Arrogant Husband

Semuanya Akan Dilakukan



Semuanya Akan Dilakukan

0Akhirnya, Anton tiba juga di rumah bersama dengan Alisa dan juga Saga. Saga langsung ke luar dari mobil dan berniat membantu pria itu untuk turun perlahan.     
0

"Anton, kau langsung istirahat saja di dalam kamar tamu sementara, ya. Jangan banyak bergerak dulu." Saga membantu memapah Anton untuk menuju ke kamar tamu. Letaknya berada di bawah dan tak harus menaiki tangga.     

"Baiklah, Tuan."     

Alisa mengekor di belakang dua pria itu. Ia begitu senang, karena Anton tak apa-apa lagi sekarang.     

Saga berjanji, tak akan ada lagi kejadian yang buruk terjadi di rumah ini. Pengawasan seketatnya pun akan ia lakukan agar Reva tak masuk lagi ke sini.     

Mereka sudah sampai di kamar tamu. Saga dengan perlahan, membantu Anton untuk merebahkan diri. Alisa yang melihat Anton, otomatis meringis saat pria itu memegangi luka tusuk di perut.     

"Kenapa sayang? Apa terjadi sesuatu?"     

"Tidak ada. Hanya saja, aku merasa ngeri sendiri saat berada di posisi Anton."     

"Sudahlah, Nyonya. Sekarang aku tak apa-apa. Berkat bantuan dari kalian, aku selamat."     

Saga menyuruh Anton untuk istirahat. Pria itu tak boleh banyak gerak dulu. Anton pun tak prrlu memikirkan tugasnya dulu sebelum benar-benar pulih.     

Setelah itu, Saga mengajak sang istri ke luar dari kamar ini dan membiarkan Anton untuk istirahat. Dua sejoli itu melambaikan tangan pada anak buah terbaiknya.     

Mereka berdua lalu menuju ke kamar atas. Saga dan Alisa perlahan-lahan naik tangga. Mereka membicarakan tentang Reva, yang mana telah bersikap kelewatan.     

"Ayah dan ibu menginginkan wanita itu jadi seorang menantu?" Saga terlihat menyindir. "Cih! Aku tak akan sudi. Melihatnya saja membuatku tak bergairah sama sekali, ditambah kelakuannya yang seperti itu."     

"Sudahlah sayang. Lupakan saja Reva," ujar Alisa.     

"Lupakan? Aku tak akan pernah bisa melupakan kejadian hari ini. Dia sudah membuatmu hampir celaka. Dan, Anton terluka. Aku tak akan tinggal diam. Sepertinya, sasarannya adalah anak kita."     

"Ya, memang aku memikirkannya seperti itu. Pasti Reva ingin, aku dan anak kita celaka. Namun, Tuhan sangat baik padaku."     

Saga mengangguk dan membuka gagang pintu. Ia mengajak Alisa masuk ke dalam bersamanya.     

Wajah sang istri terlihat sangat lelah. Ia pun langsung menyuruh Alisa untuk istirahat. Ia meminta pada Alisa untuk tak memikirkan masalah ini. Masalah Reva, biar Saga saja yang mengurus semuanya.     

Ia merebahkan tubuh Alisa perlahan-lahan, agar sang istri dapat tertidur.     

"Tidurlah sayang. Kau sudah lelah hari ini. Aku tak mau, membuatmu kelelahan."     

"Iya sayang. Aku akan istirahat." Alisa menurut dengan ucapan Saga. Ia pun segera memejamkan mata dan tidur.     

***     

Reva masih merasa takut sekaligus cemas. Saat ini, dirinya berada di dalam kamar dan berniat mengurung diri seharian.     

"Bagaimana keadaan anak buah Saga sekarang, ya? Apakah dia selamat atau justru tiada?" Rasa takut masih menjalar. Reva sangat takut sekarang.     

Saat keadaan mencekam seperti ini, ia tiba-tiba teringat dengan Joseph. Pria itu telah dua kali berhubungan intim dengannya. Dan, sampai sekarang Reva masih sangat marah pada Joseph.     

"Kenapa tiba-tiba aku jadi kepikiran Joseph di saat seperti ini? Bukankah dia adalah pria mesum dan tak layak untuk diingat!"     

Reva masih ingat, bagaimana pria itu memperlakukannya dengan ganas saat hendak bercinta. Joseph melucuti pakaiannya tanpa ampun. Pria itu menyalurkan nafsunya pada Reva.     

