Jodoh Tak Pernah Salah

Part 28 ~ Tenggelam



Part 28 ~ Tenggelam

0Pagi-pagi sekali Bara dan Dila memulai kegiatan mereka. Selesai sarapan mereka segera bersiap-siap untuk surfing. Pagi ini mood Bara memburuk karena pertengkarannya dengan Egi. Untung saja pagi ini Egi tidak menampakan batang hidungnya. Jika tidak nasib Egi dalam bahaya. Ketika emosi Bara tidak bisa mengontrol sikapnya. Bara bisa saja menghabisi Egi.     
0

Dila menggunakan pakaian renang muslimah. Walau belum berhijab Dila berusaha tampil menutup aurat walau berenang sekali pun. Jika bule hanya memakai bikini saat surfing Dila malah memakai pakain renang muslimah. Bara sekali lagi terkesan pada istrinya. Cantik, pintar dan sopan. Siapa yang tidak beruntung memiliki istri seperti Dila, tapi sayangnya Bara gay.     

" Kamu sudah siap belajar?" Bara memastikan kondisi Dila.     

" Tentu Pak guru. Saya siap belajar," ucap Dila meledek Bara.     

" Nanti jika kita bersentuhan selama aku mengajarimu maklumi saja ya. Lagian kita sudah halal jadi wajar jika saling bersentuhan."     

Dila tersipu malu dan pipinya memerah mendengar ucapan Bara.     

" Aku mengerti uda. Maaf aku belum terbiasa berdekatan denganmu."     

" Bagus." Bara memberikan jempol untuk Dila.     

" Karena kamu masih pemula kita pakai papan selancar yang besar dan berbentuk oval. Kita belajar di darat dulu. Jika kamu sudah menguasai tekniknya kita akan langsung praktek bermain ombak. Kamu siap?"     

" Siap Pak Guru."     

Bara dan Dila berjalan menuju pantai. Bara mengajari teknik awal untuk surfing.     

" Pertama tiduran dulu, angkat badan lalu berdiri dengan kaki kiri atau kanan yang ke depan, badan agak sedikit membungkuk," kata Bara mempraktekan gerakan awal surfing.     

" Intinya kita harus bisa jaga keseimbangan dan hilangkan rasa takut buat jatuh. Kamu bisa berenang?"     

" Bisa."     

" Ya sudah coba kamu praktekan gerakan yang aku ajarkan tadi. Teknik harus tepat. Kalo teknik kamu udah tepat kita langsung praktek ke laut."     

Dila memperagakan teknik awal bermain surfing seperti yang Bara contohkan. Pertama kali mencoba gerakan Dila masih salah dan dikoreksi Bara. Selanjutnya Dila mempraktikan dengan benar. Dila sudah menguasai teknik sehingga Bara mengajaknya praktek ke laut. Pada percobaan pertama Dila jatuh karena belum bisa menjaga keseimbangan. Dila tak patah arang ia mencoba sekali lagi. Pada percobaan ketiga Dila berhasil menguasai ombak dan ia bersorak girang ketika berhasil surfing. Ia benar-benar bahagia. Ternyata begitu menyenangkan surfing. Pantas saja bule datang jauh-jauh dari benua Eropa dan Amerika untuk menjelajahi onbak Mentawai yang begitu menantang.     

" Bagaimana? Menyenangkan bukan?" Tanya Bara pada sang istri.     

" Sangat menyenangkan. Aku merasa bebas dan merdeka."     

" Jadi selama ini kamu terjajah?" Goda Bara mengelus kepala Dila.     

Dila canggung dan berusaha menghindar supaya tak disentuh sang suami. Bara menatap Dila dengan pandangan tak suka. Dila seperti ketakutan ketika disentuh. Dila mengerti arti tatapan Bara sehingga ia tak menghindar lagi.     

" Kamu belum menjawab pertanyaanku?"     

Dila melamun tak menggubris pertanyaan Bara. Ia merasa bersalah karena tidak mengijinkan Bara menyentuhnya. Bara melamb6aikan tangannya di depan wajah Dila.     

" Kamu baik-baik saja Dil?"     

" Eh iya," kata Dila terbata-bata tersadar dari lamunannya.     

" Kita liburan disini jangan bengong. Kamu masih mau surfing? Mau surfing bareng?" Bara menaikan alisnya menatap Dila.     

" Ide bagus."     

