Jodoh Tak Pernah Salah

BaraDila 15



BaraDila 15

Dila terharu mendengar nyanyian sang suami. Meski suara itu tak merdu layaknya Glenn Fredly namun sangat menyentuh hatinya. Apa yang dinyanyikan Bara sudah cukup mewakili isi hatinya. Bara telah mengalihkan dunia Dila. Pria menyentuh hatinya hingga palung terdalam. Hanya ada nama Aldebaran dalam hatinya. Inilah definisi jodoh yang sebenarnya. Tuhan memberikan jodoh bukan yang kita inginkan, tapi jodoh yang kita butuhkan. Ia dan Bara saling melengkapi kekurangan dan kelebihan masing-masing. Dila meneteskan air mata saking terharunya. Ini pertama kalinya mendapatkan kejutan manis dari pria. Istimewa karena ini kejutan dari sang suami. Pria yang sudah halal baginya.     

"Kenapa menangis?" Bara menghapus air mata Dila.     

"Menangis karena bahagia. Terima kasih sudah memberikan semua ini padaku."     

"Apapun akan aku berikan pada istriku. Kamu yang utama dan pertama dalam hidupku." Bara mencium tangan Dila. Ia cium tangan itu seakan tak rela melepaskannya.     

Dila memeluk Bara, mengelus punggung pria itu. Nyaman, itu yang Dila rasakan ketika dalam pelukan pria itu. Hangat dan menenangkan. Keduanya larut dalam suasana. Bara pun mengajak Dila untuk berdansa. Adegan ini mengingatkan mereka ketika di Australia saat menghadiri pesta pernikahan Tuan Smith. Kala itu Dila melarikan diri karena tidak bisa menerima kenyataan jika Bara seorang gay. Saat itu Bara menunjukkan keseriusannya untuk berubah dan mengejar cinta sang istri. Bara tinggalkan Egi dan menggapai cinta Dila.     

"Aku ingat dansa kita di Australia." Dila terkekeh geli.     

"Waktu itu istriku jual mahal tak mau memberi aku kesempatan untuk berubah."     

"Pada akhirnya aku memberi kamu kesempatan sayang."     

"Bara ahli negosiasi."     

"Ahli menggombal." Dila malah mencibir suaminya. Mereka terus berdansa di iringi musik.     

"Kamu senang?"     

"Tentu saja aku senang. My husband so sweet."     

"Aku memang manis, tapi kamu jangan gemas." Bara merapatkan tubuhnya pada Dila. Dada mereka bertubrukan. Gerakan Bara lebih erotis. Ia belai seluruh tubuh Dila dan menjamahnya sesuka hati. Dila hanya pasrah mendapatkan perlakuan dari Bara, toh sudah hak pria itu untuk menguasainya.     

Buat apa menolak jika ia sendiri suka apa yang dilakukan Bara. Ia harus bisa mengimbangi permainan suami yang memang memiliki nafsu di atas rata-rata. Dila tak mau di kutuk malaikat sampai pagi karena menolak ajakan Bara.     

Bara menghentikan aktivitas nakalnya. Ia menggendong Dila ala bridal style. Selama menikah ia belum pernah melakukan hal semanis dan seromantis ini pada Dila. Selagi mereka muda dan masih kuat, seharusnya mereka melakukannya sebelum menua dan sudah tidak kuat lagi.     

Bara membawa Dila ke dalam kamar yang telah ia pesan. Wangi aroma terapi menyeruak penciuman kala mereka memasuki kamar. Cahaya temaram membuat suasana semakin intim. Dila mengalungkan tangan ke leher Bara, lalu kepalanya bersandar di dada bidang suaminya.     

Mata Dila membelalak ketika melihat dekorasi kamar. Ini bukan kamar biasa. Ini kamar untuk pengantin baru. Ini lebih cocok untuk Dino dan Rere. Bunga mawar bertebaran di atas ranjang. Bara menurunkan Dila. Ia buka lemari pakaian dan memberikan satu helai lingerie hitam pada sang istri.     

"Bar." Dila mencebik. Ia tahu tujuan sang suami memintanya menggunakan lingerie.     

"Pakai saja." Bara tidak mau kalah.     

"Siapa sebenarnya yang menikah?"     

"Anggap saja kita."     

"Anak sudah tiga masih merasa pengantin baru?"     

"Kita akan jadi pengantin baru setiap hari sayang." Bara meletakkan lingerie seksi ke bahu Dila.     

"Kenapa harus pakai ini? Risih tahu pake pakaian begini." Dila menolak karena malu.     

"Enggak pakai baju sama aku kok ga risih?" Bara malah menggodanya.     

"Beda sayang. Ini baju haram sayang."     

