Arrogant Husband

Perlahan Membuka Hati



Perlahan Membuka Hati

0Saga menjaga sang ibu yang masih tak sadarkan diri. Saat ini, Bu Angel sedang berada di ruangan rawat inap. Sedangkan, Alisa sedang menjaga Pak Surya di ruangan ICU.     
0

Pria itu begitu terpukul, melihat kondisi kedua orang tuanya yang seperti ini. Saga tak tega, melihat ayah dan ibunya menderita. Sedari tadi, Saga terus berjaga di samping ibunya.     

Ia tengah menggenggam tangan Bu Angel sambil menitikkan air mata. "Bu, sadarlah. Aku di sini bersama denganmu."     

Beberapa saat kemudian, Bu Angel tampak menggerakkan jari jemarinya. Saga terkejut sekaligus senang melihat sang ibu telah membuka mata. Wanita paruh baya itu akhirnya sadar dan langsung teringat dengan Pak Surya. Bu Angel kemudian ingin melepaskan infus yang ada di tangan kirinya.     

"Apa yang ibu lakukan?"     

"Ibu ingin menemui ayahmu, Ga."     

"Aku mohon jangan dulu, bu. Pulihkan keadaan ibu dulu, baru kita ke sana menemui ayah."     

"Ibu tidak mau lebih lama lagi menunggu. Ibu ingin sekarang menemui ayahmu," ujar Bu Angel bersikeras.     

Perintah dari Bu Angel tak bisa dibantah oleh Saga. Lantas, pria itu mulai memapah sang ibu dengan perlahan agar menuju ke ruangan ICU.     

Saga dengan perlahan membawa ibunya ke luar. Mereka berdua ingin masuk ke ruangan ICU. Di sana ada Alisa yang sedang menunggui Pak Surya.     

Alisa melihat kedatangan Bu Angel bersama dengan Saga. Mata keduanya terlihat sembap karena menangis.     

Karena sudah cukup lama berada di rumah sakit, Saga ingin mengantar Alisa pulang dulu ke rumah karena sudah larut malam. Pria itu mengkhawatirkan sang anak yang berada di rumah.     

"Sayang, kemarilah," ajak Saga dengan meraih sebelah tangan sang istri dengan lembut.     

"Kenapa sayang?"     

"Aku akan mengantarmu pulang dulu. Aku mengkhawatirkan anak kita di rumah." Saga berbisik pelan ke telinga Alisa. Ia takut kalau terdengar oleh Bu Angel.     

Ucapan Saga ada benarnya. Alisa baru ingat, bahwa bayi perempuannya berada di rumah. Ini pun sudah larut malam.     

"Memangnya tidak apa-apa kalau aku pulang?" tanya Alisa.     

"Tidak apa-apa sayang. Tapi, izinkan aku untuk bermalam di sini ya menemani ibu," ujar Saga.     

"Iya sayang. Tidak apa-apa."     

Saga dan Alisa pun menghampiri Bu Angel. Saat Alisa tengah berdiri di hadapan wanita itu, seketika dirinya jadi terdiam.     

"Bu, aku mau mengantar Alisa dulu pulang ke rumah. Nanti aku kembali lagi ke sini untuk menemani ibu. Bisa kan?"     

"Iya, Nak, tentu saja bisa."     

Alisa sedikit takut untuk bersalaman dengan Bu Angel. Kedua wanita itu saling tatap cukup lama. Tak ada yang bersuara sekarang.     

"A–aku pulang dulu, bu," ucap Alisa memberanikan diri sambil mengulurkan tangan. Ia takut, kalau uluran tangannya tak dibalas oleh Bu Angel.     

"Iya, Nak, hati-hati di jalan."     

Keajaiban pun terjadi. Akhirnya, Bu Angel mau membalas uluran tangan Alisa. Wanita itu senang karena sang mertua sudah sedikit membuka hati. Saga yang melihat keduanya seperti itu, terlihat sangat bahagia.     

"Iya, bu."     

Akhirnya, Saga membawa Alisa ke luar dari ruangan ini. Suami istri itu segera menuju ke parkiran. Setelah itu, Saga akan kembali lagi ke sini untuk bermalam di rumah sakit.     

***     

Di tengah perjalanan, Saga masih tak enak hati kalau harus meninggalkan Alisa seorang diri di rumah. Ia pun menoleh ke samping, memandangi wajah sang istri yang tengah melamun.     

