cinta dalam jas putih

Ketakutan



Ketakutan

0"Ayah " axel terkejut ketika melihat sosok yoga sudah berdiri di depannya menyimpan tas yang dia bawa dan tersenyum lebar ke arah axel.     
0

"Dimana yunna? " yoga langsung memutarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan rumah axel.     

"Sedang mandi " dengan cepat axel beranjak dari duduknya dan mencium punggung tangan ayahnya itu.     

Dia lalu membawakan barang yang dia bawa untuk di simpan di atas meja.     

"Ayah cepat sekali sampai kesini " ucap axel terheran.     

Baru semalam dia memberitahukan pada ayahnya bahwa dokter yang sering melakukan kunjungan ke tempatnya bekerja kemarin.     

Ketika tiba-tiba ayahnya bertanya apakah dokter edwin bertemu dengan yunna dan axel menjawabnya dengan jawaban yang sepertinya sudah membuat dia khawatir dan menyusul secara cepat ke tempat putri kesayangannya itu menghabiskan liburannya.     

'Padahal ayah sebentar lagi juga akan mendapatkan bonus bayi dari ibu, tetap saja mengkhawatirkan anak-anaknya berlebihan ' celetuk axel dalam hatinya.      

Dia lalu tersenyum ke arah yoga yang duduk di sampingnya.     

"Aku buatkan minum dulu " ucap axel.     

Dia akan beranjak dari duduknya tetapi yoga menahannya.     

"Tidak usah, lanjutkan saja laporanmu " ucap yoga pada axel.     

"Sebentar lagi kamu harus bekerja " sambung yoga.     

Mereka terdiam, suasana hening untuk beberapa saat.     

"Apa adikmu juga bicara dengan dokter edwin? " lalu suara yoga akhirnya memecah keheningan seketika.     

Axel tertawa kecil dan menoleh ke arah yoga yang masih begitu terlihat khawatir.     

"Ayah, mereka cuma bicara sebentar tidak perlu khawatir seperti itu " dia menggelengkan kepalanya.     

Ternyata memang benar dugaannya, ayahnya itu takut sekali putrinya jatuh hati ketika bertemu dengan dokter edwin. Setelah tidak berhasil memiliki ibunya, dia ketakutan yunna lah yang akan dia bawa. Terlebih lagi yunna mengatakan padanya bahwa dia menyukai ayah dari teman sekelasnya itu.     

"Kamu tahu adikmu itu seperti apa " ucap yoga, "kenapa dia sama sekali tidak mirip dengan ibumu! "     

"Kalau tidak mirip ibu, berarti yunna mirip ayah? " pertanyaan axel sekarang membuat yoga tertegun.     

Kedua alisnya terangkat dia kesulitan menjawab satu pertanyaan yang muncul karena perkataannya sendiri.     

"Kalau anak laki-laki kan wajar pernah nakal axel.. " jawabnya dengan suara pelan.     

Axel mengangguk dan menunjukkan satu jari telunjuk sambil tertawa, dengan kata lain yoga mengatakan bahwa yunna mirip dengannya.     

"Dia masih terlalu muda kalau menikah " ucap yoga pelan.     

Membuat tawa axel semakin terdengar keras mendengar ayahnya itu mengatakan hal yang sangat tidak mungkin terjadi.     

"Ayah! " axel lalu menghentikan tawanya dan memandangi yoga.     

"Yunna masih kecil dia cuma mengagumi seseorang yang mirip dengan ayah " ucap axel meyakinkan yoga, "dia belum tahu benar cinta yang sebenarnya, keinginannya masih berubah-rubah "     

"Ayah percaya saja pada yunna " sambung axel, "aku yakin yunna tidak akan mengecewakan ayah "     

"Ayah datang kesini hanya karena takut dan malah meninggalkan ibu sendirian " axel menarik nafasnya dalam-dalam, dia lalu beranjak dari duduknya untuk bersiap ke tempatnya bekerja.     

"Nanti jangan-jangan malah ibu yang di datangi dokter edwin! " lalu axel mengucapkan candaannya itu pada yoga.     

"Axel!! " yoga bereaksi dengan candaannya itu.     

Axel menahan tawanya dan melambaikan tangannya, membiarkan ayahnya itu beristirahat setelah melakukan perjalanan yang jauh dan bertemu dengan yunna yang baru satu hari berada di tempatnya.     

