Arrogant Husband

Ingin Mengadopsi Anak



Ingin Mengadopsi Anak

0Alisa kira, Saga hanya akan mengajaknya makan malam saja di restoran ini. Namun, semuanya berasa berbeda saat dihadiahi kejutan yang menarik dan ditemani oleh anak-anak ini.     
0

Saga memberitahu Alisa, bahwa anak-anak ini berasal dari panti asuhan yang letaknya tak jauh dari sini. Sang istri sangat senang bisa memeluk, mencium, dan menghirup aroma tubuh mereka semua.     

"Kalian semua mau makan sama ibu?" tanya Alisa yang tersenyum semringah.     

"Mau bu. Kami mau."     

Alisa menyuruh sang suami untuk memesankan makanan. Mereka pun berpencar untuk mencari tempat yang kosong, tapi tak jauh dari jangkauan mata Alisa.     

Saga akan melakukan apa saja untuk membuat Alisa tersenyum seperti ini. Bersama dengan anak-anak panti asuhan, ia dan Alisa bisa sedikit lega.     

Anak-anak itu terlihat menunggu pesanannya datang. Mata Alisa terus memantau mereka semua. Satu meja, maksimal untuk lima orang.     

"Sayang, kau tak memesan makanan?"     

"Aku tak lapar. Melihat mereka seperti ini saja, sudah membuatku senang sekali. Terima kasih untuk semuanya." Alisa menatap mata Saga dan menggenggam tangan sang suami dengan erat.     

"Sama-sama sayang. Akan kulakukan semua ini untukmu."     

"Kau selalu bisa membuat kejutan yang mendadak. Bagaimana kau menyiapkan ini semua dalam waktu singkat? Apa kau membujuk mereka semua untuk datang kemari?"     

"Hmm ...." Saga tampak berpikir. Ia ingin membuat sang istri penasaran.     

"Ayolah, jawab pertanyaanku."     

"Baiklah sayang. Tadi, sebelum kita berangkat ke restoran ini, aku menghubungi Anton dan memintanya untuk mengajak anak-anak ini kemari. Kebetulan si Anton tadi masih berada di jalan, jadi sekalian saja aku suruh dia." Sang istri hanya mengangguk-angguk saat mendengar penjelasannya. Yang jelas, malam ini Alisa merasa sangat bahagia sekali.     

Dan, sekarang tibalah pesanan anak-anak itu datang ke meja mereka masing-masing. Alisa tersenyum senang, karena bisa melihat canda tawa mereka saat bisa menikmati makanan yang enak seperti ini. Saga yang sedari tadi memperhatikan sang istri, merasa terpesona oleh senyuman Alisa.     

Perlahan demi perlahan, para pengunjung restoran ini mulai berkurang. Saga dan Alisa masih ingin berada di sini dengan anak-anak itu. Mereka semua makan dengan lahapnya.     

"Sayang, serius kau tak ingin makan?" tanya Saga lagi.     

"Iya, aku serius. Sekarang aku tak merasa lapar. Kalau kau merasa lapar, pesan saja makanan untukmu sayang."     

Sedangkan, fokus Alisa hanya tertuju pada anak-anak panti itu yang sedang bersantap malam. Ia sama sekali tak merasa jijik atau apa itu pada mereka.     

"Aku juga tak merasa lapar," balas Saga.     

"Kenapa? Bukankah tadi kau merasa lapar?" tanya Alisa.     

"Karena memandang senyumanmu saja, aku sudah merasa kenyang sayang." Saga terlihat menggoda sang istri. Alisa hanya geleng-geleng kepala sambil tersenyum.     

Malam ini, Alisa semakin banyak tersenyum. Entah sudah berapa kali, wanita itu memamerkan senyum cantiknya. Saga yang merasa kecanduan dengan senyum Alisa, hanya menatapnya terus menerus, seolah tanpa kedip.     

Saga merasa senang, karena malam ini Alisa selalu tersenyum. Semoga saja, sang istri selalu seperti ini dan tak terlalu memikirkan kematian anak mereka.     

"Sayang?"     

"Iya sayang, kenapa?"     

"Apa kita perlu adopsi anak?"     

Mendengar pertanyaan Alisa, membuat Saga menatapnya dalam. Sang istri tiba-tiba bicara masalah adopsi.     

"Tapi?"     

"Aku tau ... kau menginginkan seorang anak kandung. Mungkin ... ini bisa jadi pancingan untuk bisa membuatku hamil lagi."     

