Arrogant Husband

Pertemanan yang Tulus



Pertemanan yang Tulus

0Alisa sudah menghubungi Saga dan sang suami akan segera ke rumah sakit. Ia dan anak buah yang lain sudah sampai tujuan. Anton dengan cepat ditangani oleh tim medis. Perasaan sedih dan khawatir jadi campur aduk. Alisa sampai sekarang masih menangis terisak-isak. Ia terlihat mondar-mandir dan tak nyaman untuk duduk di kursi rumah sakit.     
0

"Nyonya, ayo kemari. Anda harus duduk dan jangan mondar-mandir begitu." Suruh sang sopir. Pria itu menyuruh sang Nyonya untuk duduk.     

Alisa pun dengan patuh dan menurut dengan ucapan sang sopir. Di saat seperti ini, ia hampir lupa dengan kondisi sang janin dalam perutnya. Karena terlalu memikirkan semua ini, ia jadi melupakan hal itu.     

"Kenapa Saga lama sekali datang kemari?" Alisa merasa cemas pada sang suami. Ia meminta Saga untuk datang dengan cepat ke sini.     

Alisa akan menceritakan semuanya tentang hari ini. Di mana Reva yang datang ke sini dan langsung membuat kekacauan di rumah. Wanita itu juga sempat menodongkan senjata tajam ke arahnya. Dan, berakhir tragis pada Anton yang terluka dan harus dilarikan ke rumah sakit.     

"Tuan Saga," teriak sang sopir. Alisa pun menatap wajah sang suami.     

Suami istri itu lalu berpelukan satu sama lain. Alisa menangis dalam pelukan Saga. Ia takut dan merasa cemas sekarang.     

"Sayang, kenapa semua ini bisa terjadi? Kenapa Anton bisa terluka begitu?"     

Alisa pun mencoba untuk menceritakan semuanya atas kejadian yang terjadi di rumah. Saat itu, ia begitu takut karena Reva membawa senjata tajam dan langsung menodongkan ke arahnya. Beruntung, Anton yang menyelamatkan nyawanya. Ia selamat bersama dengan sang bayi.     

"Kurang ajar, Reva! Aku akan memberi dia perhitungan." Amarah Saga tak dapat dibendung lagi. Saat ini, ia ingin sekali mendatangi Reva di rumahnya.     

Namun, saat sang suami hendak pergi ke rumah Reva, ia pun melarangnya. Alisa meminta pada Saga untuk tetap berada di sini saja sampai Anton siuman.     

"Jangan ke mana-mana dulu sayang. Tetaplah di sini saja sampai Anton siuman. Aku tak ingin terjadi apa-apa lagi setelah ini." Wajah Alisa terlihat sendu. Kantung matanya pun jadi bengkak.     

"Aku berjanji, setelah kejadian ini, tak akan pernah terulang lagi dalam kehidupan kita. Reva akan kuberikan hukuman yang setimpal. Dan, dia tak akan pernah menyakiti keluarga kita lagi."     

Saga pun akhirnya setuju untuk tetap berada di rumah sakit bersama dengan sang istri. Pria itu pun menyuruh sang sopir untuk pulang saja dan menjaga rumah.     

"Pulanglah ke rumah. Biar aku dan istriku yang menjaga Anton di sini," titah Saga.     

"Baik Tuan. Saya permisi dulu."     

Pria itu membawa sang istri untuk duduk di kursi rumah sakit. Saga berusaha menenangkan istrinya dalam pangkuan. Alisa masih menangis tersedu-sedu.     

"Aku takut, kalau Anton kenapa-kenapa."     

"Tidak akan terjadi hal buruk padanya. Kita terus berdoa saja ya untuk Anton. Biar dia cepat siuman."     

Alisa mengangguk dan mengusap air matanya perlahan. Saga berhasil membuatnya sedikit tenang. Mereka berdua berdoa untuk kesadaran Anton, agar pria itu bisa berkumpul lagi di rumah.     

Saga berjanji, akan memberi Reva pelajaran setelah ini. Menurutnya, Reva sudah bersikap keterlaluan pada Alisa dan Anton. Ia pun harus waspada pada wanita licik itu.     

"Sudah sayang ... kau jangan menangis lagi, ya."     

"Iya sayang. Aku tak menangis lagi."     

Saat ini, mereka berdua masih menunggu kabar dari sang dokter di dalam. Semoga saja, kabar baiklah yang akan mereka dengar.     

