Arrogant Husband

Ini Adalah Karma



Ini Adalah Karma

0"Untuk apalagi ibu datang ke sini? Belum cukupkah ibu melihatku selalu menderita? Sekarang apalagi yang akan ibu lakukan padaku?" tanya Alisa yang marah. "Apa ibu berencana untuk memisahkan aku dengan Saga lagi, iya?!"     
0

"Alisa, mohon dengarkan ibu dulu, Nak," pinta Bu Angel.     

"Nak? Ibu memanggil aku dengan sebutan nak? Sejak kapan? Apakah ini kepura-puraan lagi?" tanya Alisa bertubi-tubi. Ia sudah tak percaya dengan tipu muslihat sang mertua.     

Kepercayaan Alisa sudah hilang pada Bu Angel. Wanita paruh baya itu datang ke sini hanya untuk meminta maaf pada menantunya. Namun, Alisa telah bersikap seperti itu, membuat hatinya sakit.     

"Ibu tahu, ibu salah ...." Bu Angel terlihat menundukkan kepalanya, ia menyesal telah berlaku kasar. "Ibu ke sini, hanya ingin minta maaf padamu. Hanya itu saja. Ibu mohon, tolong maafkanlah ibu atas semua kesalahan yang dulu pernah ibu perbuat padamu."     

"Tidak," teriak Alisa dengan lantang. Ia harus meyakinkan dirinya sendiri agar tak mudah ditipu lagi oleh ibu mertunya sendiri.     

Ia takut, kalau Bu Angel akan berbohong lagi dan terus menerus melakukan kesalahan yang sama. Untuk saat ini, Alisa tak bisa percaya sepenuhnya pada wanita itu.     

"Ibu lebih baik pergi dari sini. Hatiku telah hancur berkeping-keping karena ibu dan ayah."     

Rasa percaya itu telah musnah dalam hati Alisa. Ia telah berkali-kali, melakukan segala cara agar sang mertua bisa menerimanya dengan baik di sini. Namun, semua pengorbanannya justru hanya sia-sia. Ia sama sekali tak dianggap sebagai menantu.     

Bu Angel terus memohon padanya untuk dimaafkan. Namun, Alisa juga bertekad kuat untuk tak memberikan maaf.     

"Aku belum bisa memaafkan, ibu. Hatiku masih sangat sakit dan perih." Alisa pun tak kuasa menitikkan air mata. "Ibu sadar tak? Apa yang telah ibu lakukan padaku?"     

"Ibu jahat padaku. Selalu membanding-bandingkan aku dengan Reva. Aku tahu, bu ... levelku berbeda dengan dia. Tapi, aku adalah istri Saga. Aku bukan gila hormat, bu, tapi hanya minta dihargai sedikit saja oleh ayah dan ibu sebagai menantu di keluarga kalian." Alisa terisak-isak menyampaikan uneg-uneg dalam hatinya.     

Bu Angel tampak terdiam. Dirinya telah mengakui semua perbuatan yang telah ia lakukan pada Alisa. Sekarang, ia sangat menyesal. Karena kejadian ini, Bu Angel telah kehilangan seorang cucu, sekaligus kehilangan kepercayaan dari Saga dan Alisa.     

Wanita paruh baya itu tak bisa menampik lagi. Semua ucapan Alisa memang benar adanya. Sang menantu berkali-kali berusaha untuk mengambil hatinya dan juga sang suami, agar merestui pernikahan Saga dan Alisa. Namun, ia malah berbuat jahat dan nekat.     

"Ibu pernah menculikku dan membawaku ke rumah kosong. Ibu juga bersekongkol dengan Reva. Ingat kan?"     

Rasanya tak ada lagi permohonan maaf untuk Bu Angel. Alisa sudah sakit hati terhadap kelakuan sang mertuanya.     

"Aku mohon ibu pergi dari sini. Dan, jangan ganggu aku lagi mulai sekarang!"     

"Alisa, ibu mohon, Nak."     

"Anton, tolong bawa ibu pergi dari sini. Aku tak ingin melihatnya lagi," suruh Alisa dan ia pun kembali lagi masuk.     

Alisa berlari menuju ke dalam kamarnya sambil berderai air mata. Tak bisa menampik, bahwa hatinya masih terasa sakit. Ia masih sangat bersedih karena kehilangan seorang anak.     

