Jodoh Tak Pernah Salah

Part 258 ~ Permintaan Ira



Part 258 ~ Permintaan Ira

0Ira meminta para ART mengemasi barang-barang Egi dan Musba. Setelah semua pakaian mereka masuk dalam koper. Ira menarik koper dan melemparnya pada Egi dan Musba. Wajah keduanya babak belur karena mereka adu jotos.     
0

"Pergi kalian dari rumah ini. Aku tidak sudi mengenal dan melihat kalian. Kalian brengsek dan apa yang kalian lakukan padaku sangat jahat." Ira beruraian air mata.     

Musba masih sombong dan pongah. Dia tak sedikit pun merasa bersalah telah menyakiti istrinya. Tak ada lagi cinta untuk Ira. Sang istri sangat membosankan untuknya.     

"Jika kau telah mengusirku Ira, maka aku tidak akan pernah kembali padamu. Seharusnya kamu bersyukur, aku masih mau menjadi suamimu padahal kamu mandul," ucapan Musba sangat sadis dan menyayat hati.     

Egi geram dan mencekik Musba. Beraninya Musba melontarkan kata-kata kejam pada tantenya. Egi sakit hati mendengarnya apalagi Ira.     

"Egi hentikan!" Ira memarahi Egi. Ia tak ingin Egi kalap dan membunuh Musba.     

"Aku malah bersyukur mandul sehingga tak punya anak dengan kamu. Apa jadinya jika aku punya anak. Pasti anakku akan malu mengakui kamu sebagai ayah karena kelakuan menyimpangmu. Lagian aku tak mau anakku mewarisi sifat bejatmu." Ira membalas dengan telak.     

"Kau!" Desis Musba kesal menunjuk Ira.     

"Pergi dari sini sebelum aku minta keamanan komplek mengusirmu." Ira menunjuk pintu keluar. "Kau tunggulah surat cerai dariku. Jangan sampai kau tidak tanda tangani. Aku tak segan akan buka aibmu. Seorang biseksual. Bangsat. Kau anj*ng."     

"Berani kau buka aibku aku tidak akan mengampunimu," ancam Musba dengan gigi bergemeletuk. "Jangan harap kau kau akan mendapatkan harta gono gini."     

"Aku tidak butuh hartamu. Hartaku tidak kalah banyak dari milikku. Bahkan tujuh turunan tidak akan habis. Jangan mengancamku. Aku tidak takut padamu. Pergi sebelum aku menyirammu dengan air keras."     

Musba menarik kopernya dan pergi. Laki-laki paruh baya itu menghentakkan kaki karena kesal dengan sikap Ira. Mencampakkannya bak sampah.     

"Akan aku buat kau menyesal telah melakukannya padaku Ira."     

"Aibmu akan terbongkar jika kau macam-macam padaku Musba. Aku pastikan perusahaanmu tidak akan memiliki pelanggan jika kau berbuat sesuatu padaku," balas Ira telak. Wanita jika tersakiti akan bersikap lebih kejam dan diluar nalar.     

"Dan kau Egi. Kau brengsek! Awas kau. Aku akan buat perhitungan denganmu. Kau telah menghancurkan rumah tanggaku." Musba menunjuk Egi geram. Musba kesal, sakit hati dan marah pada Egi.     

"Jika Egi buka mulut sejak dia kecil. Aku sudah membuangmu dari dulu," balas Ira sombong     

"Cepat pergi dari sini. Kau menodai mataku." Ira melambaikan tangan mengusir Musba.     

Selepas Musba pergi giliran Egi yang berlutut pada sang tante. Egi kembali menjadi cengeng.     

"Bangkitlah. Aku tidak suka melihatmu berlutut seperti itu."     

"Tante ampuni Egi."     

"Aku bukan Tuhan. Kau tidak perlu minta ampunanku. Mintalah pada Tuhan. Kau penzina yang bergelimang dosa," ujar Ira dengan dingin tak bersahabat.     

"Tante jangan bersikap seperti ini. Aku mohon," pinta Egi memelas. Lagi-lagi ia kembali menangis. Hatinya sangat sakit dan pilu ketika Ira kecewa dan terluka atas sikapnya.     

"Kau tahu siapa tantemu Egi. Aku terluka karena kalian. Aku tak menyangka kalian bajingan dan membohongi aku selama bertahun-tahun."     

"Aku masih kecil kala itu makanya aku tidak berani buka mulut menceritakan perangai om."     

"Setelah dewasa kenapa kamu diam saja? Apa artinya aku dalam hidupmu Egi? Kau tidak bicara karena kau takut Musba akan membongkar aibmu bukan? Pergi kau dari sini!" Ira menyeret Egi dan melemparnya keluar dari rumah.     

"Jangan lakukan ini tante," kata Egi kembali berlutut dan memeluk kedua kaki Ira. Ia menyandarkan kepalanya di paha Ira. Egi benar-benar menyesal telah melukai hati Ira yang telah membesarkan dan menyayanginya.     

