Arrogant Husband

Apakah Ini Cinta?



Apakah Ini Cinta?

0"Hei, jangan melamun terus seperti itu, nanti kau kesambet," ujar Agam.     
0

Reva sedari tadi hanya menatap wajah Agam tanpa kedip. Pria itu mampu membuatnya salah tingkah seperti ini. Reva pun sadar dan kembali melanjutkan jalan kaki berdua.     

Akhirnya, mereka sudah sampai di sebuah restoran. Reva langsung memanggil pelayan untuk memesan makanan.     

"Kau mau mesan apa, Gam?" tanya Reva saat membuka daftar menu.     

"Apa saja. Samakan saja denganmu."     

"Ohh, baiklah."     

Reva menyerahkan daftar menu itu dan ia sudah memesan makanan. Pelayan itu pun langsung menuju ke belakang untuk menyiapkan pesanan mereka berdua.     

Saat ini, Reva tengah berada di restoran bersama dengan Agam. Pria yang baru saja ia kenal.     

'Ini pertemuan kedua dengan Reva. Entah kenapa, hatiku merasa nyaman dekat dengannya.'     

Hati Agam selalu menyebut nama Reva sedari tadi. Ia merasa nyaman di dekat wanita itu. Tak biasanya ia merasa seperti ini.     

"Gam?" panggil Reva.     

"Iya, Va? Kenapa?"     

"Kau mau kan jadi temanku? Kapan pun aku minta tolong, kau akan siap bantu?"     

Senyuman tersungging di sudut bibir Agam. Jelas saja, pria itu akan menolong sebisa mungkin.     

"Tentu saja, dengan senang hati, Va."     

Reva tersenyum ke arah Agam. Tak lama kemudian, datanglah pesanan mereka. Reva langsung mempersilakan pria itu untuk menyantap makanan yang telah terhidang.     

Baru kali ini, ia makan bersama dengan seorang wanita cantik. Setelah sekian lama Agam mencoba menutup diri dari wanita lain. Ia merasa malu dan minder.     

Wanita itu juga terkadang memamerkan senyuman manisnya, membuat jantung Agam berdetak tak karuan rasanya.     

'Ya Tuhan, apakah ini yang namanya cinta?'     

Agam terus berbisik dalam hati. Ia tak berani mengutarakan ucapannya pada Reva. Mungkin, wanita itu hanya menganggapnya seperti teman biasa. Agam pun tak ingin berharap untuk bisa memiliki Reva.     

"Dimakan ya makanannya," ujar Reva.     

"Oke, Va."     

***     

Joseph merasa kesal karena ia tak menemukan Reva di rumah. Padahal dirinya sudah membelikan bunga khusus untuk Reva. Semakin sering wanita itu menghindar darinya.     

Kini, mobilnya sudah berlalu pergi dari rumah Reva dengan membawa kekecewaaan dalam hati. Hari ini, lagi-lagi tak bisa bertemu dengan Reva. Ke mana lagi Joseph harus mencarinya?     

"Reva sepertinya menghindar untuk bertemu denganku. Sudah beberapa kali ini terjadi. Entah apa yang sebenarnya terjadi?"     

Joseph merasa lapar karena ia belum sarapan sejak tadi. Ia pun berniat untuk mencari makanan di sekitar sini.     

Dari kejauhan, terlihat sebuah restoran. Joseph pun melaju ke sana dengan cepat. Kemudian, menepikan mobilnya dan akan makan di sini. Langkah kakinya membawanya kemari.     

Pria itu mulai mengedarkan pandangan ke sekitar restoran. Masih memilih tempat yang akan ia duduki. Namun, tanpa sengaja, Joseph tengah melihat seseorang yang begitu ia kenal. Seorang wanita cantik sedang makan bersama dengan pria tampan.     

"Reva," lirih Joseph.     

Joseph melihat Reva sedang makan berdua dengan seorang pria, yang tak sama sekali ia kenal. Mendadak hatinya tiba-tiba memanas dan amarahnya sudah berada di ubun-ubun. Jadi, inilah sebabnya wanita itu selalu menghindar untuk bertemu karena ada pria lain. Ia tak rela, kalau sampai pria itu merebut Reva darinya.     

"Kurang ajar!"     

Dengan langkah tegap, Joseph menghampiri meja Reva. Ia ingin memberikan pelajaran pada pria itu karena telah membuat sang kekasih jadi seperti ini.     

