Jodoh Tak Pernah Salah

BaraDila 19



BaraDila 19

0Dila sedang mengajari triple Abadi membaca dan menulis. Punya anak kembar tiga bukan hal yang mudah. Waktu dan emosi Dila terkuras. Tiga anak dengan kelakuan yang berbeda. Shaka sangat suka bermain perang-perangan. Jika bertengkar dengan Shakel, bocah itu tak segan memukul dan menendang saudara kembarnya itu. Meski wajah mereka sangat mirip tapi Shaka dan Shakel memiliki karakter yang berbeda.     
0

Shaka sangat keras dan berani.  Tak banyak bicara. Shaka bicara ketika perlu saja. Anak itu tak takut dengan apapun. Ia akan melawan siapa pun yang menjahatinya. Anak itu suka sekali berkelahi. Dila mengarahkan Shaka ke hal positif. Ia carikan guru karate untuk sang anak agar hobi anaknya tersalurkan ke arah positif. Karate akan mengajari Shaka lebih sabar dan tak emosional.     

Shakel anak yang sangat cerewet dan hobi menggombal. Masih kecil sudah tebar pesona pada orang. Anak itu sangat pintar merayu Dila. Jika Ama atau Apa marah, ia memainkan drama sehingga tak jadi dimarahi. Sejak kecil bibit genit sudah nampak dalam diri Shakel. Anak itu suka membuat ulah. Kelakuan anak itu membuat Bara dan Dila geleng-geleng kepala. Dila dipanggil kepala sekolah karena Shakel suka mengangkat rok teman perempuannya.      

Bara mengelus dada melihat kelakuan kedua anak lelakinya. Sifatnya yang keras dan kejam menurun pada Shaka. Mereka sama-sama keras. Sifat playboy dan genit Bara turun pada Shakel. Melihat anak kembarnya Bara seperti bercermin pada dirinya sendiri. Ternyata tidak mudah menghadapi orang seperti dia. Dila termasuk sabar menghadapi kelakuannya.     

Salsa sangat berbeda dengan kedua saudaranya. Gadis itu lebih kalem dan perfeksionis. Wajahnya mirip dengan Bara tapi karakternya sangat mirip dengan Dila. Salsa sangat pintar dan cepat belajar. Salsa merupakan anak kesayangan Bara. Benar kata orang anak perempuan akan dekat dengan ayahnya sementara anak laki-laki dekat dengan ibu.  Salsa pintar seperti ibunya. Salsa pintar matematika. Selain itu Salsa sangat jago melukis. Salsa juga pintar make up untuk anak seusianya. Dila mengarahkan anaknya sesuai bakat dan minat.     

Dila belajar dari pengalaman. Ia akan memberi anak kebebasan berekspresi asal masih positif. Ia tak ingin anak-anaknya dididik secara otoriter. Cukup Dila dan Iqbal yang mendapatkan didikan keras dari sang ayah.     

Kandungan Dila sudah menginjak usia sembilan bulan. Dokter memprediksi Dila akan melahirkan dalam Minggu ini. Dila sudah susah berjalan karena perutnya semakin besar. Entah kenapa ia sangat manja ketika hamil sekarang. Dulu ketika hamil triplets Dila sangat mandiri dan tak banyak ulah. Mungkin saat itu Bara tak ada disampingnya sehingga mentalnya beda.     

Hamil kedua, lalu ada suami disamping membuat Dila manja. Bara menjadi suami yang siaga. Tak dibiarkan Dila sendirian. Pria itu selalu ada disampingnya. Ia jaga Dila sepenuh hati.     

Dila menyambut suaminya di depan pintu. Dila menyalami suaminya lalu mencium tangan Bara.     

"Kamu di dalam saja sayang. Kenapa tunggu aku diluar?" Bara mengecup kening Dila. "Triple Abadi mana?"     

"Mereka tidur."     

Bara melirik jam. Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore.     

"Tidur apa jam segini?"     

"Mereka capek berenang. Setelah berenang mereka ketiduran."     

"Oh gitu." Bara menggandeng tangan Dila menuju kamar.     

Dila sudah menyiapkan pakaian ganti untuk Bara di atas ranjang. Pria itu bergegas menuju kamar mandi.     

"Mau mandi bareng?" Goda Bara sebelum masuk kamar mandi.     

"Enggak." Tolak Dila cepat.     

Beberapa menit kemudian Bara keluar dari kamar mandi. Ia lepaskan handuk yang melilit tubuhnya di depan Dila. Ia memakai pakaian di depan istrinya. Tak ada rasa canggung dan malu.     

Bara mendekati Dila yang sedang duduk di ranjang. Ia cium dan elus perut sang istri.     

"Hai nak. Apa kabar sayang?"     

"Kok ga panggil adek?"     

"Ngapain panggil adek. Dia bukan anak bungsu."     

"Maksudnya?" Dila kaget. Ia pikir mereka tidak akan memiliki anak lagi setelah melahirkan anak ini.     

"Aku masih mau punya anak tiga atau empat lagi."     

"Jangan gila Apa. Aku bukan mesin untuk buat anak." Dila memprotes.     

"Siapa bilang kamu mesin pembuat anak."     

