Arrogant Husband

Badai Pasti Berlalu



Badai Pasti Berlalu

0"Nak, ibu mohon, maafkan semua kesalahan ibu. Ibu janji, tak akan pernah mengulanginya lagi," teriak Bu Angel dari luar.     
0

Anton mencengkeram tangan Bu Angel dengan kuat, agar wanita itu tak bisa berkutik lagi. Saga tak mau, ibunya datang kemari lagi.     

"Bu, pergilah. Saat ini, Tuan Saga tak ingin bertemu dengan siapa-siapa dulu. Mohon dimaklumi, mereka berdua masih kehilangan anak mereka."     

Saga sudah masuk ke dalam dan tak terlihat lagi batang hidungnya. Membuat Bu Angel, mau tak mau harus pergi dari sini. Percuma rasanya, Saga pun tak mau bertemu dengannya lagi.     

Dengan perasaan hampa dan langkah yang pelan, Bu Angel menuju ke dalam mobil. Hatinya sakit bukan main, karena tak dipercaya lagi oleh sang anak. Berkali-kali memohon maaf pun, sekarang tiada berguna lagi.     

Anton yang melihat pemandangan nahas itu, hanya bisa mengelus dada. Ia pun sedih melihat keadaan Bu Angel yang sekarang. Namun, dirinya jauh lebih sedih lagi dengan Saga dan Alisa.     

Mobil Bu Angel pun mulai melaju, meninggalkan rumah Saga. Wanita paruh baya itu harus menelan pil pahit karena kejadian ini.     

Dari atas jendela kamar, Alisa bisa melihat mobil Bu Angel yang sudah menjauh dari rumah ini. Dirinya masih menangis tak henti-henti dari semalam. Tak lama kemudian, datanglah Saga dari luar. Sang suami langsung menghampirinya.     

"Apa yang kau lihat di sana sayang?" tanya Saga.     

"Melihat mobil ibumu baru saja ke luar." Dengan senyum yang dipaksakan, Alisa mencoba untuk tetap tegar. Terlihat Alisa yang menghapus air matanya sendiri.     

"Hmm, ibu tadi aku usir dari sini. Dia ingin bertemu denganku dan juga kau."     

Alisa tersenyum remeh. Untuk apa, ibu mertuanya itu ingin bertemu dengannya lagi? Untuk mengejeknya? Atau berusaha membanding-bandingkannya dengan Reva lagi? Setelah sekian lama, dirinya harus bersabar menghadapi tingkah kedua mertuanya itu. Namun, sekarang tak ada lagi rasa percaya dalam hatinya untuk mereka.     

Saga melihat wajah sang istri yang terus bersedih sejak kemarin, membuatnya tak tega sama sekali. Ia ingin melakukan sesuatu agar hati Alisa merasa senang sedikit.     

"Sayang, aku mohon jangan bersedih lagi, ya."     

Alisa hanya diam saja. Ia tak menjawab ucapan dari sang suami. Sekarang, ia sama sekali tak bisa ketawa, bahagia, atau apa pun itu selain hanya bisa bersedih karena rasa kehilangan.     

Saga tahu, ini semua memang berat rasanya. Ia pun masih belum bisa menerima kehilangan sang bayi. Namun, harus bagaimana lagi? Ini sudah takdir dari Tuhan.     

"Sayang, tolong tinggalkan aku sendiri saja di dalam kamar," pinta Alisa.     

Sang istri memintanya untuk segera ke luar dari kamar. Saga pun menurut. Ia tahu, Alisa memang butuh waktu untuk bisa menerima ini semua. Ia terus berdoa, agar Alisa bisa kembali tersenyum lagi seperti dulu.     

***     

Alisa hanya bengong, seperti orang yang sangat putus asa dalam hidup. Tubuhnya begitu lemas, tak berdaya di atas ranjang. Alisa hanya bisa rebahan sambil menangis di sana, tanpa ingin berbuat kegiatan apa pun.     

Pandangannya pun kosong. Sejak kemarin malam, ia tak berselera untuk makan. Ia masih sangat terpukul dengan keadaan ini.     

Alisa menyesal, karena sudah menerima paket berisi kue bolu serta sebotol susu, yang mengakibatkannya mengalami keguguran seperti ini. Harusnya, ia tak pernah menerima paket itu, kalau bukan dari Saga langsung yang menyerahkannya. Namun, nasi sudah menjadi bubur.     