"Aku ingin kamu pakai baju haram ini sayang. Mau liat gimana sih kalo istri pakai baju ginian."     

"Dasar." Dila terpaksa mengalah. Ia bergegas ke kamar mandi lalu mengenakan lingerie hitam yang diberikan Bara.     

Tak butuh lama Dila sudah keluar dari kamar mandi. Pahanya terekspos. Lingerie itu hanya menutupi bagian penting tubuhnya, selebihnya tubuh mulusnya terumbar. Siapa pun yang melihatnya pasti akan terbakar gairah.     

Bara tersenyum sumringah melihat Dila menggunakan lingerie. Ini lebih wow daripada dugaannya. Pria itu sudah melepaskan pakaiannya dan menunggu Dila di atas ranjang. Bara hanya menggunakan celana boxer seperti biasa.     

"Wowww. Seksi sekali sayang." Bara tak kuat iman. Ia bangkit dari ranjang lalu mendekati Dila. Ia belai tubuh indah sang istri yang selalu membuatnya candu. Bara berikan kecupan demi kecupan di tubuh Dila dan membuat tanda kepemilikan.     

Dila hanya mendongak menikmati, mendesah sambil mengadahkan kepala. Tangannya tak berhenti meronta pelan. Kecupan demi kecupan Bara melemahkannya, membuatnya tak berdaya. Perlahan syahwat keduanya naik. Dila terus mendesah kala Bara tak berhenti mengecupinya. Tak bisa menahan sengatan demi sengatan sang suami.     

Tangan Bara mulai bekerja. Melepaskan satu persatu kain yang melekat di tubuh sang istri. Ia juga mulai melepaskan kain terakhir di tubuhnya.     

"Makanya enggak usah pake lingerie jika pada akhirnya dilepas." Dila memprotes disela ciuman mereka.     

"Sensasinya beda sayang." Bara membela diri. Kembali mengecup tubuh Dila tanpa ada satu pun yang terlewat. Bara membimbing Dila ke ranjang. Ia baringkan tubuh sang istri.     

Dila terkunci dalam birahi. Ia mulai membalas apa yang Bara lakukan pada tubuhnya. Bara merasa istimewa karena Dila juga menginginkannya. Bibir Bara menyusuri setiap jengkal kulit tubuh Dila. Ia mulai meremas dan menghisap kedua gunung kembar sang istri. Bara merayap ke atas, menyejajarkan wajah mereka. Saling menatap dan mengunci satu sama lain. Mata keduanya diselimuti kabut gairah. Bara cengkram tangan Dila dan mengangkatnya ke atas kepala. Gairah Bara semakin terpacu ketika melihat wajah merah dibawah kungkungannya. Tersenyum nakal seraya membelai milik Dila menggunakan jarinya.     

Dila melenguh dan mulai nyaman dengan apa yang dilakukan Bara. Pria itu menempelkan bibirnya, meraup bibir manis yang selalu membuat candu. Bara menyesapi lidah Dila tanpa menghentikan jarinya di milik Dila.     

"Bar." Dila sudah tak kuat menahan gelombang gairah yang semakin lama menguasainya.     

Dila meracau ketika Bara melemahkan jarinya. Jemari pria itu menelusuri setiap jengkal tubuh Dila. Mulai dari leher, dada, perut terus ke bawah. Semua bagian tubuh Dila tak terlewat satu pun dari kecupan Bara. Ia sangat memuja tubuh yang telah melahirkan tiga anak untuknya.     

Desahan Dila menambah kadar gairah Bara. Tak sabaran pria itu melebarkan kaki Dila dan menyatukan tubuh mereka. Bara benar-benar gila. Dila masih saja seperti perawan meski sudah sering ia jamah. Bagaimana Bara tidak gila dan terus membuat bayi jika 'genggaman' Dila begitu memabukkan dan melenakan. Pria mana yang tahan jika punya istri seperti Dila.     

Dila mendapatkan pelepasan seperti yang sudah-sudah. Sang suami sangat pintar mendominasi dan bermain cinta. Selalu saja ia terpuaskan lebih dulu. Bara bergerak lembut. Memberikan ruang untuk Dila sebelum ia melepaskan apa yang seharusnya ia lepaskan.     

Dila meraba punggung Bara kala hentakan demi hentakan pria itu semakin kuat. Bara menutup mata menikmati pusaran gairah yang tengah menyelimutinya. Pria itu melepaskan benihnya untuk ke sekian kali. Ambruk di sebelah tubuh Dila. Keduanya berkeringat dan kepanasan. Meski sudah menyalakan AC.     

*****     

Baca kisah Rere dan Dino di novel "TERJERAT PESONA DUDA TAMPAN". Dijamin diabetes dan senyum-senyum sendiri. Simpan Di Library Kalian ya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.