Arrogant Husband

Apa yang Terjadi Pada Alisa?



Apa yang Terjadi Pada Alisa?

0"Berarti ... ada yang sengaja ingin mencelakaiku dan bayiku," lirih Alisa.     
0

Saga langsung terpikir dengan satu nama, yaitu Reva. Pasti wanita itu yang berbuat nekat.     

Sial! Lagi-lagi Saga kecolongan. Andai ia tahu akan jadi seperti ini, dirinya tak akan pernah melepas Reva dan akan menghukumnya lebih berat lagi.     

Dengan napas yang memburu. Amarah yang sudah berada di puncak, hingga tangan terkepal kuat, Saga pun berniat akan ke rumah Reva. Kali ini, ia tak akan mengampuni wanita itu. Bahkan, bisa saja ingin membunuhnya.     

"Reva, pasti dia pelakunya!" ujar Saga.     

Pria itu dengan langkah seribu, ke luar dari ruangan Alisa. Ia dengan cepat menuju parkiran dan akan ke rumah Reva. Kali ini, wanita itu tak akan lolos dari cengkeramannya.     

Alisa yang melihat sang suami jadi kalap, langsung menyuruh Anton untuk menyusul Saga. Ia tak mau, kalau Saga sampai berbuat nekat pada Reva.     

"Anton, susul Saga, cepat!" titahnya.     

"Tapi, Nyonya ...."     

"Pergilah ... aku tidak apa-apa sendiri di sini. Aku takut, Saga akan berbuat hal yang tidak-tidak."     

Alisa benar. Anton pun segera menyusul Saga untuk ke rumah Reva. Ia tak mau, kalau sampai pria itu berbuat nekat.     

***     

Saga ingin membuka pintu rumah Reva dengan paksa. Pria itu bahkan sampai mendobraknya berkali-kali.     

"Reva, ke luar kau!"     

Saga sudah naik pitam. Amarahnya sudah tak dapat dibendung lagi. Ia masih berusaha untuk membuka pintu agar bertemu dengan Reva.     

Sedangkan, di dalam kamar, Reva mendengar teriakan suara Saga dari luar. Terdengar menyeramkan sekali mendengar suara Saga kali ini. Namun, ia juga penasaran. Apa yang membuat pria itu datang ke sini lagi. Reva pun beranjak dari kamarnya menuju ke bawah.     

Akhirnya, Saga berhasil membuka pintu itu dengan usaha mendobrak berkali-kali. "Reva ke luar kau!"     

"Saga, kenapa kau jadi seperti ini?"     

Saat melihat Reva sudah turun ke bawah, Saga langsung mendekat dan mencekik lehernya. Membuat wanita itu sontak kesakitan dan tak leluasa bernapas.     

"Wanita sialan! Masih berani juga kau rupanya mengganggu keluarga kecilku hah! Tidak kapok rupanya."     

Reva engap-engap saat lehernya dicekik seperti ini. Ia sama sekali tak mengerti dengan maksud Saga. Ia berusaha menarik tangan pria itu dari lehernya, tapi kekuatan Saga jauh lebih besar.     

"Kali ini, kau harus mati di tanganku, Va!" Saga terus mencekik leher Reva, sampai wanita itu merem melek matanya.     

Tiba-tiba, datanglah mobil Anton di halaman. Ia dengan cepat turun dan masuk ke dalam. Ia terkejut pada Saga yang mencekik Reva.     

"Saga, hentikan!" Anton menarik kedua tangan Saga agar melepaskan cekikannya dari leher Reva. Wanita itu bahkan tak bisa bernapas lagi. Matanya sudah melotot tak karuan.     

"Saga, aku bilang berhenti. Kasian Alisa, jangan menambah beban pikirannya lagi!"     

Anton berhasil menarik kedua tangan Saga. Pria itu melepaskan cekikannya dari leher Reva. Wanita itu langsung terduduk lemas di lantai, sambil memegangi lehernya. Napasnya begitu tersengal-sengal, tapi sekarang perlahan bisa bernapas.     

Saga berjongkok dan menatap wajah Reva. Kemudian, meraup wajah itu dengan kasar.     

"Hatimu terbuat dari apa hah? Sampai bisa mencelakai Alisa seperti itu?!" Reva tak paham sama sekali apa maksud Saga.     

Saga melepaskan raupannya dari wajah Reva dengan kasar. "Kau sudah membunuh bayi kami! Alisa keguguran." Pria itu menangis. Tangisannya ke luar begitu saja dengan deras.     

