Arrogant Husband

Reva Tak Boleh Tahu



Reva Tak Boleh Tahu

0Setiap hari Alisa selalu ingin berada di samping Lisa–sang anak. Ia selalu ingin bersama dengan putri kecilnya itu. Saga pun tak masalah, kalau waktu sang istri lebih banyak untuk mengurus anak mereka.     
0

"Nak, itu ayahmu mau berangkat kerja. Kita ke luar, yuk!" Alisa mengangkat Lisa dari dalam keranjang kecil khusus bayi.     

Saga telah rapi dengan setelan jas serba hitam, sangat gagah sekali. Rambut yang sedikit klimis membuatnya makin terlihat tampan. Pria berhidung bangir itu pun langsung mengajak sang istri ke luar dari kamar.     

Mereka bertiga menuruni anak tangga dengan perlahan. Saga menuntun sang istri dengan memegangi pundaknya.     

Sebelum berangkat kerja, Saga sarapan pagi terlebih dahulu dengan dua buah roti dan segelas susu. Pria itu mandiri mengurus keperluannya sendiri. Sedangkan, sang istri masih menggendong Lisa dalam pangkuan.     

Alisa menatap ke arah sang suami yang mulai menyiapkan sarapan sendiri. Lisa terbangun sejak tadi, maka dari itu ia harus menidurkannya kembali. Alisa menimang-nimang bayinya dengan penuh sukacita.     

"Sayang, jangan lupa makan ya nanti. Setelah Lisa tidur."     

"Iya sayang. Aku pasti makan."     

Setelah Saga sudah menghabiskan dua buah roti dan susu, ia pun berdiri dan melangkah ke luar halaman. Sang istri mengekor di belakangnya bersama dengan Lisa.     

"Aku berangkat dulu ya. Kau dan Lisa jangan ke mana-mana."     

"Iya sayang." Alisa mencium punggung tangan Saga dengan hormat. Sang suami kemudian segera masuk ke dalam mobil dan berlalu pergi.     

Alisa membawa Lisa ke dalam karena ia hendak menidurkan sang bayi. "Kita ke dalam ya, Nak."     

***     

"Mau apa kau datang ke sini lagi?" Anton hendak mengusir Reva dari sini. Bahkan kalau wanita itu bebal dinasihati, maka ia tak akan segan-segan mengeluarkan sebuah pistol dari belakang punggung. Itu ia lakukan semata-mata hanya untuk membuatnya Reva takut.     

"Aku ingin bertemu dengan Alisa."     

"Tak bisa. Nyonya Alisa sedang istirahat dalam kamarnya. Kalau kau tak mau pergi ...." Anton mengeluarkan pistol dari belakang. "Aku tak akan segan untuk menembakmu! Ini merupakan perintah langsung dari Tuan Saga."     

Reva melihat pistol itu teracung ke arahnya. Anton masih mengangkat pistol dan hendak mengusirnya dari sini.     

"Kau kira aku akan takut dengan ancaman recehmu itu?" Reva meremehkan ancaman dari Anton. Wanita itu tertawa kecil.     

Namun, Anton sepertinya tak main-main. Ia mulai mengeker pistolnya dan mengarahkan pada Reva.     

Dor!     

Sebuah peluru telah meleset di samping tubuh Reva. Peluru itu jauh ke depan. Wanita itu sontak ketakutan, wajahnya seketika pucat pasi.     

Reva sangat ketakutan saat peluru itu lewat di samping tubuhnya. Kedua kakinya seolah tak mampu menapak lagi dengan baik. Anton yang melihat itu tampak sangat puas karena sudah membuat Reva takut.     

"Aku tak pernah main-main. Kau lah yang bermain-main denganku. Sekarang aku minta kau lebih baik pergi dari sini!"     

Wibawa Anton tak terbantahkan lagi. Ia berhasil membuat wanita itu ketakutan sekarang. Napas Reva jadi ngos-ngosan. Jantungnya berdebar-debar karena merasa takut. Saat ia berjalan mundur ke belakang, maka muncullah Alisa dari balik pintu.     

"Mau apa lagi kau datang ke sini hah?! Tak puaskah berkali-kali sudah berusaha menghancurkan hidupku dan juga membuat pernikahanku dan Saga bermasalah? Kau juga yang telah membuatku keguguran!"     