***     

"Syukurlah, kau siuman."     

Akhirnya, doa mereka berdua dikabulkan oleh Tuhan. Sekarang Anton sudah siuman dan tampak sedikit segar. Terpancar dari aura wajah Alisa dan Saga yang terlihat bahagia sekaligus lega.     

Kondisi pria itu sekarang tak apa-apa. Beruntung, luka tusuk itu tak terlalu dalam.     

"Tuan, Nyonya, aku ingin segera pulang saja ke rumah," ujar Anton.     

"Jangan dulu. Pulihkan keadaanmu dulu, baru pulang."     

"Tuan, aku tak apa-apa sekarang. Percayalah." Anton tetap ngotot ingin segera pulang hari ini.     

Saga dan Alisa berpandangan satu sama lain. Mereka berdua sebenarnya tak ingin Anton pulang dulu sebelum keadaannya benar-benar pulih. Namun, pria itu tetap bersikeras untuk pulang dan kembali bekerja seperti biasa.     

"Baiklah. Hari ini kau boleh pulang." Anton sangat berterima kasih pada Saga dan Alisa.     

"Harusnya aku yang sangat berterima kasih padamu, karena sudah menyelamatkan istri dan anakku," ucap Saga pada Anton.     

"Aku sangat berterima kasih padamu karena telah menyelamatkan nyawaku. Apa jadinya tadi, kalau tak ada kau di sana." Alisa tak bisa membayangkan apabila tak ada Anton di sana. Pasti dirinya lah yang jadi sasaran empuk Reva.     

"Aku sangat senang bisa menyelamatkan nyawa Nyonya Alisa. Melihatnya sekarang dalam kondisi baik seperti ini, sungguh membuatku lega."     

Saga mengusap-ngusap pundak Anton. Ia akan memberikan sesuatu padanya, sebagai imbalan. Anton sudah mengorbankan nyawanya sendiri demi sang istri.     

"Aku permisi dulu, ingin mengurus administrasi, setelah itu kita akan pulang." Saga berlalu dari hadapan Anton dan sang istri. Ia ingin membayar biaya rumah sakit.     

Anton tersenyum lebar saat melihat sang Nyonya. Alisa lagi-lagi mengucapkan terima kasih padanya.     

"Aku tak habis pikir dengan jalan pikiran Reva. Ia selalu bisa berbuat nekat kapan saja dan di mana saja. Tujuannya cuma satu, yaitu Saga. Bahkan dia rela mencelakai nyawa orang lain agar tujuannya tercapai."     

"Begitulah, Nyonya ... kalau orang sudah cinta buta pada lawan jenis, pasti akan terjadi seperti itu. Sama halnya yang terjadi pada Reva sekarang."     

"Apakah sampai segitunya?" tanya Alisa.     

"Iya, Nyonya. Tak bisa melihat lagi, mana yang baik dan buruknya. Karena cuma satu tujuan, agar apa yang diinginkan lekas tercapai. Cinta terkadang memang menyakitkan," ujar Anton kemudian.     

Saat mereka tengah bicara serius, tibalah Saga yang sudah selesai mengurus administrasi. Sang suami terlihat tenang sekarang dari sebelumnya.     

"Sore hari kita akan kembali ke rumah."     

Anton senang, karena ia bisa kembali ke rumah dan bekerja untuk Saga dan Alisa. Dirinya sudah menganggap Alisa dan Saga sebagai keluarga.     

"Aku hanya ingin bersama dengan kalian di rumah dan menjaga kalian semampuku."     

Alisa terharu mendengar ucapan Anton. Ia pun berpandangan dengan sang suami. Saga paham dengan tatapan sang istri. Sebagai balas budi, Saga akan melakukan apa saja yang Anton perlukan.     

"Nton, terima kasih banyak atas apa yang kau lakukan pada kami. Aku dan Alisa tak akan pernah melupakan jasa baikmu. Apa pun yang kau inginkan, akan aku kabulkan. Dan, tinggal bilang saja padaku, atau dengan Alisa. Mau uang atau apa pun, terserah kau."     

Mendengar ucapan Saga, Anton hanya tersenyum. Ia pun langsung membalas ucapan sang Tuan.     

"Dalam pertemanan yang tulus, tak ada yang namanya uang di dalamnya." Hanya sesederhana itu jawaban dari Anton, yang membuat Saga begitu terpukau.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.