Jodoh Tak Pernah Salah

Part 274 ~ Pelantikan Rektor Baru ( 3 )



Part 274 ~ Pelantikan Rektor Baru ( 3 )

0Setelah kepergian Bara, Niken tak henti-hentinya menggoda sang atasan sehingga Dila malu dan wajahnya memerah seperti kepiting rebus.     
0

"Niken udah," protes Dila pada Niken.     

"Suami istri kok malu-malu. Kayak orang pacaran aja. Nanti jangan lama-lama ngobrol ma Pak ketua ya k     

ep. Nanti malah terjadi hal-hal yang diinginkan."     

"Niken," ucap Dila dengan intonasi tegas.     

"Kep acaranya dah mau mulai." Niken mengalihkan pembicaraan agar Dila tak marah padanya.     

Acara pelantikan pun dimulai. Acara pertama pembacaan ayat suci Alquran agar acara ini dirahmati dari awal sampai akhir. Kemudian gubernur dan walikota bergantian memberikan kata sambutan. Harapan mereka agar Universitas Islam Alabdy semakin maju dalam pendidikan agama islam dan bisa menjadi percontohan untuk UIN lainnya. Tepuk tangan meriah diberikan ketika gubernur dan walikota selesai memberikan sambutan. Acara selanjutnya pelantikan sang rektor baru.     

Bara, Dian dan Dila shock dan tak percaya jika rektor Universitas Islam Alabdy yang baru adalah Muhammad Fatih alias Fatih. Tak menyangka di usianya yang masih muda sudah memilik jabatan yang mentereng. Wanita mana yang tidak klepek-klepek dengan pesona Fatih. Nama Fatih sangat cocok untuknya karena Fatih artinya sang penakluk. Fatih mampu membuat tiga orang wanita bertekuk lutut seperti Dila, Naima dan Cyra. Kedepannya mungkin akan lebih banyak wanita yang tergila-gila padanya.     

"Kakak aku semakin ngefans sama kamu," ucap Dian pelan dari tempat duduknya.     

"Uda kamu memang membanggakan. Memantaskan diri yang kamu lakukan sangat luar biasa. Aku kagum padamu. Semoga Allah memberikan jodoh yang terbaik untuk kamu. Aku sudah menjadi istri orang. Semoga kamu bahagia dengan kehidupan barumu. Aku yakin kamu akan bersanding dengan wanita yang tepat."     

Fatih melihat Dila dari atas panggung. Hatinya bergerimis merasa miris. Disaat semua mimpinya telah terwujud bahkan diluar ekspektasinya malah wanita pujaan yang dimimpikan siang dan malam telah menikah dengan orang lain. Fatih juga melihat kehadiran Bara di kursi VIP. Fatih menundukkan kepala memberi hormat pada Bara.     

Bara sangat terkesan dengan Fatih. Pria itu sopan dan tahu tata krama. Pantas saja Dila begitu mencintai dan menggilai Fatih. Menjadi seorang rektor bukanlah hal yang mudah dan penunjukkan rektor pun tak sembarangan. Hanya orang terpilihlah yang bisa menduduki jabatan tersebut. Tugas Fatih sangat berat dalam memajukan pendidikan islam di ranah Minang.     

Seusai acara pelantikan selesai. Acara dilanjutkan dengan acara ramah tamah sembari makan siang. Bara pun mendekati Fatih dan mengucap selamat. Gubernur dan walikota pergi setelah bersalaman dengan Fatih.     

"Selamat Bapak Fatih atas penobatannya semoga Universitas Islam Alabdy semakin maju dibawah kepemimpinan Bapak," ucap Bara tulus menyalami Fatih. Mereka bicara dengan bahasa formal.     

Fatih pun membalas uluran tangan dan menepuk pundak Bara, "Terima kasih Pak ketua DPRD sudah sempat hadir di acara kami. Sungguh suatu kehormatan Bapak bisa datang kesini."     

"Saya datang jika diundang Pak. Sungguh suatu kehormatan bisa berkenalan dengan rektor baru. Siap-siap viral karena anda rektor termuda dan juga tampan," balas Bara terkekeh.     

"Bisa aja lo bro," ujar Fatih dengan bahasa tidak formal. "Enggak usah terlalu kaku juga."     

"Gue kira lo kaku ternyata seru juga."     

"Selamat uda atas pelantikannya," ucap Dila menghampiri Fatih dan Bara. Dila tahu batasannya sehingga tak menyalami Fatih. Ia hanya menangkupkan tangan ke dada.     

Bara pun memegang pinggang Dila menunjukkan tanda kepemilikan pada Fatih.     

"Kok kamu bisa disini sayang?" Bara mengulas senyum menatap sang istri.     

