Jodoh Tak Pernah Salah

Part 56 ~ Pelantikan Bara ( 1 )



Part 56 ~ Pelantikan Bara ( 1 )

0Rapat pleno terbuka Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Sumatera Barat telah selesai dan menetapkan Anggota DPRD Terpilih Provinsi Sumatera Barat periode 2020-2025.     
0

Bara dan Dian melakukan persiapan untuk pelantikan. Bara tersenyum bangga karena tujuannya akan tercapai.     

"Bos, anda senang sekali. Sudah tidak sabar duduk di kursi dewan?" tanya Dian seraya menyiapkan teh dan cemilan.     

"Moodku sedang baik. Sebentar lagi kursi panas akan kita duduki. Selama ini dewan laknat itu memerasku. Jika tidak aku penuhi permintaannya, mereka akan membuat UU baru untuk menjegal bisnisku. Sekarang aku sudah duduk diantara mereka. Tidak akan aku biarkan mereka memerasku lagi."     

"Setuju bos. Mereka tak pernah puas dengan uang yang kita berikan. Rencana selanjutnya apa bos?"     

"Kamu memang hebat Dian, tanpa aku bicara kamu sudah tahu aku punya suatu rencana."     

Dian berseloroh," Aku bisa membaca pikiran bos."     

Bara bertepuk tangan," Itulah kelebihan kamu,Dian. Aku bangga padamu."     

"Semua berkat anda bos. Jika bukan karena bimbingan bos mungkin aku masih menjadi gadis lemah dan tak berdaya. Jasa bos begitu besar untuk aku dan keluarga. Aku hanya ingin mengabdi pada bos. Dulu bahkan berharap ada dihati bos atau jadi istri bos."     

"Sudahlah Dian jangan bahas masa lalu lagi. Kamu yang berjasa besar dalam hidupku. Karena menolongku kamu mengalami masa-masa sulit. Bagiku kamu bukan hanya sekretaris, asisten tapi juga seorang adik."     

Dian duduk berhadapan dengan Bara seraya menyeruput teh.     

"Aku sudah mendapatkan daftar nama anggota DPRD yang akan dilantik besok. Ada 65 orang. Aku telah menyelidiki mereka dan mencari tahu rahasia mereka. Kita punya peluang mengendalikan mereka bos. Jika mereka berani menjegal anda, kita akan menekan mereka dengan informasi yang aku dapatkan," kata Dian tersenyum licik.     

"Bravo Dian," balas Bara memberikan tepuk tangan. Tanpa disuruh Dian sudah menjalankan rencana Bara.     

"Kamu memang bisa diandalkan."     

"Jangan terlalu memujiku bos. Anda akan dilantik seminggu lagi. Aku berencana datang ke kantor istri bos."     

"Kenapa kamu datang ke kantor Dila?"     

"Aku akan membawanya pergi untuk fitting baju kebaya untuk dipakai saat pelantikan bos. Aku akan memilihkan kebaya dan songket terbaik untuk Dila."     

"Kenapa harus mengajak Dila?"     

"Jangan bercanda bos. Bos sudah menikah. Tidak mungkin Dila tidak datang saat pelantikan. Dia harus mendamping bos."     

"Aku lupa jika sudah punya istri," jawab Bara terkekeh.     

Hubungan Bara dengan Dila hanya sebatas suami istri di atas kertas. Mereka memang tidur seranjang, tapi tak ada sentuhan fisik sama sekali. Dila pun tidak pernah protes dan tak pernah meminta hak sebagai istri.     

"Anda keterlaluan bos," cecar Dian. "Sesekali bos harus melakukan kewajiban sebagai suami jika tidak Dila akan curiga dengan bos."     

"Jangan bercanda Dian."     

"Aku tidak bercanda bos. Istri bos tidak polos seperti yang bos pikirkan. Diluar dia kelihatan polos, tapi dalamnya dia tidak sepolos yang bos pikirkan. Bisa jadi nanti istri bos akan jadi batu sandungan di kemudian hari. Dila memang lembut, tapi dibalik kelembutannya ada sisi gelap yang bos tidak tahu."     

"Jangan bicara omong kosong Dian. Aku tidak bisa berhubungan intim dengan Dila. Aku tidak tertarik padanya. Kamu tahu jika aku gay."     

"Tapi anda harus melakukannya bos. Setidaknya menutup mulut orang-orang. Mereka juga akan mempertanyakan kenapa Dila belum hamil sampai sekarang."     

"Bilang saja belum rezeki. Simpel."     

"Tidak sesimpel yang bos bilang. Aku hanya takut jika salah satu anggota DPRD mengetahui bos seorang gay. Sangat berbahaya. Ini akan jadi bola panas yang akan menghancurkan bos. Mereka bisa saja mendepak bos dari kursi DPRD. Bos dianggap memberikan dampak buruk untuk masyarakat dan tidak sesuai dengan falsafah hidup orang Minangkabau. Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah."     

