Jodoh Tak Pernah Salah

BaraDila 17



BaraDila 17

0Bara gemetar menunggu Dila yang sedang melakukan test pack di kamar mandi. Dila pun keluar lallu memberikan test pack pada sang suami. Dua garis merah. Bara terharu, ternyata Dila benar-benar hamil seperti dugaannya. Bara pun menggendong Dila. Pria itu bahagia karena sang istri hamil lagi. Bara akan merawat istrinya selama hamil. Bara ingin menebus kesalahannya karena tidak ada di sisi Dila ketika hamil dan melahirkan triple Abadi.     
0

"Alhamdulilah sayang." Bara tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Pria itu mengelus perut Dila yang masih rata. Pria itu juga mencium perutnya. "Terima kasih nak telah datang dalam kehidupan kami." Bara mengajak anaknya bicara.     

"Aku tokcer kan sayang?" Bara menggoda Dila.     

"Gimana enggak tokcer jika hampir tiap malam kamu menggarapku," jawab Dila vulgar.     

"Lahan yang kugarap ternyata subur dan menghasilkan." Bara tersenyum manis.     

Pagi itu keluarga besar bahagia mendengar kehamilan Dila. Mereka mengucapkan syukur. Triple Abadi senang karena akan menjadi seorang kakak.     

"Tingga tunggu Rere dan Dino ini kasih adik buat Leon," goda Ainil pada keduanya.     

Rere yang sedang asik makan tiba-tiba tersedak mendengar ucapan Ainil. Bagaimana mau hamil, Rere dan Dino tak pernah melakukan hubungan suami istri. Hubungan keduanya masih kaku. Rere menolak Dino untuk memiliki hatinya.     

"Doakan saja ya bun," balas Dino datar.     

Dila dan Bara pergi memeriksakan kandungan. Pria itu begitu excited dengan kehamilan sang istri. Dila melakukan USG transvaginal. Alat USG dimasukkan dalam vaginanya. Sebelumnya alat itu sudah diberi kondom untuk menjamin kebersihannya.     

"Kehamilannya sudah enam minggu. Lihat titik ini." Dokter Oci menunjuk layar monitor. Bara melihat antusias. "Ini kantong janinnya. Masih terlalu kecil. "     

"Alhamdulilah." Wajah Bara berseri-seri.     

Dokter Oci pun memberikan vitamin yang harus dikonsumsi Dila selama kehamilan. Hamil usia enam minggu masih rentan.     

"Ini kehamilan kedua ya Bu Dila. Anak pertama kembar tiga ya?" Dokter Oci bertanya.     

"Iya dok," jawab Dila bahagia.     

"Ini trimester pertama. Tolong benar-benar dijaga. Untuk sementara Bapak jangan kunjungi anaknya dulu. Tahan dulu berhubungan suami istri. Lihat kondisi jika mau melakukan hubungan suami istri. Jangan kasar dan sering."     

Bara salah tingkah mendengar perkataan dokter Oci. Demi anak ia harus menahan nafsunya untuk berhubungan dengan Dila.     

"Ingat Pak. Tahan diri. Jangan berhubungan suami istri terlalu sering," ucap Dila mengejek sang suami ketika mereka jalan pulang.     

"Masih banyak jalan ke Roma sayang." Bara tak mau kalah.     

"Maksudnya?"     

"Ga bisa kunjungi yang disana, tangan kamu ada." Bara terkekeh. Selalu saja bicara mesum dengan sang istri.     

"Genit."     

"Biarin."     

"Mesum."     

"Kamu juga."     

"Suami hyper."     

"Istri hyper."     

Keduanya lalu tertawa terbahak-bahak. Bara mengecup puncak kepala Dila.     

"Terima kasih sayang. Kehamilanmu melengkapi hidupku. Aku ingin menebus waktu tidak bisa bersamamu ketika hamil triple Abadi."     

"Sama-sama sayang. Semoga anak ini menjadi anak yang sholeh kalo laki-laki dan sholehah kalo perempuan."     

"Kamu mau anak ini cewek atau cowok?" Bara memegang perut Dila. Mereka berada di lampu merah sehingga pria itu leluasa menyentuh istrinya.     

"Mau perempuan atau laki-laki sama saja. Yang penting mereka sehat."     

"Aku juga. Asal ibu dan anaknya sehat."     

Tengah malam Dila merengek minta makan. Ia kangen dengan makanan tradisional Padang. Nasi lamak sarikayo. Nasi lamak adalah terbuat dari beras ketan. Sarikayonyo terbuat dari santan, gula aren dan telur. Sarikayonya dibuat layaknya puding.     

"Mau makan nasi lamak sarikayo sayang."     

"Iya sayang, tapi besok ya. Jangan sekarang."     

"Mau anak kamu ileran?"     

"Besok aku minta bunda membuatkannya untuk kamu."     