"Dok, yang tadi itu teman dokter? " nita langsung mengintrogasinya ketika dia sampai di puskesmas.     

Axel menaikkan kedua alisnya memikirkan sosok yang nita tanyakan sekarang. Dia lalu duduk di ruangan nya.     

"Yang mana? " axel bertanya pada nita.     

"Yang tadi pakai jaket hitam " jawab nita.     

Axel mengingat kembali, tadi ayahnya itu datang dengan menggunakan jaket hitam.     

Dia lalu tersenyum dan melihat ke arah nita, "kenapa? dia keren kan? "     

"Kamu naksir ya? "      

Nita mengerutkan dahinya, "memangnya kenapa? "     

"Keren nya ngabisin itu mah dokter " puji nita mengingat kembali sosok yang dilihatnya tadi pagi.      

Membuat dia merasa mendapatkan suntikan hormon endorfin yang membuatnya bahagia dan semua stres yang ada di pikirannya hilang.     

"Berarti aku juga kamu lihat seperti itu " ucap axel pada nita.     

Membuat wanita itu mengerucutkan bibirnya tidak setuju dengan yang dikatakan oleh axel sekarang.     

"Kamu kan bilang laki-laki tadi keren abis " ucap axel, "karena buah itu tidak jatuh jauh dari pohonnya, kalau kamu bilang ayahku keren pasti anaknya juga keren! "     

"Dan anaknya itu aku! " sambung axel.     

Nita membulatkan kedua matanya dan mulutnya menganga, ternyata laki-laki keren tadi itu adalah ayah dari axel.     

"Aku bilang juga apa, tidak mungkin cowok keren itu masih sendirian... " gerutu nita pelan seperti sedang menangis, "kalau bukan suami orang pasti ayah dari anak orang! "     

Nita merasa stok orang keren itu memang sudah limited edition, dan dia tidak boleh terlalu banyak berharap. Dia yang hanya akar serabut atau bunga di tepi jalan sangat memiliki kesempatan yang kecil untuk mendapatkan orang keren.     

Axel senang sekali melihat nita insecure seperti itu, dia terlalu di sayangkan jika harus diajak berbicara serius.      

Axel menjadikan nita sebagai penghiburnya di tempatnya bekerja karena semua tingkah lucu dan raut wajahnya yang sama sekali tidak pernah dia buat manis sekalipun di depan laki-laki. Dia memang terlalu cuek, tapi sepertinya itu yang menjadi nilai tambah untuknya.     

Nita sore ini menyimpan peralatan yang dia pakai untuk membersihkan tempat kerjanya, karena lagi-lagi dia harus menjadi tumbal kedua seniornya piket kebersihan puskesmas setelah pelayanan selesai.     

Terlihat dari kejauhan laki-laki yang tadi axel sebutkan adalah ayahnya melambaikan tangannya ke arah nita.     

"Saya? " dia bertanya dengan menunjuk dirinya sendiri memastikan bahwa orang yang laki-laki paling keren itu panggil adalah dirinya.     

Terlihat anggukan kepalanya yang memastikan bahwa memang nita yang dia panggil untuk mendekat ke arahnya yang sedang berdiri di halaman rumah dinas milik axel.     

Nita merapikan rambutnya yang acak-acakan itu, dan segera mencuci tangannya. Dengan langkah cepatnya dia menghampiri sosok yoga.     

"Masuklah " ajaknya.     

Nita terheran ketika dia diajak masuk ke dalam rumah, terlihat yunna yang sedang mengeluarkan banyak barang dari dalam tas sedang axel hanya tersenyum melihat nita yang masih memakai seragam dan penampilannya yang acak-acakan.     

"Axel bilang kamu pernah mengajarkan dia menolong partus sendirian " ucapnya pada nita, "dan membuat masyarakat disini antusias dengan kehadiran dokter baru "     

"Terima kasih " lalu yoga mengucapkan sebuah ungkapan terima kasih pada nita.     

"Dan itu ada oleh-oleh yang ibu axel titipkan untuk diberikan kamu dan kedua temanmu yang lain "      

Nita tersenyum malu sekaligus terkejut mendapatkan sebuah hadiah sekarang ini.     

"Terima kasih dokter " ucap nita.     

Dia pernah mendengar dari cerita axel bahwa ayahnya adalah dokter juga.     

