Arrogant Husband

Pak Surya Sadar



Pak Surya Sadar

0Bu Angel dan Saga berada di ruangan ICU untuk mengecek keadaan Pak Surya di dalam. Mereka berdua tengah mengenakan pakaian steril dan waktu jenguk pun terbatas.     
0

Wanita itu menangis deras sambil menggenggam tangan Pak Surya. Berharap orang yang begitu ia cintai akan segera sadar. Bu Angel tak tega melihat keadaan sang suami yang seperti ini. Saga yang berada di sampingnya pun, turut mengeluarkan air mata.     

"Yah, bangun. Ada ibu dan Saga di sini. Kita berdua sangat rindu pada ayah," ucap Bu Angel.     

Bu Angel mencium punggung tangan Pak Surya bertubi-tubi. Menyalurkan rasa rindu pada suaminya yang masih terbaring tak sadarkan diri. Ia sangat mencintai suaminya sampai kapan pun. Saga tak tega, melihatnya menangis seperti ini.     

Saga memegang kedua pundak Bu Angel. Ia berusaha untuk menguatkan sang ibu agar tetap tegar. Saga terpaksa pura-pura terlihat kuat, agar sang ibu tak terlalu bersedih. Padahal ia pun sangat terpuruk.     

Ia berharap keterpurukannya ini akan segera berakhir dan sang ayah bisa kembali lagi, berkumpul bersama mereka. Saga hanya meminta agar Pak Surya sadar dari koma. Ia berharap, bahwa Tuhan akan mengabulkan permintaannya.     

Setegar-tegarnya seseorang, pasti akan rapuh juga kalau melihat orang yang begitu dicintai, sedang dalam kondisi begini. Entah sampai kapan, suaminya itu akan siuman.     

"Ayahmu kapan akan bangun, Nak? Ibu sangat rindu padanya."     

Saga memeluk sang ibu agar merasa tenang. Ia tak tega, kalau melihat Bu Angel seperti ini terus.     

Saat mereka berpelukan, tiba-tiba saja terdengar suara pelan yang ke luar dari mulut Pak Surya. Sontak, keduanya pun menatap ke arah pria itu. Pak Surya mulai menggerakkan perlahan jari jemari.     

"Ga, cepat panggil dokter, panggil!" Bu Angel berteriak pada Saga.     

Secepat kilat, Saga pun ke luar dan akan memanggil dokter. Ia sangat senang, karena sang ayah sudah mulai sadarkan diri. Kini, Saga sudah berada di ruangan dokter.     

"Dok, ayah saya sudah mulai sadar. Dia tadi bicara."     

Tanpa membuang waktu lagi, tim medis segera bergerak cepat. Saga pun berlari ke ruangan ICU. Bu Angel sedari tadi terus menemani Pak Surya. Terlihat pria paruh baya itu mulai membuka kedua matanya.     

Dokter segera mengecek kondisi Pak Surya. Tiba-tiba, sang dokter tersenyum ramah pada mereka.     

"Syukurlah, Pak Surya sudah sadarkan diri dari koma yang dideritanya selama beberapa hari."     

Saga dan Bu Angel merasa sangat senang. Mereka senang bukan main, karena Pak Surya sudah sadar. Tim medis pun izin pamit ke luar dari ruangan ini.     

Bu Angel langsung memeluk sang suami dengan erat. Ia begitu takut kehilangan pria itu. Pak Surya menangis haru, karena melihat istri dan anaknya berada di sini.     

"Akhirnya, ayah sadar juga. Ibu dan Saga sangat takut sekali."     

"Iya bu. Ayah tak apa-apa." Pak Surya mengelus punggung sang istri.     

Kabar baik ini pun akan Saga sampaikan pada Alisa lewat telepon. Ia kemudian izin ke luar sebentar untuk menghubungi sang istri yang berada di rumah. Pasti Alisa akan sangat senang mendengar kabar baik ini.     

"Sayang?" panggil Saga pada Alisa di telepon.     

"Kenapa sayang? Bagaimana keadaan ayah?" tanya Alisa.     

"Syukurlah, ayah udah siuman, sayang."     

Alisa pun turut senang mendengarnya dari telepon. Wanita itu ingin segera mampir sebentar ke rumah sakit untuk menjenguk Pak Surya. Saga pun akan bersiap-siap untuk menjemput sang istri.     

