Jodoh Tak Pernah Salah

Part 45 ~ Tragedi Kolor



Part 45 ~ Tragedi Kolor

0"Tak bisakah kamu tunjukkan hormatmu pada suamimu?" Bara berang mendekati Dila dan menyudutkannya ke dinding.     
0

" Jangan pernah bermimpi jadi suamiku. Kamu hanya suami di atas kertas," balas Dila telak membalikkan ucapan Bara.     

Bara termenung, tak menyangka sang istri bermulut pedas. Dila mendorong Bara menjauhi dirinya. Dila masih gregetan berdekatan dengan Bara, apalagi Bara hanya bercelana boxer dan telanjang dada. Seumur hidup baru Bara pria yang dilihatnya seperti itu.     

"Tidak aku sangka kamu bermulut pedas," sarkas Bara mentertawakan Dila.     

"Sikapmu ketus makanya aku ketus. Jika kamu baik maka aku akan baik juga. Kamu menghina aku sebagai wanita. Siapa yang berharap menjadi istrimu? Bukankah kamu sudah menyelidikiku? Jadi kamu sudah tahu siapa yang aku inginkan jadi suamiku. Kamu pikir mudah untukku menerima pernikahan ini. Tidak Bara! Aku hampa," ujar Dila dengan mata memerah menahan tangis. Ia tak boleh kelihatan cengeng dan harus menunjukkan kekuasaannya.     

"Jika kamu tidak mau reputasimu rusak karena aku. Jaga sikapmu! Aku bisa saja menceraikan kamu lebih cepat. Kamu minta waktu dua tahun jika aku ingin bercerai. Jika kamu terus melukai perasaanku, bisa jadi perceraian lebih cepat. Bukankah ini akan merusak reputasimu sebagai anggota dewan terhormat? Bisa jadi wartawan akan mencari informasi kenapa aku menggugat cerai kamu. Bisa jadi wartawan akan membongkar semua rahasia yang kamu sembunyikan selama ini yang bahkan rahasia itu tak diketahui kedua orang tua kamu!"     

Bara tak berkutik, menelaah semua ucapan Dila. Ia tak siap jika orientasi seksualnya diungkap ke publik. LGBT isu yang paling sensitif di ranah Minang. Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah falsafah orang Minangkabau. Minang identik dengan Islam. Hukum adat di Minangkabau berlandaskan Alquran, kitab suci umat Islam.     

Islam mengharamkan LGBT. Tak ada tempat untuk LGBT dalam masyarakat Minang. Mereka akan dikucilkan dan tak diterima di masyarakat. Jika fakta Bara seorang gay terungkap ke publik, bisa dipastikan kariernya akan hancur sebagai tokoh masyarakat dan pengusaha. Banyak rekan bisnis yang membatalkan kerja sama dengannya.     

"Kamu sedang menstruasi?" Pertanyaan Bara melenceng dari topik.     

Dengan sikap angkuh, Dila berbalik menatap Bara. Apa laki-laki ini kehabisan obat hingga menanyakan ia datang bulan apa tidak? Entahlah Dila tak mengerti jalan pikiran Bara.     

"Apa hubungannya?" Dila memasang tampang masam.     

"Jika kamu mens pantas saja emosimu level dewa," kelakar Bara sembari tertawa. Ia ingin mencairkan suasana tegang diantara mereka.     

"Uda," mata Dila melotot seakan keluar dari tempatnya. Dila mendekati Bara dan mencubit lengan sang suami. Entah kenapa ucapan Bara membuatnya tertawa sekaligus kesal.     

Bara menaruh kedua tangannya di telinga,"Maafkan ucapanku tadi," ucap Bara tulus meminta maaf.     

"Aku tadi hanya mengetes kamu. Ingin menampilkan sosok lain dalam dirimu. Makanya aku sengaja memancing kamu biar emosi. Aku paling suka memancing, apalagi memancing kemarahan orang. Jika dia sudah terpancing, lalu marah ada kepuasan tersendiri untukku. Dan aku tahu istriku ketika emosi mulutnya sangat pedas. Pedasnya level sepuluh."     

"Uda....." Dila memanggil Bara dengan lembut. "Anda beruntung kali ini Pak Aldebaran. Biasanya jika dedek marah, suka mecahin kepala orang. Untung belum dilakukan kalo tidak mungkin babang sudah tewas."     

"Ya ampun kejamnya," balas Bara sok memasang wajah takut. " Kayak istri di sinetron ikan terbang."     

"Kelihatan sekali babang korban sinetron. Sekarang sudah puas memancing kemarahanku?"     

"Bisa dibilang kamu MEMUASKAN aku," ucap Bara ambigu.     