Yunna lalu menghampiri nita dan memberikan dua kantung yang berisi banyak makanan dan dan juga botol-botol aneh yang belum dia lihat.     

"Axel bilang kalian kesulitan menemukan makanan aneh seperti itu disini " yoga memberitahukan pada nita.     

Nita mendelik ke arah axel yang tertawa tanpa suara yang sepertinya puas sekali sudah membuat nita malu di depan ayahnya karena tidak bisa membeli makanan supermarket itu.     

Dia ingin sekali menangis dalam hatinya, bukan karena makanan itu tapi karena rasa malunya di hadapan laki-laki keren.     

"Dan katanya kalian itu tidak punya waktu membeli bahan-bahan untuk perawatan jadi ibu axel yang membelikan itu semua untuk kamu "     

Kedua alis nita terangkat, dia lalu mencari tahu isi dari kantung yang hanya ada botol-botol itu.      

Dia membulatkan kedua matanya ke arah axel yang malah cekikikan ketika nita melihat isi dari plastik itu adalah sebuah handbody, parfum dan juga mask sheet yang sama sekali tidak bisa dia beli karena tempat nya terlalu jauh untuk membeli itu.     

'Awas saja nanti aku balas! ' nita menatap tajam ke arah axel yang sedari tadi hanya menertawakannya.     

Ketika dia sedang memandangi axel yang menertawakannya, terlihat yoga yang menerima sebuah panggilan telepon di ponselnya.     

"Jahat sekali dokter! " cetus nita pada axel sekarang ini.     

Yunna yang duduk disamping axel tersenyum, dia melihat kedua orang itu bergantian.     

"Kakak itu perhatian sama kamu! " ucap yunna pada nita.     

"Yunna " ucap axel, "kami itu berteman! "     

Nita menganggukkan kepalanya menyetujui perkataan axel sekarang walaupun dia sedang kesal pada axel.     

Yunna tertawa kecil, "pak guru psikologi pernah bilang, laki-laki itu mau berteman dengan wanita yang dia suka sedang wanita itu berteman dengan laki-laki yang tidak dia suka "     

"Jadi yang suka itu kak axel! " ejek yunna.     

Perkataannya itu membuat nita dan axel seketika terdiam dan menyipitkan mata mereka ke arah yunna yang malah tersenyum tanpa dosa setelah mengatakan itu di depan nita dan axel.     

Sedang di tempat lain yoga yang sedang menerima telepon dari istrinya itu terlihat semakin gusar.     

"Apa aku boleh masuk kerja besok? " pinta istrinya itu dari telepon.     

"Tidak boleh " jawab yoga, "besok aku juga pulang dengan yunna, jadi kamu jangan kemana-mana! "     

"Tapi hanya diam saja di ruangan aku janji "     

"Tidak boleh " yoga bersikukuh.     

"Tiga jam saja... "     

Yoga menggelengkan kepalanya, "sayang, kalau aku bilang tidak boleh itu artinya tidak "     

Dia masih di batas kesabarannya mengatakan pada istrinya yang sedang hamil dan ingin pergi ketempat kerjanya.     

"Satu jam kalau begitu! "     

"Kanita!! " yoga menyebut namanya.     

"Iya " dan agnita yang menyahut sekarang ini.     

Dia pikir yoga memanggilnya tadi.     

Ketika yoga sedang kesal dan memanggil nama istrinya itu dia terkejut teman kerja axel itu mengangkat satu tangannya.      

Seperti seorang guru yang sedang mengabsen muridnya.     

Axel dan yunna malah tertawa melihat ayahnya dan nita yang kebingungan sekarang ini.     

"Maaf " nita malu sekali, "saya pikir dokter memanggil nama saya, ternyata istri dokter "     

Dia tidak bisa menutupi rasa malunya sekarang ini.     

Yoga baru tahu bahwa nama perempuan itu memiliki nama yang sama dengan istrinya, melihat ke arah yunna dan axel secara bergantian yang menganggukkan kepalanya.     

Diantara rasa takutnya memikirkan istri dan putrinya, yoga mengerutkan dahinya ternyata di dunia axel pun dia bersama dengan wanita yang memiliki nama sama dengan ibunya dengan profesi yang sama.     

Tiba-tiba terlintas di pikiran yoga, 'apa mungkin nanti axel juga akan menikah dengan temannya yang bernama agnita itu? '     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.