"Aku seperti membesarkan anak ular. Anak yang aku besarkan malah menikamku. Teganya dia menyembunyikan kelakuan bejat suamiku. Aku benci diperlakukan seperti ini Egi." Ira berteriak nyaring menumpahkan kekesalan dan uneg-uneg di hatinya.     

"Aku tahu aku salah tante. Tapi tidak adakah maaf untuk aku? Aku tidak ingin kehilangan tante. Hanya tante satu-satunya keluargaku dan aku sangat menyayangi tante dan tak mau menyakiti perasaan tante."     

"Jika kamu tidak ingin menyakitiku seharusnya kamu jujur tentang om Musba. Seandainya kamu jujur saat itu makanya aku akan membuang Musba dan lebih memilih kamu. Musba hanya orang asing yang tiba-tiba jadi suamiku. Sementara kamu keponakanku. Anak kakakku, kau juga memiliki hubungan darahku. Dan perlu kau ingat darah lebih kental daripada air. Kamu dan Musba, aku pasti akan memilih kamu. Sudahlah Gi nasi sudah menjadi bubur. Pergilah dari sini, melihat kamu hanya akan menambah luka di hatiku. Aku ingin sendiri. Hari ini terlalu berat untuk aku jalani. Jujur aku tak bisa menerima kenyataan. Jika kamu dan Musba..."     

"Tante maafkan Egi. Bagaimana caranya aku bisa menebus kesalahan sama tante? Apa pun yang tante katakan aku akan melakukannya. Apa pun akan aku lakukan agar tante memaafkan aku. Jangan pernah membenci aku tante. Aku tidak bisa hidup tanpa tante, karena tante orang terpenting dalam hidupku."     

Ira tertegun mendengar ucapan Egi. Keponakannya akan melakukan apa pun asal Ira memaafkan dia dan menerimanya kembali.     

"Kau yakin dengan ucapanmu?"     

"Yakin tante asal aku mendapatkan maaf dari tante."     

"Jika aku sudah mengatakan keinginanku maka kau tidak bisa mundur lagi. Apakah kau benar-benar ingin aku maafkan?"     

"Iya tante. Aku rela kehilangan segalanya asal tidak kehilangan tante." Egi menatap mata Ira seakan memberi penegasan atas ucapannya. Saat ini yang Egi butuhkan kepercayaan dari sang tante.     

"Baiklah jika itu benar. Kau harus bertaubat dan kembali ke kodrat."     

Egi bak kena sambar petir di siang bolong mendengar permintaan Ira. Tak menyangka permintaan Ira seperti ini. Egi bimbang dan galau dengan permintaan sang tante. Terlalu berat untuknya.     

"Kamu kaget dengar permintaan tante jika begitu hubungan kita sampai disini. Anggap aku orang asing dan kita bukan keluarga lagi." Ira tersenyum sinis. Ira yakin Egi tak akan mampu menyanggupi permintaannya.     

"Tidak tante. Aku akan taubat dan aku akan straight demi tante."     

"Jangan taubat karena aku tapi taubatlah demi diri kamu. Sudah selayaknya kamu kembali pada Tuhan. Kapan kamu terakhir bersujud dan memohon pada Tuhan? Tanyakan hatimu apa tujuan hidupmu? Kakakku pasti menangis dan tersiksa melihat kelakuan anaknya dan kecewa denganku yang tak bisa menjaga amanahnya. Binatang lebih mulia dari kamu. Binatang jantan saja tidak pernah mengawini binatang jantan. Binatang saja yang tak punya akal dan pikiran tak pernah melakukan hubungan sejenis sementara kamu manusia yang memiliki akal dan pikiran tidak bisa berpikir. Aku kecewa padamu. Kau seorang motivator tapi kau tak lebih baik dari orang yang kau motivasi."     

"Tante berjanji akan taubat dan kembali straight bukan demi tante tapi demi diriku sendiri dan almarhum mama dan papa. Aku hanya butuh dukungan dan bimbingan dari tante. Jangan tinggalkan aku tante." Egi menangis terisak-isak.     

Pertahanan Ira luluh, ia membantu Egi bangkit dan memeluknya dengan erat.     

"Berjanjilah Egi jika kamu benar-benar bertaubat? Jangan pernah kecewakan tante lagi?"     

"Aku janji tante."     

"Jangan hanya kata-kata saja Egi. Tante mau kamu membuktikan jika kamu ingin berubah. Jika kamu membohongi tante lagi maka kamu akan melihat mayat tante."     

"Demi Allah dan demi almarhum papa dan mama aku berjanji taubat tante. Aku tidak akan terjerumus dalam pergaulan gay lagi. Aku janji sama tante walau itu berat."     

"Yakinkan hatimu Egi. Jika keinginan kamu ingin sembuh besar maka kamu akan sembuh. Berjanjilah nak. Jangan mempermalukan tante."     

"Aku janji tante."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.