Jodoh Tak Pernah Salah

Part 222 ~ Kecurigaan Dila



Part 222 ~ Kecurigaan Dila

0Bara dan Dila sedang makan di sebuah restoran ternama di kota Padang. Hampir setiap hari pasangan suami istri itu makan siang bersama. Bara maunya makan masakan Dila tapi mau bagaimana bisa masak jika sang istri kerja dan sering pulang malam.     
0

Kening Bara berkerut ketika mendapatkan telepon dari Clara. Tumben-tumbenan wanita bar bar itu meneleponnya.     

"Siapa yang telpon?" Tanya Dila     

Bara memperlihatkan nama yang tertera di layar smartphone.     

"Clara? Siapa?"     

"Cewek yang sama Egi di rumah sakit tempo hari waktu kamu dirawat di Jakarta."     

"Angkat aja teleponya mana tahu penting"     

Bara menekan tombol hijau di layar smartphone.     

"Halo Clara."     

"Halo juga Bara."     

"Bara, Egi ke Padang."     

"Apa?" Bara shock.     

Bara berusaha menenangkan diri dan bertanya, "Kenapa Egi ke Padang?"     

"Dia kasih training buat pegawai bank ABC. Terus dia mau kasih pelajaran sama lo."     

"Maksud lo?"     

"Egi mau kasih tahu orang tua lo soal hubungan kalian."     

"Astaga." Bara memijit pelipis. Mendadak ia pusing. Egi benar-benar nekad.     

"Terima kasih infonya Clara."     

"Sama-sama Bara."     

Klik! Telepon terputus.     

"Ada apa Bara?" Dila khawatir melihat ekspresi Bara berubah panik.     

"Egi ke Padang dan mau bongkar hubungan kami sama papa dan mama," jawab Bara lesu.     

Bara memikirkan cara agar Egi tak bertemu kedua orang tuanya. Jika Bara masih seperti dulu mudah saja bagi dia menghabisi Egi dan membakar mayatnya untuk menghilangkan jejak, namun Bara tak ingin melakukan dosa itu lagi. Bara sudah berjanji pada dirinya sendiri dan Dila untuk jadi manusia yang lebih dan bertaubat.     

"Astaga gawat Bara." Dila ikutan panik. Otaknya berpikir keras untuk mencegah Egi menemui mertunya.     

"Kita harus mencegah Egi. Mama sakit jantung. Aku enggak mau mama jantungan karena Egi. Aku akan cari tahu kapan dan dimana Egi memberikan training. Kebetulan aku punya teman di bank ABC."     

"Terima kasih sayang atas dukungannya," ucap Bara mendekati Dila.     

"Bara stop!" Dila mencegah Bara mengecup bibirnya.     

"Kenapa?"     

"Ini bukan di rumah."     

"Kita di ruangan privat."     

"Tetap aja enggak enak."     

"Hmmmm." Bara mengalah dan melanjutkan makan.     

Setelah makan siang Bara mengantarkan Dila ke kantor.     

"Jangan stress Bara. Kita akan cegah Bara agar tidak bertemu papa dan mama." Kata Dila sebelum turun mobil.     

"Mana salam perpisahannya?" Bara menunjuk pipinya.     

Dila melihat sekeliling, setelah memastikan tidak ada orang. Dila mengecup pipi Dila sekilas dan tertawa.     

"Puas?" Dila melototkan matanya.     

"Belum puas. Puasnya kalo di ranjang," jawab Bara mesum.     

"Aku masuk dulu ya." Bara mengacungkan jempol.     

Sesampainya di kantor terjadi keributan antara Vinta dan Adrian di ruangan Renata. Mendengar keributan yang terjadi Dila memutuskan masuk ke dalam ruangan Renata.     

"Ada apa Re?" Dila melirik Renata.     

"Mereka berdua ribut masalah pembuatan giro. Vinta enggak mau menerbitkan cek dan BG nasabah giro bang Ad." Renata menjawab.     

"CS yang satu ini mempersulit saja. Udah syukur dicariin nasabah giro tapi malah bikin ribet," kata Adrian berang dengan mata memerah.     

Dila mengambil posisi duduk di sebelah Renata. Tak bijak rasanya jika tak mendengarkan cerita kedua belah pihak.     

"Bisa diceritakan bang Ad?" Dila menanyai Adrian.     

"Aku buka giro nasabah kredit kep. Nasabah ini udah lama jadi nasabah kredit kita. Pak Hamdani namanya. Beliau buka giro biar gampang melakukan pembayaran ke suppliernya. Masalahnya anak kecil ini mempersulit keadaan. Dia bukain giro tapi enggak mau kasih cek dan BG." Gigi Adrian bergemeletuk menatap Vinta.     

Cek adalah surat perintah nasabah kepada bank untuk melakukan pembayaran sejumlah dana kepada orang yang membawa cek.     

Bilyet giro adalah surat perintah nasabah kepada bank untuk melakukan pemindahan dananya ke rekening nasabah yang ditunjuk.     