Bugh!     

Sebuah bogem mentah mendarat tepat di wajah Agam. Membuat pipinya sontak terlihat sedikit biru. Bahkan, pria itu sama sekali tak tahu apa salahnya, kenapa ia mendapatkan pukulan seperti ini. Reva pun berusaha untuk melerai mereka.     

"Jo, hentikan!"     

Reva berteriak dengan nyaring, membuat seisi restoran menatap ke arah mereka bertiga. Joseph pun berhenti memukul pria itu. Ia melepaskan kerah baju Agam dengan kasar.     

"Kau ini apa-apaan! Kenapa bisa datang kemari hah?!" bentak Reva tak menyukai keberadaan Joseph di sini.     

Agam sedari tadi hanya diam saja dan tak mau ikut campur. Namun, ia masih tak paham, kenapa jadi sasaran amukan pria yang ada di depannya saat ini.     

"Pagi tadi aku datang ke rumahmu, menemuimu tapi kau tak ada di rumah. Kau adalah kekasihku, Va. Apa kau lupa?"     

Setelah mendengar pengakuan dari Joseph, Agam merasa hatinya sedikit sakit. Ternyata, Reva sudah ada yang punya. Wanita secantik Reva, mustahil tak punya kekasih.     

'Sudah kuduga, dia sudah ada yang punya.'     

Dengan perasaan kecewa dan sakit hati, Agam pun pergi ke luar dari restoran ini. Pria itu juga menahan sakit di pipinya.     

Reva ingin mengejar kepergian Agam, tapi lengannya dicengkeram dengan kuat oleh Joseph.     

"Lepaskan aku, Jo!"     

"Tidak, tidak akan!" Joseph cengar-cengir ke hadapan Reva.     

Semua pengunjung restoran tampak memandangi mereka. Sekarang, Reva dan Joseph jadi pusat perhatian di sini. Wanita itu merasa malu seketika karena perbuatan Joseph.     

"Kau benar-benar memalukan, Jo! Aku ingin kita berdua menyudahi hubungan pura-pura ini! Aku sama sekali tak pernah mencintaimu!"     

"Apa kau bilang? Kau ingin putus dariku? Tak bisa, tak bisa semudah itu, Va. Kau sudah jadi milikku seutuhnya." Joseph tak akan membiarkan Reva lepas begitu saja. Ia ingin wanita itu selalu berada di sampingnya.     

Kali ini, Reva benar-benar marah. Ia menepis dengan kuat tangan Joseph dari lengannya. Kemudian, Reva mengambil beberapa lembar uang berwarna merah dalam tasnya. Ia hentakkan uang itu ke meja yang sedari tadi menjadi tempat makannya bersama dengan Agam.     

Setelah membayar, Reva ingin menyusul Agam dari bar. Pasti pria itu telah salah paham dengannya.     

Joseph yang kesal karena melihat Reva lebih memilih Agam ketimbang dirinya, berniat akan melakukan sebuah cara untuk melenyapkan pria itu. Ia tak mau, kalau sampai sang kekasih jatuh ke tangan orang lain. Terpaksa ia membiarkan Reva pergi dari restoran dan tak ingin mengejarnya dulu.     

"Lihat saja nanti, akan kulenyapkan pria itu! Berani sekali dia mencoba untuk mendekati Reva."     

Para pengunjung restoran tengah berbisik-bisik membicarakan Joseph. Ia pun merasa malu juga karena sudah jadi bahan pembicaraan. Karena emosinya tadi, membuatnya jadi pusat perhatian.     

Sedangkan, Reva berusaha untuk mengejar Agam. Pasti pria itu sudah berada di bar sekarang. Langkah kakinya dengan cepat membawa Reva ke dalam.     

Ia melihat Agam tengah kembali bekerja dan mulai melayani para pelanggannya. Reva merasa bersalah karena kejadian ini. Harusnya Joseph tak ada di sana.     

"Ini semua gara-gara Joseph. Awas saja dia nanti!"     

"Dia sudah membuat kekacauan di dalam restoran dan memukul Agam!"     

Reva hendak menghampiri pria itu, tapi rasanya jadi sungkan sekarang. Haruskah Reva ke sana dan menemui Agam yang sedang bekerja.     

"Kenapa juga aku jadi begini ya? Hatiku kenapa jadi sakit sendiri ketika melihat Agam diperlakukan seperti tadi oleh Joseph?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.