Alisa menghampiri Reva dan memegangi kedua pundaknya dengan kasar. Ia mengguncang-guncangkan tubuh Reva. Wanita itu sedari tadi hanya diam saja, karena masih ketakutan.     

Alisa datang kemari karena mendengar suara tembakan dari luar. Maka dari itu, ia meninggalkan Lisa di kamar dan segera ke sini. Ternyata ada Reva lagi.     

"Aku tak habis pikir denganmu, selalu saja ke sini dan mencoba membuat suatu masalah! Lebih baik kau pulang saja dari sini! Aku tak ingin melihat wajahmu lagi."     

Ia tak mau melihat wajah Reva lagi. Wanita itu lah yang menyebabkannya mengalami keguguran. Alisa sangat membenci Reva.     

"Pergi kau dari sini!" Alisa mendorong tubuh Reva. Wanita itu terjatuh ke lantai karena dorongan dari Alisa yang cukup kuat. Melihat itu, Reva pun memicingkan mata dan tak terima.     

"Kurang ajar! Sekarang kau sudah berani melawanku ya!"     

Reva dengan cepat berdiri dan hendak berniat membalasnya. Namun, niat itu ia urungkan karena ada Anton di samping Alisa. Pria itu bisa saja nekat lagi dan tak akan memberinya ampun. Anton bisa saja menembak tubuhnya di saat seperti ini.     

"Untuk apa aku takut padamu hah? Aku tak takut sama sekali denganmu!" Tatapan Alisa tak kalah sangar dengan Reva. Kedua wanita itu masih bersitatap satu sama lain.     

Adu mulut pun terjadi antara Reva dan Alisa. Kedua wanita itu tak ada yang mau mengalah. Anton akhirnya turun tangan dan menyeret tangan Reva agar pergi dari sini. Pria itu menyuruhnya untuk masuk ke mobil dan pulang.     

Reva akhirnya menyerah dengan usahanya. Ia pun segera pulang dari rumah Saga. Wanita itu bergegas masuk ke dalam mobil dan mulai melajukan kecepatannya.     

Alisa mengembuskan napas lega melihat kepergian Reva dari rumahnya. Akhirnya, wanita pembuat onar itu sudah pergi juga. Alisa tak lupa berterima kasih pada Anton karena telah menjaganya dengan baik.     

"Maafkan saya, Nyonya. Tadi saya menarik pelatuk untuk membuat Reva pergi dari sini. Namun, sepertinya dia wanita yang cukup bebal."     

"Iya, aku tadi mendengar suara tembakan dari atas. Untung saja, Lisa tak terbangun karena kejadian ini."     

Alisa pun izin pamit pada Anton. Ia ingin menjaga Lisa lagi dalam kamar. Alisa jadi kepikiran sesuatu. Reva bisa saja menyakiti bayinya, kalau ia lengah sedikit saja.     

Ia berjalan dengan cepat agar sampai di kamar. Alisa ingin terus berada di samping sang anak. Tak akan ia biarkan, Reva menyentuh Lisa sedikit pun.     

"Reva tak boleh tahu soal Lisa. Bisa jadi, dia kali ini lebih nekat. Aku tak mau Lisa kenapa-kenapa."     

Kini, Alisa sudah sampai di dalam kamar. Ia pun menghampiri keranjang Lisa. Bayi perempuan mungilnya itu sedang tertidur lelap. Alisa tak ingin mengganggu sang anak sedikit pun.     

"Pokoknya Reva tak boleh tahu, kalau Lisa ada di rumah ini. Ibu dan ayah berjanji, Nak, akan selalu melindungimu setiap saat."     

Ia tak akan pernah membiarkan sang anak berada dalam tangan jahat orang lain. Alisa tak mau lagi kehilangan anak untuk yang kedua kali. Bersama dengan sang suami, ia bisa menjaga Lisa dengan baik.     

Melihat wajah Lisa yang imut nan mungil, membuat Alisa merasa lega. Wanita itu beralih menuju ke tempat tidurnya sendiri. Alisa merebahkan diri di atas tempat tidur. Pandangannya menatap ke arah keranjang milik sang anak. Ia merasa bersyukur karena telah mengadopsi seoranh anak. Meskipun bukan darah dagingnya sendiri, tapi Alisa dan Saga sangat menyayangi Lisa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.