Arrogant Husband

Dua Sisi



Dua Sisi

Alisa dan Saga sudah berada di depan ruangan ICU. Di kursi tunggu, ada Bu Angel yang menunggu Pak Surya di luar.     

"Saga, Alisa?"     

Melihat kedatangan keduanya kemari, membuat Bu Angel sangat senang. Alisa pun duduk di samping ibu mertuanya. Ia sangat senang, karena perlahan-lahan sudah bisa akrab dengan Bu Angel.     

"Aku dan Saga sangat mencemaskan ibu dan ayah," ujar Alisa.     

Wajah Bu Angel tampak sangat lesu, karena kurang tidur. Kantung bawah mata pun semakin membesar. Saga dan Alisa semakin tak tega melihat sang ibu. Pria itu ingin menyuruh ibunya agar pulang ke rumah dan istirahat terlebih dahulu.     

"Bu, sebaiknya ibu pulang dulu ya. Biar Saga yang antar ke rumah."     

Namun, Bu Angel menggeleng pelan. Ia masih mau berada di sini dan menemani sang suami sampai tersadar dari koma.     

"Bu, jangan seperti ini. Jangan menyakiti diri ibu sendiri." Saga memohon pada sang ibu. Kini, pria itu tengah berlutut tepat di hadapannya.     

Alisa yang melihat itu, sungguh tak tega melihat keadaan Bu Angel. Ia pun mencoba untuk membujuk ibu mertuanya agar mau istirahat ke rumah.     

"Aku tahu perasaannya ibu sekarang. Tapi, ibu juga perlu istirahat di rumah. Jangan sampai ibu juga ikutan sakit."     

Mereka berdua perlahan membujuk Bu Angel agar mau pulang dulu ke rumah. Saga tak tega kalau melihat ibunya seperti ini terus. Wajahnya kian lesu dan tak bersemangat sama sekali.     

"Ibu pulang ya, biar Alisa aja yang menjaga ayah di sini. Ibu istirahat dulu di rumah, nanti ke sini lagi," ujar Alisa sambil tersenyum ke arah sang mertua.     

Bu Angel menatap Alisa cukup lama. Ia sungguh terharu akan kebaikan sang menantu padanya. Bu Angel pun langsung memeluk tubuh wanita itu dengan erat.     

"Terima kasih karena kau sangat peduli dengan ibu." Bu Angel menangis di pelukan Alisa. Dirinya sangat menyesal setelah apa yang telah ia lakukan kepada Alisa.     

"Ibu sadar, bahwa harta dan kuasa bukanlah segalanya. Maafkan ibu, ya, Nak. Karena sudah membanding-bandingkanmu dulu dengan Reva."     

"Tidak apa-apa, bu. Lupakan semua itu, ya, kita mulai lagi semuanya dari awal kembali."     

Alisa masih memeluk Bu Angel dalam pelukan. Perlahan-lahan, sang mertua mulai berhenti menangis. Wanita paruh baya itu akhirnya mau diajak untuk pulang ke rumah. Ia percaya dengan Alisa yang akan menjaga suaminya di rumah sakit.     

Saga tersenyum kemudian, karena sang ibu telah berhasil dibujuk untuk pulang dulu ke rumah. Pria itu lalu berpamitan pada Alisa untuk mengantar ibunya.     

"Sayang, aku mengantar ibu pulang dulu ke rumah, ya. Kalau ada apa-apa, hubungi saja aku."     

"Iya sayang, hati-hati di jalan."     

Saga perlagan-lahan menuntun ibunya berjalan. Mereka berdua melangkah menuju ke parkiran rumah sakit.     

Alisa merasa senang, karena sekarang sudah bisa membuat Bu Angel membuka hati sedikit demi sedikit. Semoga saja, ibu mertuanya itu akan sayang padanya sampai nanti.     

***     

Akhirnya, Saga sudah sampai di rumah sang ibu. Ia pun segera membukakan pintu mobil untuk Bu Angel. Kemudian, pria itu menuntunnya perlahan masuk ke rumah.     

