Jodoh Tak Pernah Salah

Part 245 ~ Kebahagiaan Egi



Part 245 ~ Kebahagiaan Egi

0"Wow lo bahaya bro." Zico antara kagum dan menyindir.     
0

"Gue bahaya karena sakit hati bro. Seenaknya saja dia mencampakkan gue setelah dia memiliki wanita itu. Maaf gue jadi curhat."     

"Tidak apa-apa bro. Gue siap mendengarkan cerita lo."     

"Lo tahu ini Indonesia. LGBT disini sebuah aib dan penyimpangan. Susah menemukan pasangan sejenis yang cocok dan mengerti kita. Gue dan dia sudah bersama lebih dari lima tahun. Gue setia sama dia dan tak pernah selingkuh walau banyak yang menggoda gue. Gue hanya memberikan hati dan tubuh gue buat dia. Setelah selama itu seenaknya dia mencampakkan gue. Dia bahkan menyuruh asistennya untuk menghajar gue. Gue aja baru sembuh karena di pukuli asistennya. Si nyai badas."     

"Asistennya cewek?"     

"Iya. Nyai badas itu ular berbisa. Dia memang cantik tapi beracun. Dia mematahkan kaki dan tangan gue. Gue hampir dua minggu berada di rumah sakit saking parahnya pukulan dia."     

"Wowwww luar biasa." Terbesit rasa kagum dalam diri Zico pada asisten mantan pacar Egi.     

"Luar biasa sekali dia. Cewek seperti itu langka di zaman sekarang. Apa dia cantik?" Zico penasaran.     

"Sangat cantik, kulit putih, body bak gitar Spanyol. Ilmu bela dirinya sangat tinggi. Dia bisa karate dan silat. Asal lo tahu dia pernah sekolah intelijen. Kemampuannya memegang senjata juga luar biasa."     

"Wowwwww luar biasa. Aku jadi penasaran dengan asisten mantan pacar lo."     

"Dia tidak bisa didekati bro. Selama ini dia tidak pernah dekat dengan pria manapun."     

"Kenapa?"     

"Dia mencintai mantan kekasih gue."     

"Seseksi itu asistennya kenapa dia tidak mau?"     

"Dia gay bro. Jadi mantan kekasih lo nikah sama asistennya?"     

"Tidak. Dia menikah dengan wanita lain. Orang tuanya mencarikan jodoh. Gue pikir jika istrinya tahu suaminya seorang gay mereka akan bercerai. Dugaan gue salah. Istrinya malah mengobatinya. Wanita itu membuat gue kehilangan dia bro. Dia meninggalkan gue demi istri keparatnya itu." Egi menangis tersedu-sedu. Sejauh ini memperjuangkan cinta Bara namun tak ada hasilnya. Semuanya hanya tinggal kenangan. Impian mereka menikah di Belanda dan merajut cinta sampai akhir hayat tinggal kenangan.     

"Sudahlah bro. Lo jangan nangis. Masih banyak kumbang yang lain bro. Life must go on. Jika kesempatan lo sudah tertutup untuk apa memperjuangkan cinta lo sama dia. Lo aja yang berjuang sementara dia tidak. Buang waktu, buang tenaga dan menguras emosi."     

"Gue cinta banget sama dia bro. Gue udah cinta mati." Egi merengek bak anak kecil.     

"Sudahlah." Zico menepuk-nepuk bahu Egi bak seorang sahabat dekat.     

Egi menghapus air matanya, "Lo kenapa kesini bro?"     

"Gue sedang mengambil alih kepemilikan rumah sakit bro."     

"Rumah sakit apa?"     

"Rumah sakit Harmoni."     

"Bukannya itu rumah sakit terbesar di kota ini? Kok bisa lo ambil alih?"     

"Pemiliknya kalah berjudi sama gue di Macau. Taruhannya adalah rumah sakit yang dia miliki."     

"Wowww luar biasa."     

"Gue ngajak lo ketemu ada yang mau gue bicarakan."     

"Apa?"     

"Gue melihat bagian pelayanan di rumah sakit itu pelayanannya masih kurang pada pasien. Rata-rata frontliner disana sudah tua-tua. Gue mau merekrut karyawan baru untuk diletakkan di bagian depan dan gue mau kasih mereka training tentang pelayanan pada pelanggan. Lo bisa bantu gue?"     

"Hmmmmmm. Tawaran yang menarik. Gue akan ajukan sama perusahaan gue. Berapa lama dan berapa orang yang akan mengikuti training?"     

