Jodoh Tak Pernah Salah

Tulusnya Cinta Clara



Tulusnya Cinta Clara

0 "Lo enggak tanya sama Clara kemana Samir? Kenapa dia menghilang?"     
0

Egi berpikir keras. Dia juga heran kenapa Samir tidak menampakkan batang hidungnya setelah ia mengancam Egi dan menjadikannya pelaku pembunuhan Dila. Egi berpikiran jika ancaman Samir hanya sekedar gertakan saja dan dia tak serius bisa melakukannya.     

"Kenapa lo diam saja? Tidak merasa aneh Samir tidak datang mengancam lo lagi?"     

"Apa? Darimana lo tahu?"     

"Seharusnya lo bilang makasih sama Clara."     

"Kenapa gue harus mengucapkan terima kasih sama Clara?"     

"Jika bukan karena Clara mungkin lo sudah di penjara. Lo enggak cerita Ra?" Dian menoleh pada Clara.     

"Enggak. Gue belum cerita ke dia," balasnya merapikan rambut ke belakang telinga.     

"Baiklah karena Clara belum cerita mari gue cerita." Dian mengambil posisi duduk. Ia juga memutar kursi roda Egi agar berhadapan dengannya.     

"Saat Samir datang mengancam lo waktu itu Clara ada diluar mendengar semua ucapan Samir. Dia bertindak cepat menculik Samir di parkiran dan menyiksanya hingga Samir buka mulut dimana dia menyembunyikan Dila. Clara melakukan semua itu karena dia mencintai lo dan tidak mau lo jadi kambing hitam karena menolak cinta Samir. Lo harusnya tahu diri masih ada cewek yang mencintai lo dengan tulus. Gue aja ilfil liat lo cengeng kayak cewek dan baperan. Clara bukan wanita sembarangan seorang pengusaha real estate. Banyak kok cowok diluar sana yang mengharapkan cinta dia dan rela antri. Tapi sayangnya Clara udah jatuh cinta sama bencong kayak lo."     

"Dian," panggil Clara mode galak tak terima sang pujaan hati dipanggil bencong.     

"Gue belum selesai ngomong Ra. Biar dia kebuka pikirannya dan tahu diri. Biar dia tahu ketulusan lo dan lo mencintai dia tanpa syarat."     

Egi terdiam mendengarkan pernyataan Dian. Dia tak menyangka di belakangnya Clara melakukan sesuatu yang besar padanya. Andai Clara tidak ikut campur masalah Samir mungkin dia sudah diseret polisi sebagai dalang penculikan Dila. Egi merasa gengsi mengucapkan terima kasih. Dia terlalu arogan mengucapkannya. Egi tak mau menjilat air ludahnya sendiri.     

"Satu lagi gue tekankan sama lo Gi. Jangan ganggu Bara lagi karena dia sudah bahagia dengan istrinya. Jangan nodai perjuangannya untuk berhijrah. Jika Bara bisa kembali normal tentu lo bisa juga normal. Ingat LGBT itu bukan karena gen, tapi karena pergaulan. Kalian bisa berubah normal jika niat dalam hati kalian untuk sembuh. Setiap penyakit ada obatnya. Jangan kotori tangan gue untuk menghajar lo lagi. Gue udah capek mukulin lo kayak enggak ada objek lain saja. Masa lo ingin jadi samsak gue terus?"     

"Berisik," balas Egi ketus. Ia tak terima dinasehati. Lama-lama kupingnya bisa budek dengar ceramah dari Clara dan Dian.     

"Sebelumnya gue mau tanya sama lo."     

"Tanya apa?" Kata Dian dengan wajah songong.     

"Lo enggak cemburu jika Bara cinta sama Dila? Gue tahu lo cinta mati sama Bara."     

"Gue enggak cemburu karena bos gue udah dibikin normal sama Dila bahkan dia udah bisa bikin bayi," balas Dian memantik rasa cemburu dihati Egi. "Gue rela Bara sama Dila daripada Bara sama lo. Harga diri gue sebagai cewek terinjak-injak jika Bara sama lo. Masa dia lebih tertarik sama lo daripada sama gue. Enggak ada sejarahnya pisang makan pisang. Yang ada pisang makan apem."     

"Mulut lo vulgar banget sich." Protes Egi tak suka dengan kata-kata Dian.     

"Masih mending enggak gue bilang burung sama burung."     

"Dian," cebik Egi kesal. Rasanya pengen nampol Dian, tapi jika ia melakukannya pasti Dian akan membalas lebih.     

"Hal menjijikan saja lo bisa lakuin masa dengar ucapan vulgar gue bikin lo merinding. Apa burung lo juga merinding dengar ucapan gue barusan?" Tanya Dian iseng melirik selangkangan Egi.     