"Lalu kenapa mau punya anak tiga atau empat lagi?"      

"Sayang." Bara mengelus pipi lalu mengecup bibir Dila singkat.     

"Iya."     

"Aku anak satu-satunya bagi papa dan mama. Aku merasa kesepian dan tak ada teman. Aku ingin keturunan Aldebaran itu banyak. Harta yang aku miliki cukup menghidupi sepuluh anak hingga tujuh keturunan. Setidaknya generasi kita tidak terputus. Jika bukan karena kamu mungkin keturunan Aldebaran tidak akan ada di dunia ini."     

"Maksudnya?"     

"Jika aku tidak kembali ke kodrat pasti generasiku sudah punah. Aku beruntung menikah dengan kamu.  Jika bukan karena kamu mungkin sampai sekarang aku masih bengkok."     

Dila mendaratkan telunjuknya di bibir Bara.     

"Jangan bicarakan itu lagi. Itu hanya masa lalu. Aku mohon lupakan dan jangan ungkit lagi. Aku tidak ingin anak-anak tahu tentang itu. Biarkan jadi rahasia kita. Aku ingin kamu jadi contoh bagi anak-anak kita. Janji ya?"     

Bara mengecup kedua tangan Dila.     

"Aku janji sayang."     

"Mari makan," ajak Dila menggandeng suaminya ke meja makan.     

Bara menyuapi Dila makan.     

"Kapan bunda dan papa pulang dari KL?"     

"Ga tahu sayang. Katanya Rere masih mabuk. Efek hamil muda. Ga ada yang urusin Leon sehingga bunda masih disana. Papa mana mau berpisah dari istri tercinta." Dila meledek mertuanya.     

"Papa sama denganku. Bucin ke istri. Aku pikir papa tidak akan move on ketika mama meninggal. Ternyata pertemuan papa dan bunda membuatnya survive."     

"Aku juga mikir gitu. Lagian papa melihat sosok mama Ranti dalam diri bunda Ainil."     

"Benar juga." Bara terkekeh geli.     

Tiba-tiba saja Dila merasakan sakit perut. Mendadak wajahnya pucat. Bara yang sedang makan kaget. Ia bangkit lalu mendekati istrinya.      

"Sayang." Dila mencengangkan baju Bara dengan kuat.     

"Kenapa?"     

"Aku akan melahirkan."     

"Apa?" Bara kaget.     

Belum sempat bernapas, mata Bara membulat ketika melihat air ketuban Dila pecah.      

"Bawa aku ke rumah sakit," pekik Dila kaget. Ia merasakan perutnya semakin sakit.     

Bara panik, ini pengalaman pertama baginya membawa Dila melahirkan.     

"Jangan lupa ambil perlengkapan bayi yang telah aku siapkan dalam lemari. Tas berwarna pink."     

"Baik." Bara berlari menuju kamar.      

Ia pun berteriak memanggil para ART.  Enam orang ART datang pada Bara.     

"Ibu mau melahirkan. Jaga triple Abadi. Saya dan Ibu akan ke rumah sakit."     

"Baik Pak."     

Saking paniknya Bara, pria itu tak sadar jika hanya mengenakan celana pendek dan memakai sandal yang berbeda. Sesampainya di rumah sakit Dila langsung dibawa ke ruang persalinan karena sudah pembukaan tujuh.      

Dila tak mau melepaskan genggaman tangan suaminya. Tak ia biarkan Bara meninggalkannya sedetik pun. Dila seakan menebus penyesalan di masa lalu. Dulu, ketika melahirkan triple Abadi, Bara tak ada disampingnya.     

"Bar, sakit." Rintih Dila ketika kontraksinya semakin sakit. Rasanya sangat mantap, tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Dila berteriak kesakitan kala bayi itu mendesak keluar.     

"Ambil napas dan buang." Dokter memberikan instruksi.     

Dila mengambil napas lalu membuangnya. Pekikannya semakin kuat. Bara tak tega melihat istrinya berteriak dan menangis. Dila sampai menjambak Bara untuk menetralisir rasa sakitnya. Rambut pria itu nyaris rontok. Bara pun berteriak kesakitan karena rambutnya dijambak. Drama pun terjadi. Antara teriakan Dila dan Bara.     

Suara tangis bayi mengakhiri penderitaan Bara. Dila melepaskan jambakannya.      

"Bayinya perempuan," ucap Dokter memperlihatkannya bayi yang masih berlumuran darah pada Bara dan Dila.      

Dila merasa lega. Akhirnya rasa sakitnya hilang. Enaknya melahirkan normal. Sakit hanya ketika melahirkan. Setelah bayi lahir rasanya plong. Sakitnya hanya sebentar.     

"Siapa nama bayi ini sayang?" tanya Dila saat menyusui anaknya.     

Bara mengelus kepala Dila.     

"Lovina Abadi Mecca. Lovina artinya yang tercinta. Abadi singkatan anak Bara dan Dila. Mecca artinya Mekkah."     

"Nama yang indah."     

"Kita akan memanggilnya Lovi."     

*****     

Baca kisah Rere dan Dino di novel "TERJERAT PESONA DUDA TAMPAN". Dijamin diabetes dan senyum-senyum sendiri. Simpan Di Library Kalian ya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.