Arrogant Husband

Saga Menyebalkan!



Saga Menyebalkan!

0Saga dan Alisa sudah selesai bercinta. Mereka juga telah selesai mandi bersama di kamar mandi. Senyuman dari keduanya terpancar penuh kebahagiaan. Mereka berdua berharap agar tak ada lagi yang mengganggu kenyamanan rumah tangganya.     
0

Mereka berdua melupakan sesuatu, yaitu sarapan. Sejak tadi, Alisa dan Saga ingin cepat-cepat sarapan, tapi karena sedang ingin bercinta, maka sarapan pun jadi tertunda. Tak ingin buang-buang waktu lagi, suami istri itu segera menuju ke bawah.     

Alisa bersama dengan Saga menuruni anak tangga dengan sedikit cepat. Kemudian, mereka berdua telah sampai di meja makan. Para pelayan menatap mereka berdua dan segera menyiapkan makanan.     

Alisa dan suaminya telah duduk bersama. Sebentar lagi, makanan akan siap terhidang di atas meja.     

"Sayang, makan yang banyak, ya," ujar Saga.     

"Iya, kau juga, ya."     

Tak lama, makanan sudah mulai terhidangkan di atas meja dalam keadaan yang masih hangat. Para pelayan terlihat sangat cekatan dalam melayani mereka berdua.     

Alisa pun sangat berterima kasih pada mereka semua karena sudah menyiapkan hidangan sebanyak ini. Mereka mengangguk dan segera berbalik lagi ke belakang.     

Tiba-tiba, sebuah sendok berada tepat di depan mulutnya. Alisa terkejut, lalu tersenyum semringah saat sang suami hendak menyuapinya makan.     

"Buka mulutmu sayang. Ayo."     

Satu suapan telah lolos melewati mulut Alisa. Wanita itu juga ingin balas menyuapi Saga. Alhasil, mereka jadi suap-suapan satu sama lain.     

Suami istri itu terlihat sangat senang pagi ini. Mereka berdua bisa saling menyalurkan rasa cinta di hati masing-masing. Namun, mereka juga tak akan pernah lupa untuk mendoakan kesembuhan Pak Surya di rumah sakit.     

"Sayang, nanti aku ingin ke rumah sakit sebentar, tak apa kan?" Alisa ingin pergi ke rumah sakit lagi hari ini. Ia ingin menjenguk sang ayah mertua dan mendoakannya.     

"Iya, tidak apa-apa. Tapi, hanya sebentar saja ya. Aku cemas kalau Lisa ditinggal terlalu lama."     

"Baiklah sayang." Alisa pun langsun menggenggam tangan Saga dengan erat. Pria di depannya saat ini selalu saja berusaha untuk mengabulkan segala permintaannya.     

Namun, Alisa sampai sekarang merasa masih belum bisa membahagiakan Saga seutuhnya.     

'Sayang, maafkan aku, sampai sekarang ... mungkin aku belum bisa sepenuhnya membahagiakanmu.'     

Saat makan seperti ini, Alisa tengah memikirkan Saga. Ia heran, kenapa pria itu mau bersama dengan dirinya. Padahal tak ada kelebihan apa-apa di diri Alisa. Hanya terlahir sebagai wanita yang biasa saja dan tak penuh kemewahan. Berbeda dengan Reva. Wanita itu cantik, pintar, dan kaya raya.     

"Apa yang kau pikirkan?" tanya Saga tiba-tiba saat melihat Alisa tengah melamun di depan makanan seperti ini.     

"Ahh, tidak ada sayang. Aku tak memikirkan apa pun."     

Saga pun langsung menyuruhnya untuk kembali makan. Setelah ini, mereka berdua akan pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Pak Surya. Alisa dan Saga berharap akan kesembuhan pria paruh baya itu.     

"Oh, ya, mungkin nanti aku akan lebih lama di rumah sakit untuk gantian dengan ibu. Aku kasian sama ibu, sejak semalam dia tak tidur dan makan sedikit pun. Aku akan menyuruhnya pulang dulu hari ini dan istirahat di rumah," ujar Saga yang prihatin dengan kondisi ibunya sekarang.     

"Astaga ... kasian sekali ibu, sayang." Wajah Alisa mendadak jadi sedih dan cemas saat memikirkan ibu mertuanya di rumah sakit.     