Anton menyuruh Bu Angel agar segera pulang dari sini. "Bu, sebaiknya ibu pulang saja. Nyonya Alisa tak mau bertemu dengan Anda dulu. Hargai keputusannya. Memang tak mudah, kalau berada di posisi Nyonya Alisa sekarang. Aku pun merasa kasihan padanya, karena perlakuan ibu dan suami seperti itu dulu."     

"Tapi, aku telah menyesal dengan semua perbuatanku padanya," ujar Bu Angel.     

"Baiklah, bu. Tapi, ibu pulang saja dulu. Biarkan Nyonya Alisa tenang sedikit. Dia baru saja kehilangan anak, kondisinya masih belum stabil."     

Akhirnya, Bu Angel pun berniat pulang. Memang tak mudah mendapatkan permintaan maaf dari sang menantu. Apalagi, dirinya sering menyakiti wanita itu berkali-kali.     

"Mungkin inilah karma yang harus kuterima, karena telah menyia-nyiakan Alisa dulu." Bu Angel segera mengemudikan mobilnya agar menjauh dari sini.     

Sedangkan, di atas jendela kamar, Alisa bisa melihat kepergian Bu Angel dengan mengendarai mobil. Akhirnya, sang mertuanya sudah pulang dari sini.     

"Maafkan aku, bu. Maafkan aku. Jujur, hatiku masih sangat sakit. Dan, belum bisa memaafkan dengan setulus hati." Alisa kemudian mengusap air matanya.     

Alisa memang belum bisa memberikan maaf untuk Bu Angel. Mungkin, perlu waktu beberapa saat agar luka di hatinya bisa sembuh. Ia juga tak tega sebenarnya pada Bu Angel karena sudah bersikap kasar.     

Alisa hanya bisa mengembuskan napas berat dan segera naik ke atas ranjang. Ia benar-benar telah kehilangan selera makan, hingga tak memutuskan untuk kembali lagi ke dapur.     

"Ya Tuhan, semoga saja semua masalah ini cepat berlalu."     

***     

"Ibu dari mana saja? Ayah cari-cari tadi tapi tak ada." Pak Surya terlihat marah pada sang istri karena tak izin terlebih dahulu padanya.     

"Ibu tadi pergi ke rumah Saga, yah, buat ketemu sama Alisa," ujar Bu Angel yang baru saja pulang ke rumah.     

"Kenapa ibu bertemu dengan wanita miskin itu?"     

"Yah, sudahlah. Berhenti menyebut Alisa seperti itu. Dia menantu kita."     

Pak Surya tak terima dengan ucapan sang istri. Baginya, Alisa tetap wanita miskin yang dipungut oleh Saga dan tak selevel dengan keluarganya. Sampai kapan pun, Pak Surya tak akan pernah menerima Alisa.     

"Ohh ... jadi, ibu sudah termakan oleh akal bulusnya?"     

"Ibu menyesal, yah."     

"Ibu ini gimana sih! Kalau ibu menyesal sekarang, maka tak ada Reva dan Saga di kehidupan nanti. Mereka tak akan bisa bersama lagi kalau seperti itu! Ayah hanya mau, Saga sama Reva. Titik!"     

Pak Surya masih dengan pendiriannya sendiri. Pria yang sudah berusia empat puluh tahunan lebih itu tampak mendaratkan bokongnya di sofa.     

"Ayah tak mau, ya, kalau ibu ke sana lagi buat ketemu Alisa!"     

Ucapan Pak Surya tak bisa dibantah oleh sang istri. Bu Angel hanya bisa mengiyakan apa kata suaminya, karena tak ingin berdebat.     

Pak Surya melihat sang istri tengah naik ke atas kamar. Ia pun memicingkan mata seketika.     

"Gawat ini, gawat!" Pak Surya terlihat gelisah karena sang istri sudah berubah haluan dan tak sejalan lagi.     

"Bagaimana istriku bisa berpikir seperti itu? Apa dia lupa dengan tujuannya untuk menyatukan Reva dan Saga lagi?"     

Pak Surya tak akan bisa membiarkan hal ini terjadi. Pokoknya, Alisa dan Saga harus segera berpisah. Ia malah lebih senang, kalau Reva yang jadi istri Saga.     

Pria yang sudah tak muda lagi itu tampak berpikir keras. Menemukan sebuah cara untuk menyelesaikan semua masalah ini sampai tuntas, hingga tak ada lagi yang namanya Alisa di dalam hidup Saga.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.