"Sayang?" panggil Saga.     

"Iya sayang?" Alisa sontak menoleh ke arah sang suami.     

"Kau tak keberatan kan, kalau aku bermalam di rumah sakit untuk menjaga ibu dan ayah?" tanya Saga.     

"Iya sayang, tidak apa-apa. Sungguh. Aku dan Lisa akan baik-baik saja di rumah."     

Saga akhirnya lega, karena sang istri tak masalah kalau dirinya bermalam di rumah sakit. Beberapa saat kemudian, mereka berdua sudah sampai di depan rumah. Ketika Alisa hendak ke luar dari mobil, Saga pun menarik tangannya.     

"Aku mencintaimu, sayang," ucap Saga sambil tersenyum.     

"Aku pun juga sangat mencintaimu, sayang."     

Pria itu mengecup kening Alisa dengan hangat. Setelah itu, sang istri pun ke luar dari mobil. Alisa melambaikan tangan ke arah Saga yang mulai melajukan mesin mobilnya.     

Wanita itu masuk ke rumah dan menuju ke kamarnya. Sang pelayan terlihat menundukkan kepala saat Alisa datang. Mereka semua terlihat menghormatinya dan Alisa sangat menghargai itu.     

"Lisa di kamar kan?" tanya Alisa kemudian.     

"Iya, Nyonya."     

Alisa segera naik ke atas tangga. Ia ingin melihat sang anak karena sudah merasa sangat rindu. Wanita itu membuka pintu kamar dan terlihatlah Lisa bersama salah satu pelayannya.     

"Ibu datang, Nak," ucap Alisa sambil mengambil alih tugas si pelayan tersebut.     

"Terima kasih karena telah menjagakan putriku."     

"Sama-sama, Nyonya."     

Pelayan tersebut ke luar dari kamar Alisa. Kini, hanya mereka berdua yang berada di dalam.     

"Nak, malam ini kita hanya tidur berdua saja. Ayahmu sedang berada di rumah sakit."     

Alisa tampak sedih, karena Pak Surya mengalami koma karena kecelakaan mobil. Ia berdoa agar ayah mertuanya segera sadar dan bisa berkumpul bersama lagi dengan Saga dan yang lain.     

Alisa menimang-nimang sang bayi yang masih terlena dalam tidur. Wanita itu ingin meletakkan Lisa bersamanya di atas ranjang.     

"Kau tak rewel sama sekali, Nak. Bahkan kau tidur terus seperti ini."     

Wanita itu mulai membaringkan tubuh sang anak di tempat tidur. Kemudian, Alisa juga rebahan di atas ranjang. Ia pun meletakkan sebuah guling ke sisi kanan, untuk mencegah Lisa terjatuh ke bawah.     

"Malam ini, kita hanya tidur berdua saja, Nak. Tak ada ayah di sini."     

Alisa menatap wajah sang anak dengan seksama. Ia mengamati setiap raut wajahnya. Bayi perempuan ini sangat cantik dan lucu. Dirinya sangat beruntung bisa mendapatkan Lisa.     

"Kau adalah kebahagiaan ibu yang paling berharga, Nak. Ibu akan berikan apa saja untukmu. Ibu akan selalu berada di sampingmu sampai nanti." Alisa mencium perlahan pipi sang anak. Setelah itu, ia pun kembali lagi ke posisi rebahan.     

Ia menatap ke langit-langit kamar. Alisa merasa kesepian juga, kalau tak ada Saga di kamar ini. Dirinya sudah terbiasa bersama pria itu setiap saat, selalu berada di samping. Namun, sekarang Saga harus memprioritaskan untuk menjaga ayahnya yang sedang koma.     

Walaupun, Pak Surya mungkin masih belum bisa menerimanya dengan baik, tapi Alisa selalu mendoakan yang terbaik untuk beliau. Biar bagaimanapun juga, pria paruh baya itu adalah mertuanya sendiri.     

Bersamaan dengan malam ini, hatinya merasa senang karena Bu Angel sudah menyebutnya dengan sebutan 'Nak'. Alangkah bahagianya Alisa sekarang.     

Perlahan-lahan, Alisa mulai menghilangkan rasa sakit di hatinya. Wanita itu ingin berdamai dengan sebuah rasa sakit di waktu dulu. Sekarang, Alisa sudah bisa memaafkan semua kesalahan Bu Angel padanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.