Arrogant Husband

Saga Bertemu Dengan Agam



Saga Bertemu Dengan Agam

0Saga ternyata pergi menemui Joseph yang masih dikurung. Ia tak akan membiarkan pria itu lepas begitu saja. Setelah apa yang dilakukan oleh Joseph cukup fatal. Pria itu tengah menatapnya dengan beringas.     
0

"Kenapa kau tak bunuh aku saja, hah?!" teriak Joseph pada Saga.     

"Tak akan. Membuatmu terbunuh itu terlalu mudah untukmu. Aku ingin memberi pelajaran serta hukuman yang menyakitkan untukmu."     

"Kurang ajar!"     

Baju Joseph masih berlumuran darah. Ia tak bisa ke mana-mana sekarang. Ia pun tak yakin, kalau Agam masih bersama anak buahnya atau tidak. Posisi Joseph sekarang makin terhimpit.     

"Aku berjanji, akan membalasmu Saga!" Joseph begitu murka pada Saga karena pria itu telah mengurungnya di sini.     

"Aku melakukan ini, karena kau telah berbuat kelewatan pada keluargaku! Kenapa kau tak paham itu hah?!" Saga juga saat ini berada di puncak emosinya. Pria itu tak terima dengan perbuatan Joseph.     

Mereka sama-sama adu mulut. Tak ada yang mau mengalah, antara Saga dan juga Joseph. Kedua pria itu mempertahankan argumen masing-masing.     

Di tengah perdebatan mereka berdua, maka muncullah Anton. Pria itu meminta Saga agar ke luar sebentar untuk membicarakan sesuatu. Saga pun menurut saja.     

"Ada apa? Bicaralah."     

"Aku dan beberapa teman yang lain menemukan seorang pria yang tak dikenal. Tempat itu merupakan markasnya Joseph. Pria itu kondisinya amat menyedihkan. Sekarang dia sudah kami bawa ke rumah sakit terdekat," ujar Anton.     

'Apakah pria itu yang dimaksud oleh Reva?'     

Saga terdiam sejenak. Lantas, beberapa saat kemudian ia tersadarkan dari lamunan.     

"Hmm, baiklah. Aku akan melihat kondisi pria itu nanti. Terima kasih banyak informasinya." Saga menepuk pundak Anton. Setelah itu, mereka berdua masuk ke dalam untuk menemui Joseph.     

Anton terlihat mengejek Joseph. Pria itu tak kalah mengenaskan kondisinya. Tangan dan kaki yang terikat, serta banyak berlumuran darah. Saga tak memberi izin untuk Joseph makan dan minum. Ia ingin perlahan-lahan membuatnya menderita.     

"Aku ingin kau bertanggung jawab atas semua yang telah kau lakukan pada keluargaku. Kau bahkan tega membunuh janin yang masih di dalam kandungan istriku!" Saga mengepalkan kedua tangan. Ingin rasanya ia memberikan bogem mentah pada Joseph.     

"Aku melakukan semua itu untuk Reva! Dia ingin menghancurkan Alisa dan juga dirimu!"     

"Kalian sama-sama orang yang jahat! Tapi, Reva sudah meminta maaf dan dia berjanji akan berubah. Dia juga tak akan mengusik keluargaku lagi," ucap Saga.     

Joseph hanya tertawa saat mendengar ucapan Saga. Mana mungkin, Reva semudah itu meminta maaf. Ia yakin, kalau Reva hanya berpura-pura saja.     

"Alah, paling itu adalah sebuah trik dari Reva. Di saat kau dan istrimu lengah, dia akan balik menyerang kalian!" ejek Joseph.     

"Dan, yang pasti aku tak akan membiarkan hal itu sampai terjadi."     

Setelah itu, Saga pun memilih pergi dari tempat ini bersama dengan Anton. Sedangkan, anak buah yang lain masih berjaga di sini mengawasi Joseph. Mereka berdua akan segera masuk ke mobil masing-masing.     

"Anton, kau pulanglah dulu. Jaga rumah dan Alisa. Aku harus mengurus sesuatu dulu."     

"Baiklah, Ga. Kau hati-hati di jalan."     

Mereka berdua melajukan mobil dengan kecepatan tinggi. Kemudian, saling berpisah karena berbeda arah tujuan. Saga ingin menuju ke rumah sakit untuk melihat pria itu. Apakah benar, bahwa orang itu adalah yang dimaksud oleh Reva sebagai kekasihnya.     