"A–apa?!"     

Reva terkejut bukan main. Harusnya ia merasa senang, tapi entah kenapa saat melihat Saga seperti ini, membuat hatinya sakit.     

"Kau tak usah sok akting, Va!" Saga menghapus air matanya dengan kasar. "Aku sudah tahu kelicikanmu itu. Kau akan menghalalkan segala cara untuk bisa kembali lagi padaku!"     

"Saga, ta–tapi aku tak membuat Alisa jadi keguguran seperti ini."     

"Omong kosong! Dasar wanita hina kau! Aku tak menyangka, bahwa kau akan melakukan hal ini."     

Sedari tadi, Anton hanya diam saja sambil menyaksikan dua orang di depannya. Saga dan Reva sedang adu mulut. Bahkan, sering kali, Saga ingin main tangan karena amarahnya masih meledak-ledak.     

Anton mengajak Saga untuk pergi dari sini dan akan kembali ke rumah sakit lagi. Kasian Alisa sendirian di sana. Namun, rupanya Saga masih belum merasa puas ingin memberi Reva pelajaran.     

"Aku bersumpah, aku tak akan pernah mau kembali lagi padamu. Biar pun kau telah melakukan segala cara! Caramu sungguh licik! Aku sangat menyesal telah mengenal kau, bahkan sempat menjalin hubungan."     

Kedua pria itu terlihat menjauh dari sana. Saga dan Anton menuju ke mobil masing-masing. Mereka ingin kembali lagi ke rumah sakit untuk menjaga Alisa.     

Sepulangnya mereka dari rumah, Reva perlahan berdiri dan berpegangan pada sebuah tiang.     

"Bukan aku yang melakukan hal itu. Tapi, siapa? Ahh, Joseph?"     

Reva ingat, bahwa dirinya pernah memberikan pria itu sebuah racun yang ada di botol kecil. Mungkin, Joseph telah menggunakannya dan membuat Alisa keguguran.     

"Harusnya aku senang, bahwa Alisa sudah keguguran. Tapi ...." Gara-gara Joseph, dirinya telah menjadi sasaran amukan kemarahan Saga.     

"Aku harus ke rumah Joseph sekarang!"     

***     

Kejadian ini begitu cepat berlalu. Saga begitu hancur karena sudah kehilangan sang bayi, yang selama ini ia jaga dengan baik. Pria itu berjalan lunglai, menuju ke kamar Alisa bersama dengan Anton. Mereka berdua baru saja sampai di rumah sakit. Saga mencoba terlihat tegar, tapi berat rasanya.     

"Anton, terima kasih karena kau sudah peduli denganku dan Alisa. Kau memang teman yang baik," ujar Saga.     

"Iya, sama-sama. Aku akan selalu berada di samping kalian."     

Mereka berdua berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Dengan langkah pelan, Saga masih terlihat sangat sedih.     

Kehilangan anak yang masih berada dalam kandungan, merupakan pukulan terberat untuknya. Ia sudah gagal menjadi calon ayah dan suami siaga untuk Alisa. Hingga sang istri mengalami hal yang sama sekali tak diinginkan.     

Mereka berdua telah sampai di kamar rawat Alisa. Wanita itu duduk. Pandangannya begitu kosong, seolah tak bersemangat sama sekali.     

Saga dan Anton pun saling pandang. Melihat Alisa seperti ini, Saga pun mendekat. Ia mencoba untuk bicara pada sang istri.     

"Sayang?" ucap Saga.     

Namun, tak ada reaksi apa-apa yang ke luar dari mulut Alisa. Wanita itu masih diam membisu. Pandangannya masih tertuju ke depan. Hampa dan kosong. Saga jadi takut dengan kondisi sang istri yang begini.     

Saga mencoba untuk bicara sekali lagi pada Alisa. "Sa–sayang? Bicaralah padaku."     

Alisa tak memberi reaksi apa-apa. Saga pun menyuruh Anton untuk memanggilkan dokter, agar kemari ke sini. Secepat kilat, pria itu berlari ke luar.     

"Sayang, jangan diam saja seperti ini. Bicaralah padaku, walaupun hanya sepatah kata." Saga memegangi wajah Alisa dengan penuh kasih sayang. Bahkan, tatapan mata yang Saga berikan, tak dibalas oleh Alisa.     

"Sayang, kau kenapa?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.