"Liat apa sich lo?" Egi menutup selangkangannya dengan kedua tangan.     

"Jangan pede gue bakal memperkosa lo. Lo bukan tipe gue," cecar Dian.     

"Lo belum jawab pertanyaan gue seluruhnya. Apa lo enggak sakit liat Bara dan Dila?"     

"Egi lebih baik dicintai daripada mencintai. Saatnya untuk berdamai dengan kenyataan. Tak perlu terlalu memaksakan diri. Kini waktunya lo benar-benar melepaskan Bara yang selama ini menggangu pikiran lo. Terkadang kita terlalu memaksakan diri mencintai orang yang belum tentu mencintai kita, sampai lupa kalau kita juga perlu mencintai diri kita sendiri. Berbahagialah dengan semua anugerah hidup yang kita punya saat ini. Syukuri setiap detik waktu yang masih mengizinkan kita bernapas dan tersenyum. Hati mungkin akan terasa hampa dan kosong saat kita harus menghadapi kenyataan cinta bertepuk sebelah tangan. Namun, jangan sampai hati yang kosong itu malah membuat kita kesepian dan makin sedih. Cobalah untuk membagikan cinta pada orang-orang yang lebih penting contohnya Clara. Berikan dia kesempatan untuk memberikan cintanya sama lo. Untuk move on memang tidak mudah pada awalnya. Namun, selalu ada cara untuk bisa melanjutkan hidup dengan lebih bahagia. Karena apa? Ya, karena kita berhak bahagia dalam hidup yang hanya sekali ini di dunia."     

Egi bungkam merasa tertohok mendengar nasehat Dian. Baru kali ini dia mendengar Dian sangat bijak dalam bertutur kata.     

"Cinta, sebuah perasaan yang munculnya tiba-tiba. Sebuah perasaan yang tak bisa diprediksi kepada siapa ia akan berlabuh, kapan ia akan mengusik kenyamanan yang telah ada sebelumnya, perasaan di mana hanya Tuhan yang maha mengetahui apa yang akan diperbuat olehnya. Karena cinta, seseorang bisa sangat bahagia dan merasa begitu sempurna. Tapi, karena cinta pula seseorang bisa merasa bahwa dirinya begitu menderita, sengsara dan kecewa. Karena cinta yang dirasa seorang diri, cinta yang dirasakan oleh sepihak, cinta yang dipendam sendiri hingga menjadi cinta yang bertepuk sebelah tangan, seseorang bisa sangat terpuruk dan takut untuk jatuh cinta lagi."     

"Ketika cintamu bertepuk sebelah tangan, tak perlu terlalu risau apalagi sedih yang berkepanjangan. Percayalah bahwa ada cinta lain yang menunggumu. Ada cinta lain yang tulus kepadamu. Tugasmu hanya untuk menjemput cinta tersebut dan yakin bahwa kamu tak akan pernah salah memilih juga menerima. Lo tak sendiri ketika cinta lo bertepuk sebelah tangan. Di luar sana, ada banyak orang yang merasakan apa yang sedang lo rasakan. Bahkan, beberapa dari mereka merasakan sakit yang lebih menyakitkan dari apa yang lo rasakan. Ketika jatuh cinta, nikmati setiap prosesnya, nikmati dengan hati tulus dan ikhlas, nikmati dengan memasrahkan segalanya ke Sang Pemilik Cinta. Cinta yang tak terbalas atau cinta yang salah, kuatkan hati lo untuk segera mengakhirinya. Jangan biarkan luka di hati lo terus bersemayam. Lo sudah terlalu lama membuang waktu mencintai Bara yang sedikit pun tak peduli.     

Sudahkah perjuangan lo selama ini mendapat timbal balik yang sepadan darinya. Jika lo hanya mencintai sepihak dan nyata-nyata tahu bahwa Bara tak bisa bersama lo namun lo terus berjuang, bukankah ini menyakiti diri lo sendiri?     

Lo patut bahagia, patut mendapatkan cinta sepadan dengan cinta yang lo beri pada Bara. Memang, cinta sejati tak menuntut balasan, tapi setidaknya ada penghargaan yang bisa membuat lo merasa lebih tenang dan tak khawatir dia yang begitu lo perjuangkan tak akan pergi meninggalkan. Cinta lo dan Bara salah. Kalian dilaknat Tuhan, menjijikan dan tak ada tempat untuk kalian dimata masyarakat. Kenapa tak buka hati lo sama Clara. Jika lo tanya perasaan gue sama Bara. Gue sempat sedih cuma gue sadari tak ditakdirkan untuk bersama dia."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.