"Sial! Aku terus kepikiran Joseph."     

Namun, Reva tak ingin menghubungi Joseph terlebih dahulu. Itu hanya membuat pria itu jadi besar kepala dan terlihat angkuh. Ia memutuskan untuk istirahat sejenak agar pikirannya tak melulu begini.     

***     

Saat ini, Joseph tengah memikirkan Reva. Bagaimana keadaan sang kekasih sekarang, ia sama sekali tak tahu. Reva jelas masih marah padanya. Wanita itu bahkan tak ingin lagi bertemu dengannya.     

"Ini semua salahku!" ujar Joseph sambil memukul-mukul dirinya sendiri. "Andai saja, aku bisa lebih menahan diri dan tak melakukan hal itu pada Reva, mungkin sampai sekarang dia masih berada di sisiku dan tak berniat untuk menjauh seperti ini."     

Joseph terus saja menyalahkan diri sendiri. Ia tak terima, kalau Reva menjauh seperti ini. Dirinya hanya ingin bersama dengan wanita itu saja selamanya. Joseph memukul-mukul tangannya sendiri ke dinding kamar.     

"Bodoh! Aku memang bodoh! Reva menjauh seperti ini gara-gara aku. Coba saja, kalau aku tak berbuat seperti itu padanya."     

Pria itu menyesali perbuatannya sendiri dan berjanji tak akan pernah mengulanginya lagi. Joseph tak mau, Reva menghindar terus-menerus seperti ini. Saat mencoba menghubungi, ponsel sang kekasih tak aktif. Joseph pun tak berani datang ke rumah Reva, karena ia tahu, wanita itu masih marah besar.     

Joseph bingung. Apakah yang harus ia lakukan sekarang agar Reva tak terus marah seperti ini. Ia berniat akan bicara dengan wanita itu, tapi tak tahu kapankah waktunya yang tepat.     

Ia hanya bisa bersabar untuk waktu sekarang. Meluluhkan hati Reva memang tak mudah. Ia harus extra sabar untuk sang kekasih. Walaupun Reva tak pernah menganggapnya ada, sebagai kekasih, tapi bagi Joseph ... wanita itu sungguh berarti di dalam hidupnya.     

Berjuang demi cinta sejati, memang tak mudah. Harus melewati berbagai macam aral melintang terlebih dulu. Itulah yang dirasakan oleh Joseph sekarang.     

"Aku sungguh mencintaimu, Reva. Dari dulu sampai sekarang, hanya kaulah wanita yang kucintai satu-satunya. Entah kenapa, aku tak bisa berpaling pada wanita lain. Padahal, masih banyak yang cantik di luaran sana."     

Hati tak bisa berkata bohong. Joseph hanya menginginkan Reva seorang dan tak mau yang lain.     

"Reva hanya untukku. Hanya milikku! Tak ada yang boleh memilikinya selain aku, bahkan Saga pun tak boleh!"     

Dengan segala cara dan upaya, Joseph akan bertarung mati-matian demi bisa mendapatkan Reva seutuhnya. Hanya wanita itu yang ia inginkan. Ia akan mempertahankan hubungan pura-pura ini.     

"Meskipun, kau menyatakan hubungan ini penuh dengan kepura-puraan. Namun, bagiku tidak sama sekali. Bagiku, hubungan kita sekarang adalah kenyataan yang harus dijalani berdua."     

Sama seperti Reva, Joseph juga akan melakukan segala cara untuk mendapatkan cinta sejatinya. Ia bahkan rela, kalau harus menyakiti Saga nanti. Bahkan, dirinya ingin sekali melenyapkan Saga, agar sang kekasih tidak kepikiran dengan pria itu lagi.     

"Kalau Saga tiada, Reva pasti tak akan mengingatnya lagi. Dan, Reva bisa jadi milikku seutuhnya." Joseph tersenyum licik saat berniat ingin melenyapkan Saga. Rencananya harus berhasil dan berjalan mulus tanpa hambatan.     

Untuk membuat Reva mencintainya, ia akan melakukan apa pun. Saga sudah tak menjadi sahabatnya lagi, maka dengan mudah Joseph akan melenyapkan pria itu dengan tangannya sendiri.     

"Saga, aku tak akan pernah membiarkanmu hidup lebih lama lagi. Itu hanya akan membuat Reva berandai-andai untuk bisa terus bersamamu seperti dulu!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.