Arrogant Husband

Agam dan Reva Pacaran



Agam dan Reva Pacaran

0"Dasar pria gila! Bisa-bisanya dia datang kemari dan membuat onar denganku," ketus Saga. Kini, ia duduk di kursi kerja masih mengumpat.     
0

Mana Saga tahu di mana keberadaan Reva sekarang. Ia pun sama sekali tak berkomunikasi dengan wanita itu lagi. Tiba-tiba saja Joseph datang dan langsung menuduhnya dengan menyembunyikan Reva.     

Untunglah Saga masih bisa mengontrol diri untuk tak membuat Joseph babak belur di kantor. Ia masih menjaga reputasi di sini sebagai seorang bos.     

"Semoga saja Joseph tak datang lagi ke sini dan membuat onar. Awas saja dia nanti!" Sekarang Saga ingin lebih fokus pada pekerjaannya dan tak memikirkan berbagai macam hal.     

***     

Joseph ingat sebuah restoran yang pernah dikunjungi oleh Reva dan pria itu. Kebetulan sekali, ia lewat jalan sini. Mata Joseph menatap tajam ke arah restoran tersebut. Ia pun langsung turun dari mobil dan masuk ke dalam.     

Pengunjung restoran ini sangatlah ramai. Banyak pasangan muda mudi berdatangan kemari. Joseph pun mengawasi ke sekelilingnya. Namun, tetap saja tak menemukan keberadaan Reva.     

"Sial!"     

Ia pun akhirnya ke luar dari restoran ini dengan perasaan hati yang kesal. Joseph akan berusaha untuk terus mencari keberadaan Reva.     

Dengan langkah panjang Joseph ke luar dari area restoran. Saat hendak masuk ke dalam mobil, ia pun melihat sosok pria yang pernah bersama dengan Reva. Mata Joseph tampak menyipit dan begitu fokus menatapnya. Tak salah lihat, itu memang benar pria yang bersama dengan kekasihnya.     

Tangannya terkepal kuat dan langsung menghampiri pria itu. Agam yang melihat kedatangan Joseph pun tambak membisu.     

"Kau?" tunjuk Joseph pada Agam. "Yang bersama dengan Reva saat di restoran ini kan?"     

Agam terdiam dan tak mau menjawab apa-apa. Apakah ia harus jujur, bahwa Reva sedang berada di rumahnya saat ini.     

Melihat pria itu tak merespons ucapannya, Joseph pun naik pitam. Ia langsung menarik kerah baju Agam dan siap untuk memukul.     

"Hei, singkirkan tanganmu dari bajuku!" Agam pun tak tinggal diam. Ia menepis tangan Joseph dengan kasar.     

Melihat sang lawan yang sepertinya sudah siap untuk bertarung, maka Joseph pun maju dan mulai meninju. Tinjunya telak mengenai wajah Agam, hingga pria itu tersungkur jatuh. Namun, Agam rupanya membalas serangan Joseph. Mereka pun saling adu jotos. Beberapa orang terlihat mendekati keduanya dan mulai melerai.     

"Katakan padaku, di mana Reva berada?! Aku tak akan tinggal diam kalau kau berani mendekatinya!" bentak Joseph.     

"Aku tak tahu di mana Reva berada!" balas Agam. Joseph pun langsung melepaskan cengkeramannya dari kerah baju Agam.     

Para warga akhirnya berhasil melerai keduanya. Baik Joseph maupun Agam pun akhirnya berhenti. Keduanya terlihat terengah-engah. Joseph tak terdapat luka pukul, tapi di wajah Agam sedikit ada lebam biru karena bekas tamparan dari sang lawan.     

Joseph tersenyum menyeringai. Ia masih berada di tempat ini dan beberapa warga mulai membubarkan diri.     

"Awas saja kau nanti, bila sampai ketahuan olehku!"     

Akhirnya, Joseph pun masuk ke dalam mobil dan berlalu pergi dari sini. Agam yang berniat hendak ke restoran pun, tak jadi membeli makanan. Masalah tadi membuatnya jadi kepikiran oleh Reva di rumah.     

"Apa karena pria itu, Reva jadi melarikan diri dari rumah?"     

Kalau pun iya, Agam pun tak akan tinggal diam. Ia akan terus melindungi Reva dari pria itu. Walaupun Joseph tetap ngotot untuk mencari di mana keberadaan Reva, ia tak akan berkata terus terang.     

