Arrogant Husband

Cemburu yang Berlebihan



Cemburu yang Berlebihan

0Tanpa sengaja, Agam tengah menatap Reva dan begitu sebaliknya. Mereka saling bertatapan satu sama lain. Meski begitu, Agam jadi tak mau lagi berdekatan dengan wanita itu karena sudah jadi kekasih orang lain. Ia tak mau, dicap sebagai pria yang merebut kekasih orang.     
0

Agam pun menghentikan tatapannya pada Reva dan fokus bekerja lagi melayani para pelanggan. Reva yang sedari tadi hanya berdiri saja, enggan untuk ke sana. Ia merasa bahwa sesuatu telah terjadi di antara mereka.     

"Apakah Agam marah padaku? Tatapannya dingin sekali, tak seperti biasanya tatapannya selalu hangat padaku."     

Mungkin, Reva berpikir bahwa sekarang Agam sudah tak ingin ditemui olehnya lagi. Pria itu masih marah dengan kejadian tadi. Reva pun memilih untuk pulang saja ke rumah.     

Reva berbalik badan dan menuju ke pintu ke luar. Sedangkan, Agam menatap kepergian wanita itu dengan perasaan nanar. Benar saja, hatinya sakit saat mengetahui kalau Reva sudah ada seorang kekasih. Dan, pria itu jauh segalanya ketimbang Agam.     

Agam sadar diri, dirinya siapa. Dia hanyalah seorang bartender biasa. Pantas saja, Reva lebih memilih pria itu dari dirinya.     

'Mimpi jangan ketinggian. Jangan juga mengharapkan milik orang lain menjadi milik kita! Reva tak mungkin suka denganku.'     

Ia melamun kemudian, tapi beberapa saat kemudian Agam pun tersadar. Ia tak mau dalam kondisi seperti ini terus. Lebih baik sakit di awal begini, daripada sakit di kemudian hari. Sekarang, Agam sudah tahu bahwa Reva sudah menjadi kekasih orang lain. Maka mulai sekarang juga, dirinya tak mau berharap lebih dari sekadar teman biasa.     

***     

Ternyata sedari tadi Joseph terus membuntuti mobil Reva dari belakang. Wanita itu sama sekali tak suka. Diawasi seperti ini oleh Joseph membuatnya sangat muak! Dan, ia ingin segera menghentikan sandiwara cinta ini.     

"Kenapa sih Joseph jadi begini sekarang? Jadi berlebihan begini? Biasanya dia tak pernah memperlakukanku secara berlebihan. Dia juga sering menghormati keputusanku!"     

Reva terus melajukan mobilnya agar sampai di rumah. Ia sudah terlalu lelah dengan tingkah Joseph yang menurutnya sangat kekanak-kanakan. Biar bagaimanapun, ia punya hak untuk berteman dengan siapa saja. Reva menganggap, hubungannya dengan Joseph hanya pura-pura dan tanpa rasa cinta.     

Akhirnya, Reva sudah sampai di halaman rumah. Dengan secepat kilat, ia berusaha ke luar dari dalam mobil. Namun, Joseph juga gerak cepat dan menghampiri dirinya.     

"Va, aku mohon," ujar Joseph sambil meraih pergelangan tangannya.     

"Lepaskan aku, Jo! Aku sudah muak kalau sikapmu seperti ini terus padaku. Kau sekarang jadi over protektif. Aku bingung padamu sekarang."     

"Ini aku lakukan karena aku begitu mencintaimu, Va. Aku sama sekali tak ingin kehilanganmu, makanya jadi begini," balas Joseph.     

Namun, yang semua Joseph lakukan membuatnya jadi hilang rasa dan muak. Reva sama sekali tak ingin dikekang seperti ini. Ia ingin bebas dari pria itu sekarang juga.     

"Kalau kau menganggap hubungan kita ini serius, baiklah. Mulai sekarang kita putus! Jangan berharap lebih padaku lagi, Jo! Aku sama sekali tak pernah mencintaimu, dari dulu sampai sekarang." Reva minta dilepaskan pergelangan tangannya dari Joseph. Namun, pria itu sama sekali tak mau.     

"Ohh begitu kau sekarang? Habis manis sepah dibuang? Kau tak ingat, siapa yang membantumu untuk menggugurkan kandungan Alisa? Siapa hah siapa?!" Joseph berteriak nyaring di wajah Reva.     