Bara dan Dila pun bermain surfing. Dila melupakan sejenak tentang perasaannya. Ia menikmati bermain ombak. Bisa menguasai ombak merupakan kebanggan tersendiri untuknya. Dila bersorak riang karena mulai mencintai olahraga surfing. Ombak besar menerjang dan Dila tidak bisa menjaga keseimbangan. Ia jatuh dari papan selancar dan ombak membuatnya terombang ambing. Dila berusaha berenang ke tepi pantai namun ia merasakan kaki ditahan olah seseorang dibawah air. Semakin Dila berusaha memberontak tarikan pada kakinya semakin dalam. Dila kelelep dan meminum air laut. Dila berusaha berteriak meminta bantuan suaminya namun Bara berada sangat jauh darinya. Dila kehilangan tenaga dan kakinya merasa kram. Dila merasa mungkin ini akhir hidupnya.     

Bara merasa khawatir karena tak melihat istrinya bermain surfing. Bara memandang sekitar lautan namun nihil. Tak ada tanda-tanda keberadaan sang istri. Bara mencoba menelisik sekitar dan matanya melihat Dila tenggelam dan berusaha untuk menepi. Perasaan Bara tidak enak. Ia ingat Dila pernah cerita jika bisa berenang. Tidak mungkin istrinya bisa tenggelam. Bara segera mendekati Dila dan menyelam. Kecurigaannya benar. Ada seseorang yang menarik kaki Dila dibawah sana. Diliputi rasa amarah Bara menghajar lelaki yang menarik kaki Dila dan mencoba membunuh istrinya.     

" Bangsat kamu Egi." Bara mengenali pelaku yang mencoba membunuh Dila. Dalam satu pukulan Egi keok dan melepaskan tangannya dari kaki Dila.     

" Kamu tunggu saja pembalasan dariku."     

Bara menendang Egi menjauh dari mereka dan meraih tubuh Dila.     

Sang istri sudah pingsan karena kelelep dan banyak meminum air laut. Bara berenang dan membawa Dila menepi. Dila berhenti bernapas. Bara segera memberi pertolongan pertama. Bara memijit dada istrinya untuk mengeluarkan air dari paru-paru Dila. Setelah melakukan itu Bara memberikan napas buatan dari mulut ke mulut.     

Egi menatap kesal karena cemburu melihat Bara dan Dila berciuman bibir karena pemberian napas buatan. Emosi Egi naik ke ubun-ubun dan ingin membunuh Dila secepat mungkin. Dila penghalang hubungannya dengan Bara. Mereka baru saja menikah Dila sudah bisa membuatnya dan Bara bertengkar hebat. Egi pergi menuju kamar dengan perasaan amarah dan dendam.     

Usai pemberian napas buatan, Dila terbatuk dan memuntahkan air laut yang telah dia minum.     

" Syukurlah Dila. Aku cemas tadi," kata Bara bernapas lega. Tanpa Bara sadari ia memeluk Dila dengan erat. Andai ia tidak berhasil menyelamatkan istrinya apa yang harus Bara katakan pada keluarga besar Dila. Mereka pasti menyalahkan Bara karena tidak bisa menjaga Dila.     

"  Uda aku takut," ucap Dila dengan nada takut. Ia balik memeluk Bara dengan erat.     

" Aku kira tadi akan mati. Aku belum mau mati. Dosaku masih banyak dan aku belum menutup aurat." Dila menangis terisak-isak. Bukannya prihatin Bara malah tertawa mendengar alasan Dila tidak mau mati.     

Wajah Dila berlipat tiga karena di tertawai suaminya. Dila memukul dada Bara sebagai wujud kekesalannya. Bara berlari berusaha menghindari pukulan istrinya. Mereka saling mengejar bak anak kecil. Tiba-tiba kepala Dila pusing dan berkunang-kunang.     

Bara yang asik berlari menjadi heran karena tak lagi mendengar teriakan kesal dari istrinya. Bara menoleh ke belakang. Ia melihat Dila yang memegangi kepalanya. Tahu istrinya akan tumbang. Bara berlari mendekati Dila. Sebelum Dila tumbang Bara sudah menopang tubuh Dila. Bara menggendong Dila ala bridal style. Bara membawa sang istri ke kamar. Wajah Dila pucat dan dingin.     

Bara membaringkan Dila di sofa. Bara lalu ke kamar mandi. Ia membuka kran air hangat untuk memenuhi bath up. Setelah air hangat penuh. Bara membawa Dila yang pingsan ke kamar mandi. Tanpa ada rasa sungkan Bara melepas pakaian sang istri satu persatu. Dasar Bara gay ia tak sedikit pun terangsang melihat tubuh telanjang sang istri. Ketika ia menyabuni Dila dari leher hingga kaki ia tak merasakan perasaan apa-apa. Jika lelaki normal pasti yang dibawah sana sudah menegang.     

