Jodoh Tak Pernah Salah

Part 173 ~ Kemarahan Ana



Part 173 ~ Kemarahan Ana

0 Ana melenggang bebas keluar dari kamar Dila. Ia tersenyum evil seraya mengunci pintu kamar. Ana datang ke kamar untuk mengecek keadaan Dila apakah perempuan itu sudah sadar dari pingsan. Obat bius yang diberikan pada Dila tergolong dosis tinggi sehingga butuh waktu lama untuk siuman.     
0

Ana bersiul di sepanjang jalan menuju ruang kerja. Mansion ini berada di salah satu pulau dekat kota Perth. Mansion ini terletak di kota cuma karena terpencil dan cuma satu satunya bangunan di pulau ini sehingga aksesnya sulit dijangkau. Ana selalu menggunakan helikopter untuk bepergian.     

Mansion ini berdiri di atas tanah 4.000 hektar. Mansion ini bergaya neoclassical dengan design Yunani dan Romawi kuno. Bentuk dan keseimbangan mendominasi gaya neoklasik, yang mengacu pada peraturan proporsi Yunani yang digunakan dalam seni dan arsitektur. Teras depan dua lantai didukung oleh deretan kolom, bergaya Doric dan selalu berjumlah genap. Pintu utama memiliki elemen dekoratif dan pedimen, bagian segitiga yang ditemukan di atas pintu. Setiap jendela memiliki bingkai jendela berdaun ganda dibagi menjadi enam atau delapan panel. Jendela selalu ditempatkan simetris pada fasad rumah dan biasanya diapit oleh daun jendela.     

Di bangunan utama terdapat fasilitas-fasilitas mewah seperti kolam renang, sauna, ruangan bioskop, dan ruang kebugaran. Tidak ketinggalan sebuah garasi nan luas untuk menyimpan koleksi mobil mewah dan bagian belakang ada ruangan golf mini. View berupa hamparan pasir pantai dan ombak di lautan bisa langsung saksikan melalui dinding dan pintu kaca.     

Ana tak habis pikir kenapa Tuannya ingin menculik Dila. Berjuta tanya berputar-putar dalam pikirannya. Setelah lama tak datang ke Australia, sekalinya datang Tuan memintanya untuk menculik seorang wanita. Ana mengakui jika Dila memang cantik, tapi wanita seperti Dila bukan tipe Tuan karena yang Ana tahu Tuan suka dengan wanita yang sedikit nakal dan beringas. Wanita teduh seperti Dila bukanlah tipe dari Tuannya. Ana ingin mengetahui apa motif penculikan ini? Jika harta tidak mungkin karena Tuannya sangat kaya, jika saingan bisnis juga tidak mungkin. Ana sudah melacak latar belakang Dila, bisnis keluarga Dila bukan tandingan untuk Tuan.     

Tuan jauh lebih kaya dan sukses. Berbagai hotel mewah, resort dan restoran bertebaran di berbagai negara. Tuan selalu berpindah dari satu negara ke negara lain. Dalam satu bulan Tuan bisa tinggal di empat atau lima negara. Bisnisnya tak semua ia tangani. Tuan memiliki kaki tangan yang amat setia dan berkompeten.     

Ana menghubungi seseorang untuk menyelamatkan Peter. Adiknya tak boleh buka mulut soal penculikan ini, jika Peter buka mulut maka seluruh keluarganya akan dibunuh oleh Tuan.     

Tuan tidak suka dikhianati. Namanya harus selalu bersih dan tak boleh cacat. Orang-orang mengetahui Tuan seseorang yang baik hati, suka berdonasi memberikan bantuan kemanusiaan, rendah hati dan pengusaha sukses. Tuan psikopat dan tak punya perasaan. Tak pernah merasa sedih, bahagia atau merasakan penderitaan orang lain.     

"Bagaimana? Kalian sudah membebaskan adikku?" Tanya Ana di telepon dengan suara berat. Ana bersuara berat bak laki-laki. Jika tak kenal dengannya ketika bertelepon, Ana sering dianggap laki-laki.     

"Kami sangat sulit membebaskan Peter darisana. Suami dari wanita itu dibacking Tuan Smith."     

"Apa Tuan Smith? Keparat!" Maki Ana menggeram kesal. Jika Tuan Smith sudah ikut campur dalam masalah ini maka mereka akan mendapatkan hambatan. Tuan Smith dan Tuannya sama-sama memiliki kekuasaan disini.     

