Jodoh Tak Pernah Salah

Part 27 ~ Gelisah ( 2 )



Part 27 ~ Gelisah ( 2 )

0" Fatih. Jangan pergi." Dila menggigau memanggil mama Fatih. Suara teriakan Dila membangunkan Bara.     
0

Bara mengamati Dila dan memasang telinganya. Istri menggigau memanggil nama laki-lain. Siapa Fatih? Apa hubungan mereka? Jika Dila sudah memiliki kekasih mengapa mereka tidak menikah? Semua pertanyaan itu mengganggu pikirannya.     

" Fatih," teriak Dila histeris terbangun dari tidur lelapnya.     

" Siapa Fatih?" suara Bara penuh intimidasi.     

Keringat bercucuran dari tubuh Dila. Ia bergidik ngeri ketika mendengar pertanyaan suaminya. Nada bicara Bara tak seramah biasanya.     

" A-Aku...." Dila tergagap. Lidahnya terasa kelu untuk menceritakan Fatih. Dila merasa ini bukan waktu yang tepat. Mereka sedang honeymoon tak etis jika membicarakan lelaki lain.     

" Berikan aku waktu untuk bicara. Aku tadi bermimpi buruk." Dila berkelit. Ia belum mampu untuk jujur pada suaminya.     

" Sudah jam berapa sekarang?" Dila mengalihkan pembicaraan.     

Bara mengambil Iphone dan melihat jam di layar ponsel.     

" Jam 4 pagi," balas Bara singkat.     

Dila bangkit dari ranjang," Aku mau sholat tahajud dulu dan sambil menunggu waktu subuh. Mau jadi imamku uda?"     

" Tidak," jawab Bara gugup. Bagaimana mau jadi imam jika sholat saja tidak pernah dan bacaan ayat-ayat pendek lidahnya kelu.     

" Kenapa tidak? Bukankah suami harus jadi imam untuk istrinya?" Dila memprotes sikap suaminya.     

Dila akhirnya tahu jika suaminya bukan lelaki soleh. Suaminya memiliki banyak harta tapi tak punya iman. Bara sangat berbeda dengan Fatih yang soleh. Lagi-lagi Dila membandingkan suaminya dan Fatih. Suara Fatih merdu dalam melantunkan ayat suci alquran, suaranya ketika azan membuat hati orang bergoncang.     

Ya Tuhan kenapa suaminya jauh sekali dari Tuhan? Ratap Dila dalam hati.     

" Baiklah uda. Aku tidak akan memaksa uda untuk sholat," kata Dila ketus sebelum pergi ke kamar mandi mengambil wudhu.     

:kiss_mark::kiss_mark::kiss_mark::kiss_mark:     

" Dila," pekik Fatih keras ketika terbangun dari mimpinya.     

Tubuhnya bermandikan peluh dan wajahnya memucat. Ia baru saja mengalami mimpi buruk tentang Dila. Perasaannya tidak enak. Jantungnya berdetak lebih cepat. Ada kekhawatiran yang mendalam dari dalam diri Fatih. Kenapa Dila tiba-tiba datang dalam mimpinya? Apa yang terjadi dengan kekasih hatinya?     

Kekasih hati? Fatih tertawa miris. Dia tak pernah meresmikan hubungannya dengan Dila. Ia memang mencintai Dila namun tak pernah mengungkapkan rasa cintanya. Ia hanya memberi tahu Dila untuk menunggunya dan akan datang untuk meminang. Mengatakan cinta pada wanita yang belum halal untuknya merupakan suatu kesalahan untuk Fatih. Ia ingin Dila tetap suci untuk dirinya.     

Lelaki tampan itu kepikiran dengan mimpinya. Dalam mimpi dia berkata jika ia kecewa karena Dila telah menikah dengan lelaki lain. Mengingat Dila menikah dengan lelaki lain dadanya terasa sesak. Dilanya tak mungkin meninggalkannya karena ia tahu Dila perempuan yang setia dan berkomitmen.     

Namun mimpi itu mengusik pikiran Fatih. Ia yakin bahwa mimpinya bukan sekedar bunga tidur namun sebuah pertanda. Fatih ingin segera menjawab rasa penasarannya. Ia ingin menelpon ke Ibunya di Indonesia. Jika waktu Mesir menunjukan pukul tiga pagi berarti di Indonesia sudah pukul delapan pagi. Waktu Indonesia lebih cepat lima jam dari waktu Mesir.     

