Arrogant Husband

Agam Dikeroyok



Agam Dikeroyok

0Seperti janjinya kemarin, Joseph ingin sekali memberi pelajaran pada Agam. Pasti pria itu sudah menyembunyikan Reva darinya. Tak harus menunggu waktu yang tepat, ia sudah tak sabar lagi untuk menghabisi nyawa pria itu.     
0

Saat ini, Joseph sudah menyewa beberapa pria dewasa dan berbadan kekar untuk memukuli Agam hari ini juga. Ia tersenyum senang karena telah melancarkan niatnya. Hari ini harus berhasil dan tak boleh gagal. Ini semua ia lakukan untuk memancing Reva ke luar.     

"Aku yakin, pasti Reva bersama dengan pria itu." Joseph tengah mengepal kedua tangannya.     

"Kalian semua tak boleh sampai gagal. Aku ingin pria itu dihukum sampai babak belur! Paham kalian?" Joseph memerintahkan mereka semua untuk menyerang Agam. Mereka terlihat tunduk pada perintahnya.     

Joseph akan membayar mereka dengan harga tinggi, asalkan rencana ini berhasil dan tak gagal sama sekali. Ia ingin memberi pelajaran pada pria itu agar tak macam-macam dengannya. Apalagi sampai berani menyembunyikan Reva.     

Sekarang Joseph sudah tahu di mana Agam bekerja. Tempat kerjanya di sebuah bar yang letaknya tak jauh dari restoran.     

"Oh, ya, kalian semua terus pantau dia di sini. Aku akan pergi sebentar saja, lalu kembali." Joseph memerintahkan mereka untuk tetap berada di depan bar sambil melihat Agam. Sedangkan, dirinya harus pergi sebentar.     

***     

Hari ini, Agam terlihat sangat bahagia. Wajahnya sungguh ceria dan selalu memamerkan senyuman manis. Membuat teman-teman kerjanya bertanya, ada apakah gerangan yang terjadi.     

Tentu saja Agam bahagia, karena berhasil mendapatkan wanita pujaan hati. Reva, wanita itu sudah resmi menjadi kekasihnya. Ia sangat bersyukur, Reva mau menerima cintanya.     

'Andai saja waktu itu Reva menolak perasaan cintaku, mungkin aku tak akan lagi sesemangat ini dalam bekerja. Aku akan merasa patah hati.'     

Agam dirayu-rayu oleh teman-temannya. Mereka semua tahu, bahwa Agam sedang jatuh cinta.     

"Eh, bro? Lagi jatuh cinta, ya?" tanya salah satu dari mereka.     

"Apa udah pacaran nih?"     

"Wah, married aja langsung kalau gitu, Gam. Jangan ditunda-tunda."     

Begitulah ocehan dari para teman-temannya. Agam menyikapinya dengan santai dan tak mau ambil pusing. Pria itu terlihat tersenyum-senyum sendiri.     

"Kalian semua, lebih baik kembali lagi bekerja. Daripada menatapku seperti ini," ucap Agam. "Pelanggan makin banyak berdatangan."     

Masing-masing dari mereka pun kembali lagi bekerja. Saat ini, Agam tengah disibukkan melayani para tamu yang datang. Rata-rata meminta sebotol minuman keras. Walaupun Agam bekerja sebagai seorang bartender, tapi ia tak pernah meminum minuman bealkohol sama sekali.     

Pria itu sangat menjaga diri dan paling anti menyentuh minuman keras. Mau tak mau, yang namanya pekerjaan, ia tak bisa memilih. Padahal Agam sempat menolak untuk bekerja di sini.     

Agam tak tahu, bahwa di luar sana ada beberapa orang yang tengah mengintainya. Mereka ingin memberi pelajaran dan membuatnya babak belur.     

***     

Saat ini, Joseph berada di rumahnya sambil menunggu kabar baik itu datang. Sebuah kabar yang ia tunggu-tunggu sejak tadi. Semoga saja, anak buahnya bisa menyelesaikan misi ini dengan sebaik mungkin. Ia ingin Agam mendapatkan ganjaran atas apa yang telah diperbuatnya.     

"Aku yakin sekali, kau adalah dalang di balik menghilangnya Reva. Hingga membuat kekasihku jadi berpaling seperti ini!"     

