Jodoh Tak Pernah Salah

Part 51 ~ Rapat Kantor



Part 51 ~ Rapat Kantor

0Rivo, Putri dan Rani memberikan laporannya pada Dila. Dengan seksama Dila memeriksa laporan para anggotanya dan mencocokkan dengan data yang ada di neraca keuangan.     
0

" NPL kita sudah menurun ya. Usahakan penagihan kredit macet untuk menambah pendapatan ekstra."     

"Baik kep," jawab ketiganya.     

"Rivo, bagaimana dengan perkembangan kredit Pak Haji Bakri? Dia sudah melakukan pembayaran?"     

"Belum kep. Malah dia mau minta perpanjangan kredit sama kita. Dia merasa nasabah lama kita, selalu bandingkan saya dengan AO lama. Menurut saya Pak Haji Bakri udah enggak sanggup bayar cicilan kreditnya lagi. Tiap bulan dia terus yang bikin NPL kita tinggi."     

"Lalu bagaimana pendapat kamu mengatasi masalah Pak Haji ini?"     

"Kalo menurut saya kep. Tiap bulan yang masalah terus kan dia. Mending kita lelang saja rumahnya untuk pelunasan kredit. Kita yang minta utang sama dia pula galak."     

"Penduduk +62 emang gitu. Yang berhutang lebih galak daripada yang kasih hutang," celetuk Putri.     

"Sebaiknya kamu kasih surat pemanggilan dan SP satu. Kep akan bicara dulu dengan beliau. Nanti kita putuskan apakah rumah beliau kita lelang apa tidak."     

"Rani, Robi sudah kamu tarik agunannya?" Dila melirik Rani.     

"Belum jadi ditarik kep. Robi udah rela nyerahin mobilnya buat kita lelang, tapi istrinya ngamuk. Aku malah ditodong pake pisau dapur," balas Rani dengan wajah cemberut. Baru kali ini menyita agunan nasabah macet ditodong pake pisau."     

"Baki debet kreditnya tinggal berapa?"     

"Tinggal 125 juta lagi kep. Harga mobilnya jika di jual sekitar 145 jutaan. Masih bersisa 20 juta buat si Robi. PR-nya sekarang mobil agunannya ditahan sama istri Robi."     

"Ya udah nanti kep ikut sama kamu buat ambil agunan. Kep akan ngomong sama istrinya. Semoga aja setelah diberi pengertian dia mau serahin mobilnya. Kalo istrinya masih ngotot terpaksa kita harus tegas."     

"Baik kep," jawab.     

"Kep ada info heboh dari capem by pass. Udah tahu belum?" Putri bukannya bicara masalah kantor malah bergosip.     

"Capem by pass ada kasus?" Kening Dila berkerut mengingat Stevi sebagai kepala capem. Dari dulu Stevi menganggap Dila sebagai saingannya dan tak mau kalah.     

"Iya kep ada kasus. Aku barusan tahu dari Andi AO by pass. Nasabah ini bawaan kep Stevi. Andi bersikeras enggak mau kasih kredit, tapi kep Stevi ngotot buat kejar target. Nasabah dikasih kredit modal kerja sebanyak 500 juta dengan agunan dua buah truk. Nasabahnya baru nyicil satu kali angsuran kabur kep. Dua buah truk yang dijadikan agunan dibawa kabur sama nasabahnya. Wah kayaknya bakal sengit rapat nanti nich kep. Persaingan antara kep Dila dan kep Stevi semakin sengit ini. Aku yakin kep Stevi akan dikeramas sama Pak Satria ketika rapat nanti, sementara itu kep Dila akan mendapatkan pujian karena kredit kita melewati target dan NPL kita turun."     

"Serius?" Dila tak percaya dengan informasi yang ia dengar?"     

"Dua rius kep. Ini WA aku sama Andi." Putri menunjukkan percakapannya via WA dengan Andi.     

"Pelajaran juga buat kita semua. Kalo ada nasabah kredit diatas seratus juta ke atas. Kita enggak hanya minta agunan yang bisa bergerak, lebih baik agunan yang tidak bergerak. Enggak bisa dibawa kabur dan lebih selektif memilih nasabah. Kep selama ini menolak kredit nasabah bawaan kalian bukannya apa-apa, enggak potensial malah beresiko macet. Kalo prospek nasabahnya bagus pasti kep akan ACC kreditnya."     

