Arrogant Husband

Rencana Makan Malam



Rencana Makan Malam

0Saat perjalanan menuju ke rumah, Alisa mulai tersadar. Perlahan-lahan ia membuka mata dan menatap ke depan. Salah satu anak buah Saga saat ini sedang bersamanya.     
0

"Nyonya, Anda tidak apa-apa?" tanyanya pada Alisa yang sedang duduk di jok belakang.     

"Ya. Aku tidak apa-apa. Kenapa kau bisa ada di sana tadi?"     

"Hmm, maafkan saya Nyonya. Saya sejak tadi mengikuti mobil itu. Karena Tuan Saga telah mempercayakan saya untuk menjaga Anda."     

"Ya, tidak papa. Aku sangat berterima kasih padamu. Kau datang tepat waktu."     

Alisa beruntung karena dirinya sedang dijaga ketat oleh anak buah Saga. Alhasil, ia bisa kembali ke rumah dengan selamat. Jika tidak, maka ia akan tetap berada di sana dalam keadaan tak sadarkan diri.     

Ia tak mungkin mengadu pada Saga tentang hal ini, karena pasti sang suami akan marah besar pada orang tuanya sendiri. Dan, itu hanya akan menambah rasa tak suka Bu Angel dan Pak Surya.     

"Aku mohon padamu agar tak membocorkan masalah ini pada Saga." Alisa meminta pria yang sedang mengemudi itu untuk tutup mulut.     

"Baiklah Nyonya. Perintahmu akan kulaksanakan. Aku tak akan memberitahu Tuan Saga tentang hal ini." Alisa menyunggingkan senyuman. Walaupun ia merasa sakit hati, tapi tetap saja masalah ini tak akan ia bocorkan begitu saja. Biar bagaimanapun, orang tua Saga harus tetap ia hormati.     

'Anggap saja ini cobaan dari Tuhan untukku. Aku harus bisa melewatinya dengan ikhlas.'     

***     

Alisa dan anak buah Saga telah sampai di halaman rumah. Pria itu lekas turun dan membukakan pintu mobil untuk Alisa.     

"Silakan Nyonya."     

Alisa mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Kemudian, berlalu pergi untuk menuju ke dalam kamar. Rasa penat seketika menjalari tubuhnya. Ia perlu istirahat sekarang.     

Hari ini, tak akan pernah ia lupakan sampai kapan pun. Namun, Alisa tak akan pernah berniat untuk balas dendam. Karena bagaimanapun, mereka berdua yang telah menyakitinya adalah kedua orang tua sang suami. Bu Angel dan Pak Surya masih belum bisa menerimanya sampai sekarang.     

Ia menaiki anak tangga satu per satu dengan langkah gontai. Terkadang badannya terhuyung ke samping karena hampir tak berdaya. Tangannya juga memijit kepalanya yang terasa sakit. Alisa capek seperti ini.     

Akhirnya, Alisa sampai di kamar. Segera ia hempaskan tubuh langsingnya ke atas ranjang. Menatap langit-langit kamar sambil memikirkan masalah tadi. Orang tua Saga nekat untuk membahayakan nyawanya sendiri.     

"Aku tahu, mereka berdua nekat melakukan hal ini karena masih belum bisa menerima keberadaanku. Namun, lambat laun mereka pasti bisa menerima aku sebagai menantu."     

Hanya masalah waktu saja. Mungkin sekarang, nasib baik belum berpihak pada Alisa. Namun, semua doa-doanya pasti didengar oleh Tuhan. Ia meminta agar rumah tangganya selalu utuh dan harmonis. Tak akan pernah ada yang bisa memisahkan cintanya pada Saga. Dan, juga mertuanya bisa menerima kehadirannya dengan baik.     

Berkali-kali Alisa menguap. Rasa kantuknya tiba-tiba mulai menyerang. Ia pun memutuskan untuk segera tidur. Perlahan-lahan dirinya menutup mata karena sudah berasa sangat lelah sekali hari ini.     

***     

"Bu, gimana kalau Alisa itu ngadu sama Saga nanti? Pasti Saga akan marah besar sama kita." Kekhawatiran mulai muncul dari Pak Surya.     

"Ahh, gak mungkin, yah. Si Alisa gak akan berani mengadu dengan Saga. Percaya sama ibu," ucap Bu Angel mantap.     