Sambungan telepon pun akhirnya Saga putuskan secara sepihak. Ia akan menjemput Alisa untuk datang ke sini. Sang istri juga turut mendoakan untuk kesembuhan ayahnya.     

***     

Kini, Pak Surya sudah dipindahkan ke ruang inap biasa karena sudah dalam keadaan membaik. Ada Bu Angel yang terus menemaninya sedari tadi.     

Tiba-tiba, datanglah Saga bersama dengan Alisa di ruangan ini. Bu Angel menyambut mereka berdua penuh dengan kegembiraan. Namun, tidak bagi Pak Surya. Ia sama sekali tak menginginkan kehadiran Alisa ada di sini. Pria itu terlihat memberi tatapan tajam.     

"Mau apa kau ke sini hah?!" bentak Pak Surya tak suka dengan kedatangan Alisa kemari.     

"Yah, Alisa hanya ingin menjenguk ayah di sini. Dia juga khawatir dengan kondisi ayah," ujar Saga.     

"Alah, omong kosong. Pasti dia ingin ayah mati kan? Iyakan, Alisa?!" Pak Surya begitu marah karena melihat wajah Alisa.     

"Tidak yah. Aku tidak seperti itu. Sungguh."     

Saga tak terima kalau istrinya diperlakukan dengan tidak baik seperti ini. Bu Angel pun angkat bicara.     

"Jangan begitu dong, yah. Biar bagaimanapun, Alisa sudah ikut menjaga ayah di sini selama koma. Dia juga yang mendoakan untuk kesembuhan ayah. Jangan begitu!"     

"Ibu dan Saga sama saja! Lebih membela wanita itu ketimbang ayah!"     

Tak ingin terus disalahkan seperti ini, Alisa pun segera ke luar dari dalam ruangan. Kepergiannya lekas disusul oleh Saga. Pria itu mengejar istrinya.     

Sedangkan di dalam ruangan, Bu Angel memberikan sedikit pandangan pada sang suami. Ia sedikit kecewa karena tingkahnya yang selalu menyalahkan Alisa.     

"Yah, kenapa sih, benci banget sama Alisa? Padahal dia itu rela nunggu di sini buat jaga ayah, ketika ibu sakit di rumah dan Saga kerja di kantor. Kok ayah seperti itu? Harusnya ayah berterima kasih pada Alisa, bukan membentaknya seperti tadi," ucap Bu Angel menjelaskan.     

Pak Surya hanya terdiam. Ia berusaha mencerna setiap ucapan yang telah dikeluarkan oleh Bu Angel. Bu Angel terpaksa harus berkata seperti ini, karena dirinya tak mau kalau Alisa terus saja disalahkan oleh sang suami. Padahal menantunya itu amat baik dan perhatian.     

Bu Angel melihat ekspresi sang suami yang seakan merasa bersalah karena membentak Alisa. "Sebaiknya ayah minta maaf sama Alisa, ya. Dia wanita yang baik yah, bukan seperti apa yang kita duga sebelumnya."     

Saga akhirnya berhasil mengejar sang istri yang berlari cukup jauh dari rumah sakit. Ia melihat wanita itu menangis deras. Saga tahu, Alisa merasa kecewa dan sakit hati karena ucapan sang ayah. Ia langsung memeluk tubuh Alisa dengan erat.     

"Sayang, maafkan ayahku yang berbicara seperti tadi. Aku tahu, itu semua tak mudah bagimu."     

Alisa hanya diam saja. Ia tak mau mengeluarkan sepatah kata pun. Hatinya masih terasa sakit saat Pak Surya menuduhnya seperti tadi. Saga hanya bisa menyabarkannya.     

Pria itu lalu mengajaknya untuk masuk kembali ke rumah sakit. Namun, Alisa menolak dan tak ingin masuk. Ia ingin segera pulang saja dan naik taksi sendiri. Alisa membiarkan sang suami agar lebih banyak menghabiskan waktu bersama kedua orang tuanya.     

"Sayang, ayolah. Jangan seperti ini."     

"Aku harus pulang dan menjaga Lisa di rumah. Lebih baik kau di sini saja bersama dengan kedua orang tuamu." Kemudian, Alisa pun menjauh dari hadapan Saga. Wanita itu tengah melambaikan tangan ke arah taksi yang sedang menuju ke arahnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.