"Putri, Rani, Rivo ini bisa jadi pembelajaran bagi kalian semua. Jangan asal capai target, tapi NPL kalian tinggi."     

Dila melirik jam tangannya, " Yuk jalan ke kantor basis. Tiga puluh menit lagi rapat akan dimulai."     

Rapat evaluasi cabang berjalan menegangkan. Pak Satria naik darah karena target kantor basis kalah dengan kantor capem.     

"Ini bagaimana AO kantor basis kalah dengan AO capem? Kredit kita hanya bertumbuh sebanyak satu persen, sementara capem rata-rata bertumbuh sebanyak lima persen? Apa saja yang kalian lakukan?"     

Semua AO kantor basis menunduk tak ada yang berani menjawab. Mereka tak punya nyali untuk menjawab karena memang mereka tak mencapai target.     

"Secara keseluruhan pencapaian kredit kita dibantu oleh capem lintas dibawah pimpinan Ibu Dila. Jika capem lintas tidak melebihi target maka kantor cabang kita tidak akan masuk tiga besar. Ayolah kalian semua berjuang lebih keras lagi. Apa hambatannya sampai kalian tidak bisa memenuhi target? Masa kantor basis kalah sama capem lintas? Ini memalukan. Harusnya pencapaian kantor basis harus lebih tinggi daripada capem."     

Semua hening tak ada yang berani bersuara. Semua tertunduk lesu.     

"Jika performa kalian masih buruk seperti ini. Saya tidak jamin memberi kalian nilai tinggi di akhir tahun. Hanya yang mencapai target yang akan saya beri nilai tinggi seperti capem lintas dibawah binaan Ibu Dila. Jika nilai kalian rendah bukankah mempengaruhi bonus akhir tahun? Jika mau bonus besar harus kerja lebih kerja. Ingat bank MBC adalah raja di Sumatera Barat. Kalian manfaatkan status bank kita. Ingat! Pencapaian di Sumatera Barat bank kita nomor satu daripada bank-bank lainnya. Kepercayaan masyarakat sangat tinggi dengan bank kita."     

"Terima kasih untuk Ibu Dila dan tim yang telah bekerja keras hingga pencapaiannya melebihi target. Semoga capem yang lain semakin termotivasi mencapai target kredit dan penurunan NPL."     

Stevi semakin geram dan muak mendengar nama Dila dipuji. Tak sudi kinerja Dila lebih bagus darinya. Ia tak mau kalah dan mau selalu unggul dari Dila dari segi apa pun.     

Pak Satria meminum segelas air, marah-marah membuat tenggorokannya kering.     

"Saya juga mendapatkan laporan tentang capem by pass. Nasabah yang baru saja realisasi sudah kabur. Baru angsuran pertama dia sudah macet. Ibu Stevi kenapa bisa seperti itu? Apa enggak cek dan ricek dulu memberikan kredit pada nasabah?" Sorot mata Pak Satria tajam melihat Stevi.     

Stevi salah tingkah karena semua mata menatap padanya dan meremehkan kemampuannya. Rasanya Stevi tak punya muka di depan peserta rapat. Ia tak menyangka Pak Satria akan membahas masalah ini ketika rapat. Ia kehilangan muka karena dimarahi di depan para AO yang notabene jabatannya dibawah Stevi.     

"Pak, saya akan berusaha mencari beliau sampai ketemu dan menyelesaikan masalah ini," jawab Stevi terbata-bata.     

"Memang harus anda selesaikan. Apa saja langkah yang sudah anda lakukan?"     

"Kami sudah mendatangi keluarga nasabah dan cari tahu keberadaannya Pak."     

"Jangan lupa blokir BPKB dan STNK truknya. Pelajaran buat kita semua. Kalo ada kredit usaha yang nilainya lumayan besar, agunannya jangan benda bergerak harus benda yang tidak bergerak. Kesempatan nasabah bawa kabur agunan kecil. Resiko kita juga kecil."     

"Ini kalian capem by pass. Benar-benar gegabah memberi kredit. Enggak liat dulu latar belakang nasabah     

Jangan hanya kejar target saja. Buat apa kredit meningkat tapi potensi NPL juga tinggi? Siapa AO-nya?"     

Andi dengan ragu menunjuk tangan. Jika boleh jujur ia akan menghabisi Stevi dalam ruangan rapat ini, namun mengingat orang di belakang Stevi terpaksa tutup mulut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.