"Enggak mau. Aku mau makan yang di Padang." Dila merengek layaknya anak kecil. Bara kehilangan akal. Jika tahu Dila akan bersikap menyebalkan ketika hamil lebih baik ia saja yang ngidam dan mual seperti dulu. Kehamilan Dila kali ini sangat merepotkan dan manja. Acapkali menangis jika kemauannya tidak dipenuhi.     

"Besok pagi kita ke Padang," ucap Bara pada akhirnya.     

Setelah mengatakan itu Dila tertidur. Bara pun merebahkan tubuhnya di sebelah Dila. Keesokkan paginya Bara dan Dila terbang ke Padang. Mereka berangkat penerbangan pertama. Dila bahagia ketika menginjakkan kakinya di ranah Minang. Sudah lama tidak singgah di Padang. Perut buncit Dila sudah mulai kelihatan.     

Bara membawa istrinya makan nasi lamak sarikayo yang terkenal disana. Selama di Padang Dila mengajak sang suami wisata kuliner. Makan soto garuda, makan di lamun ombak, pisang kepit Permindo, bakso Malang Mas Pepen, randang Rajo-Rajo, es rumput laut patimura, ayam rica-rica Mas Bagus, martabak kubang terang bulan dan kopmil om ping. Dila melepaskan semua kerinduannya dengan masakan Padang.     

Bara membawa Dila ke rumah mereka di danau teduh. Para ART kaget dengan kedatangan mereka yang mendadak.     

"Bapak dan Ibu kenapa tidak bilang mau datang?"     

"Mendadak saja Bu," balas Bara.     

"Bapak dan Ibu mau makan apa?"     

"Bu masak sambal lado jengkol," pinta Dila sembari merengek.     

"Kok makan jengkol sih? Nanti anak kita hobi makan jengkol." Bara tak mengijinkan.     

"Mau anaknya ileran?" Ancam Dila.     

Bara akan bungkam jika Dila bilang anak mereka akan ileran. Mau tidak mau Bara mengijinkan Dila memakan sambal lado jengkol.     

"Enaknya." Dila membuang napas di depan Bara. Sang suami menutup hidungnya karena bau jengkol dari mulut Dila begitu menyengat.     

Bara membuka bungkus permen lalu memberikan pada Dila. Permen itu diberikan untuk menetralisir bau jengkol dari mulut Dila.     

"Kita napak tilas yuk?" ajak Dila bersemangat.     

"Napas tilas?"     

"Mengenang pertemuan pertama kita."     

Bara tersenyum manis. Ada-ada saja permintaan Dila. Bara terharu karena Dila masih ingat pertemuan pertama mereka.     

"Masih ingat ga dengan gedung ini?" Tanya Dila pada sang suami. Mereka berdiri di depan kantor lama Bara.     

"Ingatlah. Kamu datang ke tempat aku membawa memo dari papa. Waktu itu masih menjadi marketing dana di MBC. Kamu butuh dana segar untuk target bulanan. Kamu merayu papa untuk memindahkan dananya ke bank MBC lalu papa menyuruh kamu untuk menemuiku. Kamu datang menawarkan kerja sama. Kamu bukakan aku rekening giro lalu deposito. Semua gaji pegawaiku pindah ke bank kamu. Masih ingat wajah memelas kamu waktu itu." Bara terkekeh.     

"Dasar." Dila mencubit puting Bara.     

"Sakit sayang."     

"I don't care."     

"Gayanya. Mau napak tilas kemana lagi?"     

"Hmmmm." Dila mencoba berpikir. Tak lama kemudian berkata, "Tidak tahu."     

"Bagaimana kita napak tilas di pulau….." Bara menggantung ucapannya. "Napas tilas pertama kali berhubungan intim saat pernikahan Hari."     

"Itu bukan berhubungan intim, tapi pemerkosaan," jawab Dila terkekeh seakan tak trauma. "Kamu hampir membuatku mati kala itu."     

"Pemerkosaan malam itu merupakan titik balik dalam hidupku. Jika tak memperkosa kamu dan merasakan nikmatnya tubuhmu mungkin aku masih bengkok. Bagaimana jika kita napas tilas pemerkosaan itu. Kamu berakting pura-pura diperkosa."     

"Mesum." Dila menutup telinganya karena Bara bicara mesum.     

"Kenapa kamu tutup telinga?"     

"Aku tidak mau anak ini tahu jika Bapaknya mesum."     

"Bukannya ibunya juga suka bicara mesum?"     

"Siapa bilang?"     

"Aku. Makanya sayang kalo bobok itu jangan lepas celana. Masuk angin kan kamu? Kamu nakal sih makanya hamil." Bara menggoda istrinya.     

"Yang lepasin celana aku siapa? Kamu yang genit. Aku hamil karena siapa?"     

Bara tertawa terbahak-bahak. Setiap kali mengusili Dila pasti perempuan itu ngambek.     

*****     

Baca kisah Rere dan Dino di novel "TERJERAT PESONA DUDA TAMPAN". Dijamin diabetes dan senyum-senyum sendiri. Simpan Di Library Kalian ya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.