"Aku akan terus melindungi Reva dari pria itu. Dia sangat berbahaya untuk Reva." Agam pun berbalik arah dan berniat hendak pulang sebentar menemui Reva.     

***     

Terdengar suara ketukan pintu di luar. Reva yang sedang asyik menonton televisi di ruang tamu pun segera membukakan pintu.     

"Astaga, Agam!" pekik Reva yang terkejut melihat keadaan Agam yang wajahnya membiru lebam.     

Reva membawa Agam masuk ke dalam dan mendudukkan pria itu di sofa kecil. Wanita itu tengah memperhatikan luka lebamnya.     

"Kenapa kau sampai seperti ini? Apa yang terjadi?" tanya Reva.     

"Inikah alasanmu pergi dari rumah, Va? Karena pria itu?" tanya Agam balik.     

Reva tak mengerti dengan maksud pertanyaan Agam. Ia pun meminta pria itu untuk melanjutkan lagi bicara.     

"Dia ... pria yang menyebutmu sebagai kekasihnya itu. Datang ke restoran saat aku hendak membeli makanan dan langsung memukulku."     

Reva syok. Ternyata Joseph nekat mencari keberadaan dirinya sampai ke sini. Joseph langsung memukul Agam karena dirinya. Reva pun merasa bersalah pada pria yang berada di depannya saat ini.     

"Kalau pun benar begitu, aku tak akan tinggal diam dan membiarkanmu pergi dari rumahku. Kau harus tetap di sini, Va. Jangan pernah pergi walau selangkah pun dari rumahku," ucap Agam.     

Wanita itu merasa terkesima dengan ucapan Agam. Reva pikir, Agam akan menyerahkannya ke tangan Joseph. Namun, ternyata tidak. Malah, pria itu akan terus melindunginya sampai kapan pun.     

Agam langsung menggenggam tangan Reva dengan erat. Wanita itu terkejut bukan main karena tingkahnya. Mata mereka sontak saling bertatapan satu sama lain.     

"Aku mencintaimu," ujar Agam dengan sepenuh hati. "Dari pandangan pertama saat di bar."     

Reva tak bisa berkata apa-apa lagi. Ia kaget sekaligus senang bukan main. Bukan hanya Agam saja yang jatuh cinta, tapi dirinya juga telah jatuh sedalam-dalamnya dalam lubang cinta. Reva pun tampak malu-malu untuk mengakui perasaannya di depan Agam.     

"Bagaimana dengan perasaanmu padaku, Va? Apakah sama dengan yang aku rasakan kini?"     

Agam berharap, bahwa Reva juga tengah mencintainya. Ia tak mau, cintanya itu hanya bertepuk sebelah tangan dan membuat sakit hati. Ia hanya bisa menunggu dan sabar untuk menanti jawaban Reva.     

"Gam, sebenarnya aku juga menyukaimu, tapi ...." Ucapan Reva terpotong.     

"Tapi, apa Va? Katakanlah."     

"Aku masih belum lepas dari pria itu. Padahal aku tak cinta sama sekali dengan dia. Dia bernama Joseph. Aku tak suka dengannya karena selalu kasar dan membuatku tak nyaman. Aku dan dia, tak pernah menjalin hubungan apa pun."     

Agam bersorak senang dalam hati. Ternyata Reva tak pernah mencintai pria itu. Akhirnya, Agam pun merasa yakin, bahwa Reva akan menerima perasaan cintanya.     

"Aku berjanji padamu, untuk selalu memperlakukanmu dengan lembut. Bagaimana? Apakah kau juga mempunyai rasa yang sama sepertiku?"     

Reva terlihat mengangguk pada Agam. Membuat pria itu tersenyum-senyum sendiri.     

"Apakah kau mau menjadi kekasihku?" tanya Agam lagi.     

"I–iya. Aku mau, Gam."     

Agam senang bukan main. Ia sangat berterima kasih pada Tuhan karena sudah membuat Reva jatuh ke dalam pelukannya. Ia ingin sekali memeluk tubuh Reva sekarang, tapi ia urungkan.     

Mereka berdua telah resmi menjadi sepasang kekasih. Akhirnya, Reva memilih Agam daripada yang lain.     

'Bersama dengan Agam, aku merasa nyaman. Mulai sekarang, aku tak akan mengejar Saga lagi.'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.