"Peter tidak boleh buka mulut. Dia lebih baik bunuh diri dari pada mengungkap identitas Tuan."     

"Bajingan kamu. Seenaknya kamu bilang Peter harus bunuh diri. Kau pikir nyawa adikku mainan?"     

"Kau tahu Ana apa yang akan terjadi jika Peter buka mulut? Keluarga kita akan dihabisi Tuan. Kau mau keluarga kita dibantai? Kau tahu betapa kejamnya Tuan. Dia psikopat. Tak pernah merasakan sedih dan bahagia. Dia hanya bisa berpura-pura. Apa kau mau nenekmu yang sudah tua itu dihabisi Tuan? Dimutilasi atau dilempar sebagai makanan piranha?"     

"Andrew, tutup mulutmu!" Ana berteriak kesal. Suaranya sampai serak tak kuat membayangkan keluarganya dibantai di Peter buka mulut.     

Peter adik kesayangannya Ana, wanita itu tak mau sesuatu terjadi pada adiknya. Jika tahu keadaannya akan seperti ini ia tidak akan memerintahkan Peter untuk menculik Dila. Seharusnya ia menggunakan orang lain bukan adiknya untuk melakukan misi ini. Ana kaki tangan Tuan. Apa pun urusan Tuan di Australia ia yang mengaturnya bahkan mencarikan teman tidur untuk Tuan, Ana juga yang mengurus.     

"Ana jika kita bertindak gegabah menyelamatkan Peter dan menggunakan wewenang Tuan polisi akan curiga pada kita. Tuan sudah mengingatkan kita jangan pernah membuat dia terlibat dalam penculikan ini."     

"Kau jangan bicara sembarangan. Jadi aku harus membiarkan Peter bunuh diri? Apa kau punya adik? Peter adikku satu-satunya dan aku tidak ingin kehilangan dia."     

"Peter saja yang bodoh. Masa ia kalah dengan Bara." Cerocos Andrew menyalahkan Peter.     

"Mau aku robek mulutmu Andrew? Seenaknya kau bilang adikku bodoh."     

"Kenyataannya seperti itu. Peter bodoh masa kalah bertarung dengan Bara. Aku ingatkan padamu jangan bertindak bodoh hingga merugikan Tuan. Ingat betapa kejamnya Tuan. Kau bisa dicincang untuk jadi makanan anjingnya."     

"Kau keparat," kata Ana berteriak lantang. Ia memutuskan sambungan telepon dan melempar ponselnya hingga pecah tak berbentuk. Kesal dengan sikap Andrew yang terkesan cuek dan tak peduli dengan Peter membuat Ana frustasi. Bagaimana pun ia harus menemukan cara untuk menyelamatkan Peter yang terkurung di penjara.     

Jarak mansion dengan pulau Rottnest jaraknya cukup jauh dan butuh waktu dua jam untuk sampai kesana jika menggunakan kapal. Jika menggunakan helikopter hanya butuh tiga puluh menit. Tanpa berpikir panjang Ana menuju ke rooftop. Ia akan datang ke pulau Rottnest untuk menyelamatkan Peter.     

*****     

Berkat kekuasaan Tuan Smith. Dian dan Bara bisa ke penjara untuk menemui Peter. Tak main-main mereka menemui Peter di ruang interogasi. Mereka dibimbing polisi menuju ruang interogasi. Mereka melewati lorong-lorong sepi dan minim cahaya. Dian bergidik ngeri karena tempat ini sangat mengerikan seperti lobang Jepang yang ada di Bukittinggi. Lobang Jepang tempat penyiksaan tawanan alias penjara bawah tanah. Mereka disiksa dan mati di tempat itu. Penjara Rottnest juga terlihat mengerikan. Kurangnya pencahayaan menuju ruang interogasi menambah kesan horror. Mungkin pemerintah setempat sengaja membuat kantornya seperti ini untuk membuat efek jera bagi penjahat dan mereka akan berpikir dua kali untuk berbuat kejahatan.     

Dian dan Bara mendengar dengan jelas suara teriakan tersangka yang sedang di interogasi. Mereka menjerit karena polisi memakai kekerasan meminta keterangan dari mereka. Pintu ruang interogasi dibuka. Dian dipersilahkan masuk. Ia masuk sendiri menemui Peter. Bara dan polisi yang lain menunggu di ruang lain dan melihat Dian melalui CCTV.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.