Bara memandikan Dila dalam kondisi pingsan. Merasa Dila sudah bersih Bara meraih handuk dan melilitkan pada tubuh istrinya. Bara membaringkan Dila di ranjang. Tak lupa Bara mengoleskan minyak kayu putih ke hidung dan tubuh Dila. Ketika Bara sedang sibuk mencari pakaian, Dila sadar dari pingsannya. Dila berteriak histeris karena hanya memakai handuk. Bara sampai tutup telinga mendengar teriakan sang istri.     

" Dil kenapa harus teriak sich? Malu sama yang lain. Nanti mereka kira aku melakukan hal-hal buruk sama kamu," protes Bara menatap Dila. Malu dilihat Bara dalam kondisi memakai handuk Dila menyembunyikan tubuhnya dalam selimut.     

Bara tersenyum lucu menatap kekonyolan istrinya. Dila sangat lugu dan itu membuatnya gemas. Bara mendekati Dila dan duduk di tepi ranjang.     

" Kenapa kamu sembunyi Dil?" Tanya Bara basa basi. Padahal ia sudah tahu kenapa Dila bersembunyi dalam selimut. Namun menggoda Dila sangat menyenangkan untuknya.     

" Uda bisa keluar dulu ga dari kamar? Aku mau pakai baju," pinta Dila dari balik selimut. Jika ada pintu kemana saja milik doraemon Dila ingin kabur dari hadapan Bara. Dila sangat malu mengingat Bara menciumnya memberi napas buatan, melepaskan pakaiannya dan memandikannya.     

" Kenapa harus keluar dari kamar sich? Tadi aku lo mandiin kamu dan buka baju kamu," ucap Bara semakin membuat Dila malu.     

" Uda please.....Aku malu dan belum terbiasa. Aku ga marah uda mandiin aku cuma aku malu. Mohon mengertilah. Kita memang suami istri saling melihat tubuh telanjang pasangan itu lumrah. Cuma aku belum terbiasa. Pleaseee.....," pinta Dila mengiba. Bara tersenyum lucu meninggalkan kamar.     

Bara melupakan tawanya sejenak dan menghubungi Dian. Bara akan membuat perhitungan dengan Egi. Tindakan Egi kali ini sudah diluar batas. Membunuh Dila karena cemburu.     

" Dian siapkan helikopter untuk menjemputku di Kandui resort. Aku dan Dila akan pulang sore ini."     

" Ada apa bos? Kenapa mendadak begini? Bukannya kalian masih dua hari lagi honeymoon?" Otak Dian dipenuhi sejuta tanya.     

" Egi menyusulku kesini dan tadi dia mencoba membunuh Dila."     

" Bangsat," maki Dian tanpa sadar. Berarti Egi telah menipunya dan tak kembali ke Jakarta. Dian mengepalkan tangannya geram.     

" Bagaimana Egi mencoba bunuh istri bos?"     

Bara menceritakan kronologis percobaan pembunuhan Dila pada Dian.     

Dian mengumpat kesal mengucapkan sumpah serapah untuk Egi. Dian merasa dipecundangi oleh Egi. Homo sialan itu benar-benar membuatnya kesal.     

" Lalu apa yang harus aku lakukan bos? Apa aku harus melakukan sesuatu yang sudah jadi kebiasaan kita? Tanganku sudah gatal bos." Dian meluapkan kekesalannya.     

" Tidak usah. Egi biar aku yang tangani. Pulang dari honeymoon kita ke Jakarta dan temui Egi di kapal pesiar. Minggu depan bukankah Vegi mengadakan party disana?"     

" Iya bos. Seperti biasa Vegi mengadakan party khusus untuk member di clubnya."     

" Disana aku akan memberi Egi pelajaran. Sekarang siapkan helikopter!" Titah Bara pada Dian.     

" Siap laksanakan bos."     

Selesai bertelponan dengan Bara. Dian mengambil vas bunga dan melemparkan ke lantai.     

" Homo sialan! Bangsat! Beraninya dia menipuku. Apa dia tidak kapok dengan penyiksaan kemaren? Mau bunuh dia Tuhan." Dian bicara sendiri.     

" Aku ga rela Bara jatuh ke pelukan Egi. Aku lebih ikhlas jika Bara bersama Dila Tuhan. Aku lebih rela dikalahkan perempuan daripada laki-laki. Bara harus straight....."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.