"Iya, maka dari itu mungkin kau akan kembali pulang bersama dengan Anton. Nanti dia yang menjemputmu di rumah sakit. Tak apa-apa kan?"     

"Iya sayang, tak apa-apa."     

Suami istri itu pun kembali lagi melanjutkan sarapannya sampai habis. Nasi di piring mereka pun tak bersisa lagi sama sekali. Alisa dan Saga segera naik ke atas tangga dan menuju ke kamar. Mereka ingin segera siap-siap untuk pergi ke rumah sakit.     

Beberapa saat kemudian, wanita itu telah bersiap dan menunggu Saga sebentar. Sang suami sebentar lagi akan siap.     

Sebelum pergi, mereka berdua berpesan pada para pelayan untuk menjaga Lisa di dalam kamar. Pelayan itu pun menganggukkan kepala. Saga dan Alisa segera menuju ke mobil dan tancap gas, karena mereka berdua tak ingin membuang-buang waktu lagi.     

***     

Di tengah perjalanan menuju rumah sakit, hati Alisa selalu merasa cemas saat memikirkan kondisi Pak Surya. Ia pun menoleh ke arah sang suami.     

"Sayang?"     

"Iya sayang? Kenapa?"     

"Aku sungguh tak tega, melihat ayah dalam kondisi seperti ini."     

Sebelah tangan Saga pun langsung menggenggam tangan sang istri dengan erat. Berusaha untuk selalu kuat dalam situasi apa pun.     

"Kau jangan khawatir. Ayah itu orangnya tangguh, tak mudah menyerah dengan apa pun. Aku yakin, ayah pasti bangun dari koma. Kita bantu doa saja," ucap Saga, kemudian langsung mencium punggung tangan sang istri.     

Setelah dikecup seperti tadi oleh Saga, dengan perlahan rasa cemas di hati Alisa seakan menghilang. Ciuman dari sang suami memang benar-benar mujarab. Ia pun bisa tersenyum singkat sekarang. Pria itu mulai melajukan kecepatan mobilnya agar cepat sampai di rumah sakit.     

Alisa sudah tak sabar ingin bertemu dengan sang mertua di rumah sakit. Ia juga ingin menguatkan Bu Angel yang terus saja bersedih karena melihat suaminya tengah mengalami koma. Bukan hanya Bu Angel saja yang merasa sedih dan sakit, tapi Saga serta Alisa juga merasakan hal yang sama.     

Sebentar lagi, mereka berdua akan segera sampai di rumah sakit. Mungkin, Saga akan sedikit tegas pada sang ibu agar mau istirahat terlebih dahulu di rumah.     

"Sayang, semoga saja ibu nanti bisa kubujuk untuk pulang ke rumah dulu, ya." Saga merasa khawatir, kalau usahanya ini akan gagal dan sang ibu tak mau diajak ke rumahnya.     

"Iya sayang. Aku pun akan membantu sebisaku."     

Saga tersenyum singkat ke arah Alisa. Ia sangat beruntung mempunyai sosok istri seperti Alisa. Sudah berparas cantik nan manis, baik, dan pengertian padanya.     

"Tuhan begitu baik padaku, hingga mengirimkanku seorang malaikat yang berhati sangat baik sepertimu." Saga menoleh lagi sekilas ke arah sang istri. Ia tak pernah bosan memandang wajah Alisa.     

"Aku pun juga sangat beruntung, karena Tuhan sudah mengirimkanku seorang pria seperti dirimu, hadir di dalam hidupku. Tapi, waktu di awal perkenalan itu seakan–" Ucapan Alisa terpotong dan dirinya tengah menatap ke arah Saga.     

"Seakan apa?" tanya Saga.     

Sang istri terlihat tengah melipat kedua tangannya ke depan dada. Terlihat sedikit merajuk. Ia pun berusaha untuk membujuk.     

"Seakan menyebalkan! Kau sangat menyebalkan sekali waktu pertama kali bertemu di toko bunga tempatku bekerja dulu, kau ingat kan?"     

Tentu saja, Saga masih sangat mengingat momen itu. Momen di mana ia langsung ingin melamar Alisa saat itu juga.     

"Iya, aku sangat mengingatnya. Karena aku yakin, kau memang jodohku. Dan, terbuktikan sekarang. Kita menikah dan akan hidup berdua sampai nanti."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.