"Nanti kita bicarakan jika sudah di Jakarta ketika meeting. Sekarang kita mari bersenang-senang melupakan masalah kita. Gue juga baru bercerai dengan istri gue."     

"Kok bisa?"     

"Kami menikah sudah sepuluh tahun lebih tapi belum mempunyai anak. Mama menuding istri gue mandul dan kami bertengkar setiap hari. Rumah tangga kami hancur dan istri gue berselingkuh sampai hamil. Kami cerai dan istri gue menghina gue sebagai laki-laki mandul. Dan memberi tahu pada dunia. Padahal gue udah periksa kesehatan, gue sehat dan mantan istri gue juga sehat anehnya kami tidak kunjung memiliki anak. Malah istri gue hamil dengan selingkuhannya."     

"Berat juga masalah lo bro. Semangatlah kalo gitu. Kita sama-sama barisan patah hati."     

"Entahlah bro. Umur gue udah 43 tahun namun belum juga punya anak. Mama mendesak gue untuk menikah biar kami punya keturunan. Mama ingin penerus keluarga. Jika gue tidak punya anak garis keturunan keluarga gue akan musnah."     

"Jangan menyerahlah bro. Jika tidak ingin menikah bagaimana jika lo program bayi tabung saja. Sewa wanita untuk menyewakan rahimnya dan janjikan dia uang dalam jumlah banyak."     

"Ide lo boleh juga. Gue pikirkan dan diskusikan dengan mama gue dulu."     

"Papa lo dimana?"     

"Dia tidak peduli sama gue. Hanya sibuk dengan sugar babynya. Lo nggak takut bro?"     

"Takut kenapa?"     

"Andai mama dari mantan lo meninggal karena jantungan bagaimana?"     

"Biarin aja. Sudah takdirnya mati. Biar dia mampus merasakan sakitnya kehilangan seperti yang gue rasakan."     

"Wow kejam sekali."     

"Lo udah tahu gimana kelam dan kejamnya dunia LGBT. Enggak usah kaget gitu. Setelah ini gue akan buat perhitungan sama istrinya dia atau gue bunuh mantan kekasih gue. Jika gue enggak bisa miliki dia makanya tidak ada yang boleh memiliki dia termasuk istrinya." Egi memegang gelas seakan meremukkan. Matanya menyiratkan kebencian dan kekecewaan yang mendalam.     

"Gue enggak menyangka jika lo bakal sesakit hati ini."     

"Bagaimana gue nggak sakit hati. Setelah semuanya gue berikan sama dia ini balasannya? Ketika dia membayar lima orang wanita binal untuk memperkosa gue. Gue maafkan dia, tapi dia tetap saja tidak peduli sama gue. Gue sakit hati Zico. Gue sakit." Egi bak orang frustasi.     

"Apa lo nggak takut dihabisi asistennya yang badas itu?"     

"Gue lebih baik mati daripada tidak bisa memiliki cinta dia." Egi menerawang jauh. Hatinya remuk dan perih. Sejak kematian orang tuanya ia bersedih dan setelah dewasa ingin mereguk kebahagiaan namun pupus.     

"Jika boleh tahu kenapa lo bisa gay?" Zico semakin penasaran dengan kisah hidup Egi.     

"Gue disodomi suami tante gue sejak gue berusia tujuh tahun dan berlanjut hingga dewasa. Gue menikmati apa yang dilakukan om walau gue membencinya."     

"Kasihan banget nasib lo bro." Zico malah mendramatisir keadaan.     

"Apa gue nggak pantas bahagia bro?" Egi merengek bak seorang gadis.     

"Lo pantas bahagia bro.���     

"Egi lo disini," teriak seorang wanita. Tanpa melihat siapa wanita itu Egi sudah bisa menebaknya.     

"Ngapain lo nyusul gue Clara? Gue benci diikuti." Egi murka berusaha memecahkan gelas yang ada di meja bartender namun dicegah oleh Zico.     

"Sabar bro." Zico menenangkan. Laki-laki itu menepuk bahu Egi.     

"Lepaskan tangan lo dari kekasih gue." Clara terbakar cemburu melihat kedekatan Egi dan Zico.     

"Maaf. Egi bilang dia gay mana mungkin lo kekasihnya?" Zico bertanya melirik Clara dari atas sampai bawah. Menarik dan menggairahkan kenapa Egi menolak cewek secantik ini?     

"Apa lo bilang?" Clara dalam mode galak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.