Fatih merasa tidak enak dan terbakar api cemburu. Melihat wanita pujaan dengan suaminya. Sungguh memilukan nasibnya namun Fatih tahu jika Allah tidak mentakdirkan mereka berjodoh.     

"Aku menggantikan kepala cabang untuk datang. Kebetukan Pak Irwan masih di Jakarta sehingga aku yang dipilih menggantikan beliau. Semoga ke depannya kita bisa kerja sama uda." Dila menatap Fatih.     

"Kerja sama apa ya?" Fatih tidak mengerti dengan maksud Dila.     

"Bagaimana jika sambil makan?" Dian tiba-tiba datang. "Aku sudah menyiapkan meja dan menaruh hidangan di atasnya.     

"Dian kamu asisten aku apa Fatih?" Bara menggoda Dian. Bara melihat ada sesuatu antara Dian dan Fatih.     

"Kita berempat bos makanya aku siapkan makan untuk kita berempat." Dian memprotes kesal.     

"Sudahlah jangan ribut." Dila menengahi dan mengajak ketiga menuju meja yang telah disediakan Dian.     

"Kak Fatih memang luar biasa," puji Dian didepan Dila.     

"Kak?" Dila melirik Dian kaget.     

"Iya Dil. Aku panggil Bapak Fatih dengan panggilan kakak," ucap Dian tanpa beban. Tidak tahu saja Dian jika Dila shock dan kaget melihat keakraban mereka.     

"Kalian kok bisa kenal dan akrab?" Tanya Dila penuh selidik.     

"Kamu dekat ketika di Bandung," jawab Fatih singkat sukses membuat Dian muntah-muntah. Dila pun tak menyangka jika Fatih telah melupakannya begitu saja.     

"Dian hati-hati kalo makan." Fatih menyodorkan segelas air pada Dian.     

Interaksi keduanya membuat Dila sadar jika Fatih telah move on darinya. Tidak mungkin Fatih masih mengharapkannya karena posisinya sekarang telah jadi istri Bara.     

"Makasih kak," balas Dian sungkan. Dian bisa melihat kecemburuan, keterkejutan Dila.     

"Mending kamu pake hijab dech biar Alvin enggak malu lagi liat maminya enggak berjilbab." Fatih lanjut mengomentari Dian dan semakin membuat Dila melongo.     

"Kak Fatih telah bantu permasalahan aku dan Alvin Dil. Enggak sengaja kak Fatih di Bandung memberikan terapi psikologi buat anak-anak pesantren. Kebetulan Alvin sekolah di pesantren itu. Aku pernah cerita jika aku punya anak dari peristiwa itu."     

"Iya aku ingat," balas Dila terhenyak.     

"Kebetulan kak Fatih kasiih terapi sama Alvin dan menjembatani hubungan kami. Berkat bantuan kak Fatih carikan aku terapis rasa trauma melihat Alvin jadi hilang. Kami sekarang sudah bisa menerima kehadiran masing-masing."     

"Waaaaww hebat sekali bro." Bara memuji Fatih sambil menyantap makanannya.     

"Dulu aku susah sekali membujuk Dian untuk menerima Alvin. Aku saja yang bertahun-tahun mencobanya tidak pernah berhasil sementara kamu yang hitungan hari bisa membuat Dian menerima Alvin."     

"Biasa saja bro. Jangan berlebihan. Aku hanya sebagai terapis kala itu. Allah yang telah melunakkan hati Dian hingga bisa menerima Alvin."     

"Kalian viral lo karena peristiwa penembakan di supermarket bahkan media saja menggadang-gadangkan jika kalian sepasang kekasih. Apa kalian punya hubungan?" Bara sengaja memancing Fatih agar Dila sadar kemungkinan mereka bersama sudah tak ada. Fatih sudah move on dan beralih pada wanita lain.     

"Bos jangan gila," cebik Dian dengan suara pelan namun masih bisa didengar Dila dan Fatih.     

"Doakan saja yang terbaik untuk kami," ucap Fatih ambigu. Hati Dila semakin terasa sakit dan perih. Buat apa ia pertahankan rasa cintanya jika Fatih sendiri sudah move on.     

Satu hal yang disadari Dila jika dia dan Fatih sudah menjalani takdir masing-masing.     

"Ayah dan Ibu uda mana?" Dila celingak-celinguk mencari keberadaan orang tua Fatih.     

"Mereka jalan-jalan kelilling kampus. Katanya mereka tidak terbiasa menghadiri acara seperti ini."     

"Ohhh."     

"Apa ada kemungkinan bro dan Dian akan taaruf?" Tanya Bara lancang hingga membuat Dian menendang kakinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.