Joseph mengembuskan napas panjang. Ia menatap ke langit-langit kamar. Saat ini, dirinya tengah memikirkan Reva. Sudah beberapa hari ini, Reva tak bisa dihubungi sama sekali. Ponselnya pun mati total.     

Ia merasa frustrasi karena terus mencari keberadaan wanita itu ke sana kemari. Ia peduli karena masih sangat mencintai Reva. Ke mana pun akan Joseph cari.     

Tiba-tiba, ponselnya pun berdering. Joseph segera mengangkat panggilan itu. Senyumnya melebar, karena yang menghubungi saat ini adalah salah satu orang suruhannya.     

"Hmm, baiklah. Aku akan segera datang ke sana. Kalian semua lakukan tugas dengan sebaik mungkin."     

Ia mendapat kabar, bahwa saat ini mereka semua telah melihat Agam ke luar dari bar. Dan, mereka semua pun langsung bergerak untuk memberi pria itu pelajaran. Alangkah senangnya Joseph hari ini. Sebentar lagi, ia akan menyusul ke sana.     

"Akan kupastikan, kau akan menjawab jujur!" Joseph bersiap-siap dan langsung mengambil kunci mobil yang ada di atas nakas.     

***     

Agam berjalan seorang diri karena hendak menuju ke suatu tempat. Namun, ia merasa seolah-olah ada yang mengikuti dari belakang. Kemudian, Agam pun menoleh. Tak ada siapa-siapa di sana. Matanya mengintai dan penuh rasa was-was.     

Karena melihat tak ada orang, Agam pun tetap melanjutkan perjalanan. Ia ingin pulang sebentar untuk menemui Reva di rumah. Tak boleh ada satu orang pun yang tahu, bahwa wanita itu berada di rumahnya.     

Beberapa saat kemudian, datanglah beberapa buah mobil yang tengah menghalangi jalannya. Agam langsung terdiam dan mengambil ancang-ancang untuk berlari. Terlihat banyak sekali pria berjas tengah ke luar dari mobil itu.     

Agam berlari sekencang mungkin agar tak tertangkap oleh mereka semua. "Siapa mereka? Mau apa dariku?"     

Napasnya mulai ngos-ngosan karena terus berlari tak tentu arah. Ia pun menoleh ke belakang. "Sial!"     

Beberapa buah mobil tengah mengejarnya dengan kecepatan laju. Agam kalah cepat. Ia pun kembali dikepung oleh mereka semua. Tak ada tempat untuk sembunyi sama sekali. Ia akhirnya menyerah.     

"Kalian semua siapa? Mau apa dariku hah?!" Agam menunjuk salah satu dari mereka.     

"Tak usah kau banyak bicara! Siapa namamu?"     

"Namaku Agam! Dan, aku tak kenal dengan kalian semua. Jadi, lebih baik kalian semua minggir."     

Agam dengan gagah berani berniat untuk mengusir mereka. Namun, sepertinya mereka malah menantang. Satu berbanding dengan tujuh orang. Entah siapa mereka, Agam pun tak tahu.     

'Mereka siapa dan mau apa kemari? Apa urusannya denganku? Aku bahkan tak kenal dengan mereka semua.'     

Salah satu dari mereka maju dan mulai melayangkan pukulan ke wajah Agam. Namun, pukulan itu tak mengenainya. Agam pun balik menyerang dan menghantam pria itu hingga terjatuh. Dan, yang lain pun tak tinggal diam. Mereka mengepung Agam.     

Akhirnya, mereka berhasil memukuli Agam dengan beramai-ramai. Mereka tengah mengeroyok pria itu. Ada yang meninju bagian wajahnya, ada juga di bagian perut.     

Agam tak bisa meminta pertolongan, karena warga sekitar sini tak kelihatan sama sekali. Sekarang wajahnya penuh dengan luka-luka akibat tamparan keras mereka yang bertubi-tubi. Akhirnya, Agam jatuh tersungkur dan sudah tak berdaya sama sekali. Ia pun memandangi mereka satu per satu.     

"Si–siapa kalian hah?!"     

Mereka hanya tertawa keras melihat keadaannya sekarang. Agam tak tahu, siapa dalang di balik ini semua. Pertanyaannya pun tak dijawab oleh mereka semua. Kini, wajah Agam sudah berlumuran darah. Ia tak berdaya lagi untuk bangkit.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.