***     

Saga telah berada di rumah sakit ini. Ia langsung menuju ke dalam. Namun, ia tak tahu nama pria itu sama sekali.     

"Maaf Pak, apa ada yang perlu saya bantu?" ucap seorang resepsionis rumah sakit.     

"Ahh iya. Apa di sini ada pasien yang baru saja dirawat? Dia seorang pria."     

"Hmm, banyak pak. Mungkin, bapak bisa menyebutkan siapa namanya?" tanya resepsionis itu.     

"Aku lupa ... hmm, sebentar."     

Saga sama sekali tak tahu orang itu. Ia pun langsung menelepon Reva untuk menanyakan hal ini. Beberapa saat kemudian, teleponnya langsung diangkat.     

"Hallo? Kenapa Saga?"     

"Va. Siapa nama kekasihmu itu? Aku lupa."     

Reva pun langsung menjawab pertanyaan Saga. "Agam, Ga. Namanya Agam. Memang kenapa, ya?"     

Saga pun langsung mematikan ponselnya secara sepihak. Ia tak ingin berlarut-larut berhubungan dengan Reva. Saga kembali lagi berbicara pada resepsionis itu.     

Setelah menyebutkan sebuah nama, maka Saga langsung diberi tahu oleh resepsionis menuju ke suatu ruangan, di mana di sana Agam berada. Tanpa membuang waktu lagi, Saga pun menyusul ke tempat itu.     

Langkah kakinya dengan cepat membawanya ke sebuah ruangan. Saga memastikan ruangan tersebut benar atau tidak. Ia melihat nama ruangan beserta nomor yang ada di atas pintu masuk.     

"Ruangan dahlia nomor 3. Hmm, benar ini ruangannya."     

Saga langsung masuk ke dalam menemui pria itu. Agam pun terkejut melihat kedatangannya. Mereka sama-sama tak pernah saling bertemu sebelumnya.     

"Kau siapa?" tanya Agam.     

"Aku Saga. Dan, kau pasti Agam kan?"     

Agam merasa heran, kenapa pria di depannya ini tahu dengan namanya. Padahal, mereka berdua tak pernah saling mengenal. Agam pun perlahan-lahan duduk.     

"Kenapa kau tahu namaku?"     

"Aku temannya Reva. Dan, anak buahku yang membawamu langsung kemari."     

Agam langsung teringat dengan sang kekasih. Di mana saat itu, ia dipukul oleh banyak orang serta ada Joseph juga di sana. Pria itu yang menjadi dalang sebenarnya.     

"Di mana Reva? Di mana dia?" Agam sangat cemas dengan wanita itu.     

"Reva aman. Ada di rumahnya. Sedangkan, Joseph aku kurung di sebuah tempat."     

Agam merasa lega karena Reva dalam keadaan baik-baik saja. Saga berjanji, akan segera mempertemukannya dengan wanita itu. Saga tak ingin membuat Agam merasa cemas berlebihan.     

Pria itu lantas mengucapkan terima kasih pada Saga, karena telah membawanya kemari. Dan, juga telah mengurung Joseph. Akhirnya, Agam dan Saga pun mulai sekarang jadi berteman.     

"Aku berjanji akan membawamu pada Reva. Tapi, pulihkan dulu kondisimu, bagaimana?"     

"Baiklah. Sekali lagi terima kasih atas segala bantuanmu. Aku merasa sangat tertolong karena dirimu."     

"Sama-sama. Aku melakukan semua ini, karena tak ingin ada yang terluka lagi gara-gara Joseph. Sudah cukup dia membuat banyak orang menderita. Dia sudah membuatku kehilangan anak."     

Cerita Saga sangat menarik bagi Agam. Ia ingin mendengarkannya lebih lanjut. Saga pun mulai menceritakan semua padanya. Perihal Joseph yang tega membuat istrinya mengalami keguguran. Mulut Agam terbuka lebar serta geleng-geleng kepala saat mendengar pernyataan dari Saga.     

"Memang kurang ajar dia! Patut diberi pelajaran seperti itu. Ngomong-ngomong, kenapa tak kau bawa saja dia ke penjara?"     

"Aku tak ingin membawanya ke penjara. Aku hanya ingin melihatnya hidup tersiksa perlahan-lahan. Itu sangat membuatku senang dan puas," ucap Saga dengan lantang. Ia membalas perlakuan Joseph yang telah berani mengusik ketenangan dalam keluarga kecilnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.