Merasa diteriaki nyaring seperti itu oleh Joseph, membuat Reva semakin murka padanya. Pilihannya tepat, karena tak pernah melabuhkan hatinya sedikit pun pada Joseph.     

"Dari dulu, aku lebih memilih Saga ketimbang dirimu. Karena dia lebih baik, jauh lebih baik dan segalanya daripada kau!" tunjuk Reva dengan sebelah tangannya.     

"Berani sekali kau membandingkan aku dengan Saga?" Joseph tak terima kalau dirinya dibanding-bandingkan dengan Saga.     

Reva berhasil membuat hati Joseph memanas seketika. Pria itu pasti sudah marah besar, terlihat dari wajahnya yang kemerahan. Ia berusaha untuk melepaskan sebelah tangannya lagi, yang masih dicekal oleh Joseph dengan kuat.     

"Karena memang benar, Saga jauh lebih baik ketimbang kau, Jo! Makanya dari dulu sampai sekarang aku lebih memilih dia!"     

"Arrgghh, diam!" Joseph membentak Reva. Ia sama sekali tak terima, kalau Reva menyebut-nyebut nama Saga terus.     

Semua sudah Joseph lakukan untuk Reva, bahkan melakukan suatu perbuatan yang tak terpuji sekalipun. Ia juga yang telah membunuh anak Alisa yang masih dalam kandungan hanya untuk Reva seorang. Namun, wanita itu sama sekali tak tahu caranya berterima kasih.     

Adu mulut masih terjadi antara Reva dan Joseph. Mereka berdua terus saja bertengkar, mempermasalahkan sesuatu yang mungkin tak akan pernah habis untuk dibahas.     

"Lepaskan tanganku, Jo!"     

Akhirnya, Joseph menyerah juga. Ia pun mulai melepaskan cengkeramannya dari lengan Reva. Kemudian, wanita itu masuk dengan tergesa-gesa ke dalam rumah, tanpa ingin bicara padanya.     

"Akan kupastikan, Saga dan pria di restoran tadi akan kulenyapkan satu per satu! Cepat atau lambat, aku pasti bisa," ujar Joseph sambil tertawa jahat.     

Joseph pun ingin pulang ke rumahnya. Pria itu melangkah masuk ke dalam mobilnya. Membiarkan Reva sendiri dulu di rumah ini.     

Sedangkan dari atas jendela kamar, Reva melihat mobil Joseph telah ke luar dari gerbang rumahnya. Hatinya merasa lega, karena pria itu sudah pulang dari sini. Joseph sungguh bebal orangnya. Maka dari itu, Reva berniat akan pergi dari pria itu selamanya.     

"Sekarang Joseph beda dari yang dulu. Jo yang sekarang penuh dengan ambisi untuk mendapatkanku sepenuhnya."     

Sama seperti ambisi Reva juga yang menginginkan Saga kembali lagi dalam hidupnya. Ambisi itu sampai sekarang masih tertanam dalam hati. Ia masih gencar dan berusaha agar Saga dan Alisa berpisah.     

Menggunakan Joseph sebagai alat untuk menghancurkan Alisa dan Saga juga sudah, tapi gagal. Karena Saga masih bersama dengan istrinya sampai sekarang.     

"Bagaimana lagi aku bisa mendapatkan Saga kembali? Segala cara sudah kutempuh. Aku hanya ingin Saga!"     

Saat menginginkan Saga, hatinya juga tengah merindukan Agam di sana. Pria itu seolah tak ingin menatapnya lagi saat di bar.     

"Apa aku menyukai dua pria sekaligus?" tanyanya pada diri sendiri.     

"Ahh, tidak mungkin. Agam hanyalah teman biasa dan aku pun baru beberapa kali bertemu dengannya. Tak mungkin, aku menaruh hati padanya."     

Namun, saat berada di dekat Agam, Reva merasa nyaman. Pria itu membuatnya merasa dihargai sebagai wanita. Perlakuan Agam yang manis nan lembut, sudah membuainya.     

"Ah, tidak, tidak! Mana mungkin, aku menyukai Agam? Dia hanyalah seorang bartender di bar. Lebih kaya Saga ke mana-mana, yang punya aset perusahaan yang berlimpah."     

Selain ingin mendapatkan Saga kembali dalam hidupnya, Reva juga mengincar harta pria itu. Ia tak mau, kalau Alisa yang terus-menerus memoroti uang Saga. Dari dulu, memang dirinyalah yang selalu dimanjakan oleh Saga dalam hal kemewahan. Namun, sekarang dirinya ingin seperti itu lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.