Dila bergidik ngeri mengartikan lain ucapan sang suami.     

"Terima kasih telah MEMUASKAN dan aku PUAS," ujar Bara seraya menggeliat.     

"Tolong jangan ucapkan kata memuaskan dan puas. Mendadak telinga aku sakit mendengarnya."     

Bara manggut-manggut. "Apa kamu horny mendengarnya?"     

"Uda," teriak Dila menutup kedua telinga.     

"Jangan panggil aku Uda. Sudah aku bilang jangan samakan panggilan untuk suami dan kakakmu. Panggil aku Bara atau abang."     

"Baiklah kalo kamu tidak suka aku akan belajar memanggilmu abang."     

Bara mengacungkan jempol untuk Dila," Mana handuk? Aku mau mandi!     

Bergegas Dila mengambil handuk dan memberikannya.     

"CD dan celana boxernya mana?"     

Wajah Dila memerah, Bara meminta celana dalam. Seumur-umur Dila tak pernah memegang pakaian dalam laki-laki. Namun kali ini ia harus melakukannya sebagai kewajiban seorang isteri.     

Dengan ragu Dila membuka koper Bara, mencari CD dan boxer.     

"Kamu belum menyusun pakaianku dalam lemari?"     

"Mana berani aku membongkar koper uda.... eh... abang tanpa seizin abang."     

"Ya sudah. Kamu masukan dalam lemari. Aku mandi dulu."     

Selagi Bara mandi, Dila menaruh pakaian suaminya dalam lemari. Ada rasa canggung dan kikuk ketika ia mengemasi celana dalam alias kolor Bara. Mendadak otak Dila kumat, membayangkan ukuran Mr P Bara. Sepertinya kolor merk Calvin Klein itu memiliki aura magis yang bisa menghipnotis siapa saja. Mendadak Dila tak berkedip memandang kolor berwarna hitam.     

"Kenapa kamu bengong liat CD aku?" Bara tiba-tiba muncul dari kamar mandi.     

Dila terperanjat, terciduk memandangi kolor Calvin Klein hitam. Saking kagetnya, Dila melempar kolor ke Bara dan mengenai wajah sang suami.     

"Kamu lagi berfantasi apa Dil? Membayangkan ukuran di dalam." Senyum culas terpasang di wajah Bara. Ia mengembangkan kolor dan memperlihatkan pada Dila.     

"Oooooo kamu ketahuan," ucap Bara bernyanyi meledek sang istri.     

Muka Dila memerah bak kepiting rebus. Ia tak sanggup memandang wajah sang suami. Ia terciduk memandang kolor Bara. Dila mengumpat si kolor. Aura magis kolor menghipnotis Dila dan membuatnya tertegun. Dila tak tahu mau ditaruh dimana mukanya karena ketahuan memandangi celana dalam sang suami.     

"Belajar aja dulu liat kolornya, besok-besok liat isi dalam kolor," ledek Bara tertawa renyah.     

Istrinya benar-benar lugu masalah cinta dan laki-laki. Untuk wanita dewasa berumur tiga puluh tahun, sang istri sangat awam dengan percintaan dan laki-laki. Bara bisa menebak seumur hidup Dila tak pernah dekat dengan laki-laki selain Fatih. Hubungannya dengan Fatih bukan seperti pasangan muda-mudi yang lain karena Fatih lelaki soleh dan tak mau berdekatan jika bukan muhrim.     

Bara bisa menebak jika Dila tak pernah menonton video porno atau sejenisnya. Dila benar-benar polos dan suci. Dalam segi karier diakui ia memiliki otak yang cerdas, namun masalah cinta ia masih bodoh.     

"A-abang," gerutu Dila menatap sengit sang suami. Efek kolor Calvin Klein ia memandangi selangkangan Bara. Ada yang menonjol tapi bukan bakat, ada yang panjang tapi bukan masa depan.     

Bara mendelik menatap Dila karena memandangi selangkangannya. Sekali lagi Bara punya bahan meledek sang istri.     

Wajah Dila semakin merah tak kuat membayangkan jika matanya tembus pandang dan bisa menatap isi dalam kolor Bara. Otak Dila benar-benar kacau kali ini. Aldebaran sukses merusak kemurnian otaknya.     

Dila tersadar dan melarikan diri ke ranjang. Badannya menggigil seperti mau demam. Ia menutup seluruh tubuhnya dengan selimut, bersembunyi karena tak sanggup menerima ledekan Bara.     

"Dila kenapa kamu demam?" Bara tergelak tawa menyingkap selimut Dila.     

"Bara," teriak Dila di tutup dengan bungkaman tangan Bara. Tubuhnya semakin kaku dan tak berkutik.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.