"Bodoh! Aku bodoh!" umpatnya ke diri sendiri. "Harusnya aku tak mengambil paket itu dan memakannya!"     

Alisa terus saja menyalahi diri sendiri atas kejadian ini. Ia merasa menjadi sosok calon ibu yang tak berguna sama sekali. Dirinya sudah gagal untuk bisa melindungi sang buah hati.     

Saga sangat ingin sekali mempunyak seorang anak. Dengan terpaksa, harapan Saga harus tertunda lagi. Entah sampai kapan, Tuhan akan memberikannya kepercayaan lagi.     

Wanita itu masih menangis, hingga kantung matanya jadi bengkak. Matanya pun jadi memerah. Hidungnya terus berair dan tersumbat.     

"Ya Tuhan, kenapa semua ini terjadi padaku? Apa salah dan dosa yang kulakukan selama ini?"     

Ia tak tahan, harus diuji seperti ini. Alisa sudah kehilangan kedua orang tua, ditambah lagi karena kehilangan anak yang masih dalam kandungan.     

Reva. Wanita itu harus bertanggung jawab atas kejadian ini. Alisa berjanji, akan membalas perlakuan Reva selama ini padanya.     

"Kau wanita yang licik, Va! Kau rela menghalalkan segala cara untuk bisa mengambil suamiku, termasuk dengan membuatku jadi keguguran!"     

Alisa menangis histeris di dalam kamar. Saga yang mendengar samar-samar tangisan sang istri langsung naik ke atas. Ia pun membuka pintu dengan cepat.     

Saga langsung menghampiri Alisa yang menangis deras. Ia pun memeluk tubuh yang mulai ringkih itu.     

"Sayang, kumohon jangan seperti ini."     

"Ra–rasanya berat sekali," ucap Alisa.     

"Aku tahu, ini memang berat sekali untuk kita berdua. Aku yakin, kau dan aku pasti bisa melewati ini semua. Tuhan tak akan pernah memberi cobaan di luar batas kemampuan hambanya." Saga mencoba untuk tetap tersenyum demi sang istri. Jikalau ia bersedih juga, maka Alisa pun demikian.     

Saga memeluk tubuh Alisa dengan kuat. Kedua tangannya ia lingkarkan ke tubuh sang istri. Ia bisa merasakan, kehangatan air mata Alisa yang merembes membasahi bajunya.     

Ia meminta pada sang istri untuk berhenti menangis. Sebab, Saga tak tega sama sekali melihat Alisa jadi seperti ini. Wajah Alisa jadi layu, tak bersemangat. Kantung matanya pun kian bengkak.     

Saga mengelus-elus rambut Alisa, menenangkannya sampai berhenti menangis. Mereka akan melewati ini bersama-sama. Saga akan selalu berada di samping sang istri sampai kapan pun juga. Ia tak akan berniat untuk menjauh dari wanita yang ia cintai.     

"Aku akan terus berada di sampingmu, sayang. Tak akan sedikit pun berniat untuk menjauh. Aku yakin, semua ini akan ada hikmahnya. Akan indah pada waktu yang tepat," ujar Saga memberi semangat untuk sang istri.     

Alisa pun berhenti menangis lagi. Wanita itu kemudian mendongak, menatap wajah Saga.     

"Terima kasih karena kau sudah mau berada di sampingku. Kau menerimaku apa adanya."     

Wanita sebaik Alisa, tak akan pernah ia sia-siakan begitu saja. Ditambah lagi, dengan kesederhanaan sang istri yang membuatnya semakin jatuh cinta. Alisa pasti akan kuat menghadapi ini semua. Bersama dengan Saga, semua ini pasti berlalu.     

"Badai pasti berlalu sayang. Kita pasti bisa melewati badai gelombang ini."     

Alisa mengangguk dengan pelan. "Iya sayang. Terus semangati aku."     

Mereka berdua akan menyemangati diri masing-masing. Saga terus memberikan energi positif pada Alisa, agar wanita itu tak melulu menangis dan bersedih. Biar bagaimanapun, ia tak mau melihat Alisa tambah terpuruk lagi. Sudah cukup rasa kehilangan ini, membuat mereka berdua jadi down. Apa pun yang mereka lakukan, rasanya tak semangat lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.