"Ibu seyakin itu? Bagaimana kalau tebakan ibu salah?"     

Bu Angel mengibas-ngibaskan tangan ke arah suaminya. Ia yakin, bahwa Alisa tak akan berani mengadu dengan Saga. Kalau pun berani mengadu, maka dirinya tak akan membiarkan sang menantu hidup dengan tenang. Rasa benci sudah begitu menyelimuti hatinya.     

Bu Angel hanya ingin Reva kembali ke dalam pelukan Saga. Dan, ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk memisahkan Alisa dan Saga. Reve lebih jauh terpandang dari wanita itu.     

"Ayah harus bantu ibu pokoknya ya, supaya bisa menjauhkan Alisa dari hidupnya Saga. Kita berdua kan pengin si Reva yang jadi menantu, bukan dia," ujar Bu Angel.     

"Oke bu, ayah akan bantu selalu."     

Mereka sama-sama tersenyum licik. Darah keluarga mereka harus berdarah biru dan asal usulnya jelas. Sedangkan, Alisa hanya wanita biasa yang Saga bawa ke dalam rumah. Bu Angel dan sang suami akan memikirkan cara lagi agar Alisa bisa lepas dari anak mereka.     

"Pokoknya Saga harus nurut dengan perkataan kita berdua."     

***     

Di dalam kamar, banyak terdapat foto-foto Saga yang berukuran 2R tengah tertempel di dinding. Reva mengusap-ngusap foto tersebut dengan perlahan dan menyerukan nama pria, pujaan hatinya itu. Ia akan melakukan segala cara untuk bisa mendapatkan Saga kembali.     

"Saga ... kau harus jadi milikku lagi. Alisa tak boleh memilikimu. Harus aku!"     

Saking cintanya, Reva terobsesi dengan pria itu. Sampai-sampai berniat untuk menghancurkan rumah tangga Saga dan Alisa. Ia ingin pria itu kembali ke sisinya lagi. Menjalin hubungan asmara seperti dulu dan tak akan pernah melepaskan Saga.     

"Aku tau, kau masih mencintaiku kan?" tanya Reva sambil memandangi foto-foto Saga di dinding kamar. Bahkan terkadang, ia tertawa terbahak-bahak sendiri.     

Di rumah ini hanya ada Reva seorang. Sedangkan, kedua orang tuanya masih berada di Amerika Serikat. Mereka berdua tak ikut kembali ke Indonesia, lantaran banyak kesibukan di sana.     

Sekembalinya ke sini, Reva berulah. Tujuannya adalah untuk menyingkirkan Alisa selamanya dari hidup Saga. Biar bagaimanapun, mereka dulunya sama-sama saling mencintai.     

"Aku yakin, Saga masih mencintaiku. Walau dia sudah mempunyai istri, masih ada celah di hatinya untukku walau hanya sedikit. Aku masih ada tempat di hatinya." Reva yakin bahwa ia masih memiliki sebuah harapan untuk mendapatkan Saga kembali.     

Terlebih orang tua Saga yang mendukungnya, membuat Reva makin gencar untuk maju terus. Tak peduli dengan perasaan Alisa yang statusnya adalah istri Saga. Karena wanita itu memang tak diharapkan di dalam keluarga tersebut.     

Tiba-tiba, ponsel Reva berdering. Ia menatap sebuah nama di layar ponselnya. Reva segera mengangkat panggilan itu. Terdengar suara dari Bu Angel dari seberang sana.     

"Tante Angel?"     

"Apa kau sibuk malam ini, Va?"     

"Gak tante, memangnya kenapa?"     

"Tante dan om pengen mengajakmu makan malam hari ini bersama Saga."     

Reva jadi bersemangat mendengar nama Saga. Namun, ia tak berharap bahwa Alisa akan ikut serta dengan mereka juga nanti malam.     

"Apa Alisa akan ikut, tante?" tanya Reva.     

"Ya gak lah. Buat apa mengajak wanita itu?"     

"Iya, tante benar. Buat apa mengajak Alisa untuk makan bersama malam ini. Mending dia di rumah aja."     

Reva menyetujui rencana makan malam bersama hari ini. Alisa tak akan pernah diterima oleh orang tua Saga, itu pasti.     

-----     

Hai-hai para readers. Semangat buat weekendnya. Semangat juga puasanya bagi yang menjalankan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.