Bara tertegun dan tak bisa membantah pernyataan Dian. Apa yang Dian sampaikan ada benarnya.     

"Sebelum semuanya terlambat bos. Kita harus siapkan amunisi. Bersikap mesra dengan Dila. Manfaatkan Dila untuk menutupi identitas bos. Kali ini bos harus mendengarkan aku. Maafkan aku agak keras kali ini."     

Air muka Bara keruh. Apa benar ia bisa menyentuh Dila?Jangankan berhubungan suami istri, mencium Dila saja tak bisa. Dalam ingatan Bara hanya Egi yang mampu memancing gairahnya.     

"Apa bos perlu aku beri obat perangsang? Aku bisa mengatur dan memberikannya pada Dila. Kalian bisa berhubungan suami istri tanpa beban."     

"Jangan ngaco Dian."     

"Bukan ngaco bos, tapi demi kebaikan bos. Jika mau berhubungan secara natural malah lebih baik."     

"Sudahlah kamu jangan banyak bicara. Pergilah temui Dila, bawa dia fitting baju," balas Bara memberikan kartu kredit.     

"Belikan baju terbaik untuk istriku. Istri Aldebaran tidak boleh mengecewakan."     

Dian mengangguk dan mengambil kartu kredit dari tangan Bara.     

"Aku akan lakukan yang terbaik bos. Percayalah padaku. Masalah penunjukkan ketua DPRD. Aku pastikan bos akan mendudukinya. Partai kita pemenang pemilu. Bos meraih suara terbanyak, mau tidak mau bos yang akan maju walau lelaki tua itu akan menghalangi."     

"Pak Latif maksud kamu?"     

"Benar sekali bos. Dia merasa senior dan tak terima jika bos menduduki kursi ketua. Walau kalian satu partai tetap saja kalian saingan."     

"Sudah lakukan sesuatu agar dia tidak banyak tingkah?"     

"Sudah bos."     

"Apa yang kamu lakukan Dian?"     

"Membungkam dia dengan kasus tabrak lari anaknya. Aku mengancamnya akan up kasus ini ke media jika dia tidak mengalah untuk maju jadi ketua DPRD. Partai kita dapat 14 kursi. 8 kursi sudah aku paksa untuk memilih bos jadi ketua."     

Bara mendekati Dian lalu menepuk bahu Dian.     

"Kamu benar-benar brilian Dian. Melakukan tugas kamu dengan baik. Tanpa komando dariku kamu berhasil melakukannya."     

"Tapi informasi ini menghabiskan banyak uang bos."     

"Uang tidak masalah. Gampang. Yang penting urusanku lancar. Kamu semakin mirip denganku Dian."     

"Mirip maksud bos?"     

"Kamu sudah bisa berpikir selangkah lebih maju. Kamu sama dengan 'Semen Padang'. Telah berbuat sebelum orang lain memikirkannya."     

Dian tergelak tawa," Bos bisa saja. Hidungku kempas-kempis karena tersanjung."     

"Kamu layak mendapatkan pujian."     

"Bos sekedar mengingatkan telepon Dila dan bilang aku akan kesana. Aku tidak mau dia tidak kaget melihat kedatanganku."     

"Baiklah," balas Bara mengambil iPhone dan menghubungi sang istri.     

:telephone_receiver: "Assalamualaikum Abang," sapa Dila ramah di seberang sana.     

:telephone_receiver: "Walaikumsalam. Dila, nanti sekretarisku datang ke kantor."     

:telephone_receiver: "Abang mau tarik uang lagi?"     

:telephone_receiver: "Bukan. Dian datang menjemputmu untuk fitting baju."     

:telephone_receiver: "Fitting baju? Buat apa?"     

:telephone_receiver: "Minggu depan pelantikanku sebagai anggota DPRD. Dian akan mencarikan baju yang cocok untuk kamu."     

:telephone_receiver: "Aku ikut pelantikan Abang?"     

:telephone_receiver: "Kamu istriku, tentu saja kamu mendampingiku Dila. Apa perlu aku minta izin pada kepala cabang kamu agar kamu bisa cuti saat pelantikanku?"     

:telephone_receiver: "Tidak perlu aku bisa urus sendiri."     

:telephone_receiver: "Bagus kalo kamu bisa urus."     

Bara memutuskan sambungan telepon.     

"Bos jangan terlalu galak sama Dila. Main gas aja. Bersikaplah sedikit mesra." Dian berkomentar.     

"Karakterku seperti ini Dian, tidak bisa diubah lagi. Payah.....payah...Kalo tahu bakal seperti ini mending aku menikah dengan kamu. Lagian kamu juga tahu jika aku gay. Semua akan mudah jika tidak ada perjodohan ini."     

"Penyesalan selalu datang terlambat bos, kalo diawal pendaftaran namanya. Sudahlah jalani saja pernikahan ini. Dalamnya hati siapa yang tahu bos. Bisa jadi Dila bidadari surga yang dikirim untuk bos dan mengembalikan bos ke fitrah. Menjadi lelaki normal dan punya anak."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.