Fatih bangkit dari ranjang sebelum menelpon ibunya ia akan sholat tahajud dulu dan mengaji hingga menunggu waktu subuh. Sepertiga malam dihabiskan Fatih untuk beribadah dan mendekatkan diri pada Allah.     

Seusai sholat subuh berjamaah di mesjid sekitar flat Fatih segera menghubungi ibunya di Indonesia. Fatih merasa deg-degan. Ia tak hanya merindukan ibunya namun ia juga sangat ingin tahu keadaan Dila. Panggilan VC Fatih belum dijawab sang ibu. Timbul kegelisahan dalam dirinya karena sang ibu tidak menjawab. Fatih semakin gusar. Pada panggilan ketika sang ibu baru menjawab panggilannya.     

" Assalamualaikum Ibu. Apa kabar?" Wajah Fatih berseri-seri melihat sang ibu.     

" Walaikumsalam nak," balas Ibu dengan suara lembut khas seorang Ibu.     

" Kabarmu bagaimana nak? Sehat disana?"     

" Seperti yang Ibu lihat. Anak Ibu sehat-sehat saja."     

" Syukurlah nak. Ibu senang mendengarnya. Ibu rindu denganmu. Kapan kamu pulang? Sudah delapan tahun kita tidak merayakan lebaran bersama."     

" Sabar ya Ibu. Enam bulan lagi aku akan balik ke Padang Ibu. Sepertinya aku akan mengabdi di Padang saja. Aku dapat tawaran menjadi rektor sebuah kampus islam di Padang."     

Ibu Fatih mengusap wajahnya karena bangga dengan prestasi sang anak. Walau sebagai orang tua belum bisa memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya namun ia bangga bisa mengantarkan anaknya menuju kesuksesan.     

" Ayah mana? " Fatih memandang sekitar rumahnya karena tak melihat sosok sang ayah. Dimana ada ibu disitu ada ayah. Walau usia mereka sudah senja namun keromantisan diantara mereka tak pernah berubah. Fatih sering meledek kedua orang tuanya dengan sebutan romeo dan juliet.     

" Ayah sedang mengawasi kebun bawang. Kita panen dan alhamdulilah panen melimpah."     

" Alhamdulilah ibu. Senang mendengarnya. Ayah dan ibu jangan kecapekan. Jaga kesehatan disana. Aku tak mau kalian sakit. Bu kalo boleh tahu apa ada mampir ke rumah Om Defri dan tante Lusi? Apa kabar keluarga mereka? Jadi kangen keluarga mereka bu. Orang baik seperti mereka tak pernah bisa aku lupakan jasanya," ucap Fatih berputar-putar. Tujuannya menanyakan kabar Dila namun ia tak ingin ketahuan Ibunya makanya ia pura-pura menanyakan kabar kedua orang tua Dila.     

Ibu tepuk jidat karena lupa mengabarkan pada Fatih jika Dila sudah menikah.     

" Ayah dan Ibu baru balik dari sana."     

" Berkunjung seperti biasa?" potong Fatih tak sabar.     

" Bukan. Tepatnya kami diundang om Defri."     

" Mengundang karena Iqbal menikah lagi?" Kelakar Fatih memancing tawa sang ibu.     

" Hampir benar dugaanmu tapi bukan Iqbal yang mau menikah lagi."     

" Lalu siapa?"     

" Siapa lagi kalo bukan Dila nak. Dila kan belum menikah. Dia baru saja melangsungkan pernikahan dengan seorang pengusaha muda dan suaminya juga seorang anggota dewan nak. Suaminya memang pemilu caleg. Mereka dijodohkan nak bukan pacaran."     

Ting....Smartphone yang Fatih pegang terlepas ke lantai. Fatih tak percaya dengan apa yang ia dengar. Dila telah menikah?     

Fatih mendengar sang ibu memanggilnya namun ia tak bergeming. Ia tak bisa menerima kenyataan jika Dila telah menikah dengan lelaki lain. Apa arti perjuangannya selama ini jika tak bisa mempersunting pujaan hatinya?     

Fatih merasa jatuh sejatuh-jatuhnya. Ia menyeka air matanya. Ia telah kalah sebelum berperang. Hatinya bergerimis dan dadanya terasa sesak. Ia memukul-mukul dadanya. Mimpinya bukan hanya sekedar bunga tidur tapi sebuah firasat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.