Benar juga apa yang dikatakan oleh Alisa. Saga jadi berpikir keras karena ini. Kalau tak disetujui, maka sang istri akan bersedih. Maka Saga pun akhirnya setuju dengan keinginan Alisa.     

"Baiklah sayang. Aku setuju dengan keinginanmu."     

Mata Alisa berbinar-binar penuh dengan kebahagiaan. Air matanya menitik melalui sudut mata. Wanita itu menangis karena rasa bahagia.     

"Besok kita berdua akan ke panti asuhan untuk mengadopsi seorang anak."     

"Iya sayang. Ya Tuhan, aku sangat senang sekali mendengarnya. Terima kasih banyak sayang, kau selalu mengabulkan semua permintaanku."     

"Untukmu, semua akan kulakukan. Kalau perlu, nyawa pun akan kuberikan padamu sayang."     

***     

Suami istri itu sudah pulang ke rumah setelah mengantarkan semua anak-anak itu ke panti asuhan. Saga tadi menghubungi Anton, agar pria itu membantunya untuk mengantar beberapa dari mereka.     

"Kau senang?" tanya Saga.     

"Sangat senang. Aku sangat senang malam ini."     

Saga menggenggam tangan Alisa dengan erat. Kemudian, pria itu mengecupnya dengan singkat. Betapa sayangnya Saga pada sang istri. Alisa sungguh beruntung mendapatkan suami seperti dirinya.     

"Aku sangat mencintaimu," ujar Saga.     

"Aku juga sangat mencintaimu, sayang."     

"Iya sayang. Ayo kita turun."     

Setelah mereka berdua turun dari mobil, terlihatlah mobil Anton yang kemudian masuk ke halaman. Saga pun meminta Alisa untuk lebih dulu ke kamar, karena ia ingin bicara dengan Anton sebentar. Sang istri lantas mengangguk dan segera menuju ke atas.     

"Anton, kemarilah!" perintah Saga.     

Pria berperawakan tegap dan tinggi, bak seorang atletis itu tengah menghampiri Saga. Kini, Anton telah berada di samping Saga.     

"Ada apa, Ga? Apa ada masalah?"     

Saga menggeleng-geleng. "Syukurlah, tidak ada. Tapi, aku hanya ingin minta saran darimu."     

"Saran?"     

"Iya. Bisa kan?" Anton pun mengangguk.     

Saga mulai menceritakan pada Anton perihal Alisa yang ingin mengadopsi seorang anak dari panti asuhan tadi. Alisa berpikir, dengan mengadopsi anak, sebagai pancingan dan mungkin ia bisa hamil lagi, tentunya dengan kehendak Tuhan.     

"Bagaimana menurutmu?"     

"Benar juga apa yang dikatakan oleh Nyonya Alisa. Tak ada salahnya, Ga. Kalian bisa saja mengadopsi anak dari panti."     

Kalau begitu, Saga sudah mantap dengan keyakinannya. Ia dan Alisa akan mendatangi panti asuhan itu besok hari. Dengan cara ini, mungkin sang istri bisa menghilangkan kesedihan dalam hati.     

"Baiklah. Terima kasih banyak, Nton. Kau telah membantuku banyak sekali." Saga menepuk-nepuk pundak Anton. Mereka berdua berteman baik sampai sekarang.     

"Sama-sama, Ga. Semoga kau dan Nyonya Alisa selalu bahagia sampai akhir hayat."     

"Amin."     

Anton lantas berlalu dari hadapan Saga. Saga pun melangkah menuju ke atas kamar untuk menyusul sang istri yang sudah lebih dulu di sana. Ia ingin tidur malam ini dan akan ke panti asuhan besok hari.     

Saga berharap, semoga Alisa selalu merasa senang dan bahagia. Tak ada lagi kesedihan dalam hati wanita itu. Saga akan berusaha semaksimal mungkin, agar Alisa tak bersedih.     

Dengan seorang anak adopsi, semoga saja membuat Alisa semakin bisa tersenyum dan bersemangat dalam menjalani hari-hari. Pria itu akan melakukan segala cara untuk selalu bisa membahagiakan wanita yang begitu ia cintai.     

"Aku akan membuat kau selalu tersenyum seperti saat di restoran tadi. Entah berapa kali aku bisa melihat senyummu malam ini. Tak terhitung lagi jumlahnya."     

"Kau bagaikan seorang bidadari yang turun dari langit." Tak ingin membuat Alisa menunggu lama, Saga berjalan dengan cepat menaiki anak tangga sambil memikirkan sang istri tentunya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.