mengerti bahwa sebenarnya dia di jadikan sebuah pengantar hanya untuk sekedar melihat ibunya itu sedang jaga.     

Yoga tertawa kecil mendengar axel yang membela ibunya itu, "dia hanya mendapat nilai lima puluh di tiga kali ujian yang ayah ajukan "     

Yoga meningat penampilan nita yang ketika itu memakai seragam dengan warna putih untuk atasannya dan biru untuk celana seragamnya.      

Tanpa riasan dan rambutnya yang selalu dia ikat satu, dengan tatapan matanya yang tajam ketika yoga memberikan materi di kelas nita. Awalnya dia tidak mengenal nita sampai suatu hari dia mengacungkan tangannya dan bertanya pada yoga.     

"Dokter, bisakah materi yang di tampilkan di slide power pointnya berbahasa indonesia? " pertanyaan yang nita ajukan itu membuatnya di tertawakan oleh seluruh teman sekelasnya.     

Wajahnya seketika memerah, "soalnya ujian toefl saya masih dengan nilai di bawah standar "     

Dan dari perkataannya itu membuat teman-temannya semakin menertawakannya, termasuk juga yoga.     

"Kalau begitu kamu bawa kamus saja ketika perkuliahan saya " dan yoga memberikan jawaban yang tidak menerima masukan yang sudah nita lontarkan padanya.     

Melihat wajah kecewanya, yoga semakin memperlihatkan senyuman lebarnya sambil mencuri pandang melihat nama yang tertempel di seragamnya yang bertuliskan 'A.Kanita '.     

Dia mencatat namanya dengan baik, walaupun nita tidak bertanya tentang materi yang dia sampaikan tapi karena dia satu-satu murid yang berani berkomentar tentang apa yang disampaikannya tentu saja yoga akan memberikannya nilai tambahan.     

Yunna dan axel tertawa mendengarkan cerita tentang ayahnya itu, ternyata jauh sebelum mereka bertemu di rumah sakit mereka beberapa kali bertemu di kampus ibunya dulu.     

"Ayah suka dengan ibu ketika melihat ibu di kampusnya? " lalu yunna bertanya pada yoga.     

Axel dan yoga saling memandangi, dia memberi kode pada ayahnya itu dengan kedua alisnya yang terangkat.     

"Tidak " lalu yoga memberikan jawaban pada yunna.     

Karena memang dulu ketika mengajar dia sama sekali tidak menaruh perasaan pada nita, hanya karena nita adalah satu-satunya siswi yang memiliki nilai lima puluh diantara semua teman satu kelasnya yang mendapatkan nilai rata-rata empat puluh lima.     

Membuat yoga selalu mengingat namanya yang unik, sampai ketika beberapa tahun dia sudah lupa dengan nama itu pun diingatkan kembali ketika melihat sosok nita dengan curiculum vitae yang di bacanya saat pihak rumah sakit merekrut pegawai baru.     

Lagi-lagi dia melihat sosok nita yang tampil tanpa riasan apapun seperti ke sembilan rekannya yang lain. Tapi sayangnya, dia tidak berkesempatan untuk menguji langsung nita karena dokter kim sudah lebih dulu mendapatkan sebuah surat untuk melakukan penilaian.     

"Jadi ayah kalah saing waktu itu dengan dokter kim " kali ini axel yang mengomentari cerita ayahnya, tapi hal itu tidak mungkin menjadi pemicu kerenggangan hubungannya dengan dokter kim sampai dengan saat ini.     

Dan yoga juga tidak akan pernah menceritakan pada axel tentang masalah cinta yang adalah pemicunya, tapi bukan dengan nita melainkan dengan ibu kandung axel.     

"Bukan seperti itu " lalu yoga kembali berucap, "tapi ibumu semakin lama menjadi sosok yang bersinar, dia selalu mengatakan hal yang menurutnya itu tidak akan membangun pelayanan yang lebih baik dari rumah sakit "     

"Tapi ayah harus berbaikan sekarang " ucap yunna, "karena kak ellen sekarang ini adalah pacar kakak! "     

Axel melihat reaksi dari ayahnya itu ketika yunna mengatakan tentang hubungannya dengan ellen.     

Yoga justru memperlihatkan senyumannya, "tidak apa-apa, yang pacaran itu kan kakakmu dengan ellen bukan ayah. Hubungan kami sebenarnya baik-baik saja hanya mungkin kami jarang saling sapa saja "     

Yunna tertawa kecil, "sama saja " ucapnya pelan. Tapi dia bangga dengan ayahnya itu, walaupun sebenarnya ada sedikit kesalahpahaman yang tidak dikatakannya penyebab renggangnya persahabatan ayahnya dengan dokter kim dia tidak pernah melarang kakaknya untuk berhubungan baik dengan kak ellen.     

Itulah alasannya dia menyukai laki-laki dewasa yang memiliki profesi yang sama dengan ayahnya, yunna semakin penasaran dengan sosok yang bersama keydee sewaktu menjemputnya pulang beberapa waktu yang lalu.     

"Tapi biar ibu nilainya seperti itu, ternyata dia pintar mengambil hati ayah " ucap yunna, "aku juga mau belajar merebut hati laki-laki seperti ibu! "     

Yoga dan axel mengerutkan dahi mereka dan kemudian tawa mereka muncul mendengar ucapan lucu yunna.     

Karena yunna tidak mau kalah dengan ayah dan kakaknya itu, dia lalu beranjak dan berlari menuju ke arah dapur. Tidak lama setelah itu dia kembali datang dengan membawa nita yang masih menggunakan celemeknya, yunna membawa paksa ibunya itu agar menjadi sekutunya.     

"Ibu, ayo jadi pendukungku! " ucap yunna, "tadi ayah bercerita pada aku dan kak axel, tentang ibu yang hanya mendapat nilai lima puluh dari mata kuliah obstetri patologi yang ayah ajarkan! "     

"Ayah cerita seperti itu,,, " nita bicara pelan sambil menoleh ke arah yoga yang pura-pura lupa bahwa tadi itu dia sudah menceritakannya.     

Nita tersenyum menggelengkan kepalanya, dia pun mempunyai cerita yang tidak kalah seru dan memalukan daripada nilainya.     

"Coba tanya ayahmu, apa dulu dia takut grlap atau tidak! " nita baru saja memberi judul pada cerita yang ingin dia katakan sekarang.     

Tapi sepertinya yoga sudah tahu cerita apa yang akan nita katakan sekarang ini, dia dengan cepat beranjak dari duduknya dan menghampiri nita yang duduk dengan yunna.     

Membuat axel dan yunna kebingungan melihat reaksi dari ayahnya itu, mereka berdua lalu tertawa. Menebak pastilah cerita dari ibunya itu akan lebih seru dari sekarang.     

"Jangan cerita yang itu " ucap yoga pelan pada nita, tatapannya juga terlihat seperti sedang memohon padanya. Mungkin baginya cerita lebih memalukan dari semua kegagalannya.     

Nita masih tersenyum saja menanggapi yoga yang begitu tidak mau dia menceritakan hal itu pada axel dan yunna sekarang..     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.