Perbedaan cek dan giro adalah cek bisa dibayarkan secara tunai berupa uang sementara giro tidak bisa melakukan penarikan dana tunai hanya bisa memindahkan dana dari rekening nasabah pemilik giro ke rekening orang yang diberi BG.     

"Bang lo enggak usah kayak gitu liat gue kayak mau makan gue aja," balas Vinta. Nyai badas yang satu ini selain ngomong enggak pakai filter, blak-blakan dan pemberani.     

"Yang sopan lo kalo ngomong ma gue. Gue senior daripada lo."     

"Mau senior kek mau junior kek. Sama-sama makan gaji kan?" Balas Vinta lebih sengit.     

"Vinta. Stop!" Dila melarang Vinta untuk berdebat.     

"Bang Ad yang mulai kep."     

"Sekarang kep mau tanya sama kamu. Kenapa kamu enggak kasih cek dan BG pada nasabah bang Ad?"     

"Aku enggak kasih karena bang Ad belum kasih data lengkap. Pertama aku minta fotocopy KK nasabah. Kedua aku belum cek daftar hitam dia di BI. Ketiga dananya belum standby di rekening."     

"Lo aja yang mempersulit keadaan. Selama ini CS yang lama kasih aja enggak pake ribet kayak lo." Muka Adrian memerah karena marah. Jika saja Vinta cowok mungkin Adrian sudah menghajarnya.     

"Lo jangan samakan gue sama CS lama. Administrasi gue bagus, jangan lo samakan sama CS lama yang kerja asal-asalan. Lo pikir jaman dulu sama ma sekarang? Lebih ketat bang. Enggak bisa sembarangan kasih cek ke nasabah. Mau dia kasih cek kosong ke nasabah kita dan reputasi bank kita jelek? Gue akan kasih kalo udah liat histori transaksinya. Kalo mau lapor ke kantor pusat, lapor sana gue enggak takut."     

"Lo!" Tangan Adrian gemetar ingin menampar Vinta namun diurungkannya. Adrian memilih pergi dari ruangan Renata. Jika masih berdebat dengan Vinta, ia takut akan memukul si nyai badas.     

"Vinta, kamu enggak boleh ngomong kayak gitu sama bang Ad. Gimana pun dia, dia senior lo." Tegur Renata mendelik tajam.     

"Masa bodoh dia senior apa enggak kep."     

Renata mencubit lengan Vinta karena gemas, "Lo kadang enggak bisa dibilangin. Ingat lo ngomong sama siapa?"     

"Peace kep." Vinta mengacungkan jarinya membentuk huruf V.     

"Vinta kep mana tanya." Dila menatap Vinta.     

"Tanya apa kep?"     

"Kamu udah lama jadi CS tentu udah senior bukan? Selama kep cuti gimana sikap bang Ad kalo buka rekening untuk nasabah kredit dia?"     

"Seenak udel kep. Kadang enggak kasih identitas asli cuma liatin fotocopi aja. Aku enggak mau bikinkan, cuma dia hasut Pak Ilman buat nekan aku buka rekening dia. Ini yang aku males kep. Kerja enggak sesuai SOP dan merugikan aku. Nah yang Pak Ilman kerja enggak pakai aturan. Aku kapok kep dipanggil BPK dan KPK. Sudah sering aku jadi saksi, padahal aku cuma bikinkan rekening nasabah."     

"Kenapa dia enggak bikin sama Emir?" Dila kembali bertanya.     

"Bang Emir dia hibahkan nasabah bang Ad ke aku. Soalnya senior yang satu itu enggak mau adu jotos sama bang Ad karena mereka sesama laki-laki. Makanya dia suruh aku urusin. Kata senior aku itu, kalo cowok debat sama cewek bakal kalah."     

Dila dan Renata tergelak tawa mengetahui alasan Emir tak mau berurusan dengan Adrian. Tawa mereka terhenti ketika Adrian kembali ke ruangan Renata.     

Adrian kembali mengantarkan KK, "Ini KK Pak Hamdani tolong lo kasih cek dan BG. Gue mau lo selesaikan hari ini juga!"     

Setelah mengantarkan KK, Adrian pergi begitu saja tanpa permisi pada Renata dan Dila. Tahu banget senior dan atasannya lebih kecil darinya tak menaruh rasa hormat.     

"Vinta tolong cek DHN nasabahnya bang Adrian. Gercep ya hasilnya!" Dila memberikan titah pada Vinta.     

Nyai badas meninggalkan ruangan Dila dan mengerjakan perintah Dila.     

"Re, gue curiga sama bang Ad."     

"Curiga kenapa?"     

"Kayaknya dia fraud."     

"Apa?" Wajah Renata pias.     

Fraud adalah tindakan curang yang dilakukan sedemikian rupa, sehingga menguntungkan diri sendiri, kelompok, atau pihak lain (perorangan, perusahaan atau institusi).     

"Kep gawat," ucap Vinta ketika kembali ke ruangan Renata. Wajahnya menyiratkan kecemasan dan ketakutan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.