Saga menuntun ibunya naik perlahan melewati anak tangga. Terlihat dari wajah wanita paruh baya itu yang kian sendu, serta tak bersemangat.     

"Bu?"     

"Hmm?"     

"Ibu mau makan? Biar aku belikan makanan ya."     

"Tidak usah, Nak, jangan repot-repot. Ibu hanya perlu istirahat saja sebentar."     

"Baiklah, bu. Mobil ibu nanti aku suruh salah satu anak buahku untuk mengantarnya ke sini."     

Bu Angel hanya bisa mengangguk lemah. Ia sudah tak kuasa lagi. Mereka berdua sudah sampai di dalam kamar. Saga dengan segera merebahkan sang ibu di atas tempat tidur. Saga juga menaikkan selimut ke batas dagu Bu Angel.     

"Istirahatlah, bu. Kalau ibu perlu apa-apa, hubungi aku atau Alisa saja."     

"Iya, Nak."     

Saga mengecup kening sang ibu dengan penuh kehangatan. Pria itu sangat mencemaskan kondisi kedua orang tuanya saat ini. Tak lama kemudian, Bu Angel mulai memejamkan mata. Wanita itu memang sudah kelelahan dari semalam karena berjaga dan tak karuan makan.     

"Istirahatlah ibuku sayang."     

***     

Saga telah kembali ke rumah sakit. Pria itu kemudian duduk di kursi tunggu bersama dengan sang istri. Alisa khawatir dengan kondisi Bu Angel di rumah.     

"Sayang, apakah ibu mau untuk istirahat?"     

"Iya, ibu sudah tertidur tadi. Aku juga menyuruh Anton dan yang lain untuk berjaga di rumah ibu."     

"Syukurlah. Aku sangat lega mendengarnya," ujar Alisa.     

"Tapi, ibu tetap tak mau makan."     

"Mungkin, ibu masih sangat lelah. Biarkan ibu istirahat dulu, ya." Alisa mencoba menenangkan Saga.     

Kemudian, Alisa berlendeh di pundak Saga. Pria itu membelai-belai rambutnya dengan lembut.     

"Di saat terpuruk seperti ini, kau selalu ada untukku sayang. Terima kasih banyak, ya." Saga kemudian mencium kening Alisa cukup lama. Ia ingin mencurahkan segala kasih sayangnya pada sang istri.     

"Iya sayang. Aku akan selalu berada di sampingmu sampai kapan pun. Dalam suka maupun duka," balas Alisa sambil tersenyum ceria.     

Saga sangat menyukai senyuman Alisa yang merekah seperti ini. Ia ingin selalu melihat senyuman manis itu setiap saat. Mereka berdua tampak menguatkan satu sama lain di dalam kondisi seperti ini.     

Alisa masih nyaman bersandar di pundak sang suami. Mereka berdua sambil menunggu kabar dari Pak Surya di dalam sana.     

"Semoga ayah cepat sadar, ya. Aku tak tega melihat ayah dan ibu dalam keadaan seperti ini di saat yang bersamaan." Alisa terus mendoakan kedua mertuanya.     

"Iya sayang. Semoga saja Tuhan mengabulkan doa-doa kita."     

Saga dan Alisa tak tega, harus melihat Pak Surya tengah dikelilingi oleh alat bantu pernapasan dan wajahnya mendapatkan perban. Sedangkan, Bu Angel saat ini sedang melemah, serta terus memikirkan kondisi Pak Surya di rumah sakit.     

Kedua sejoli itu tampak termenung sesaat. Mereka tengah memikirkan kondisi seperti ini. Namun, keduanya hanya bisa pasrah menerima ujian demi ujian. Sekarang, Saga harus diuji oleh sang ayah yang mengalami koma.     

"Ayah sangat keras orangnya. Dia mendidikku menjadi seorang pria yang kuat dan tegas," ucap Saga yang mengawali ceritanya.     

"Meskipun ayahku jahat padamu, tapi percayalah, dia masih punya sisi baik." Saga tersenyum ke arah sang istri.     

"Maafkan ayahku yang suka melihat orang dari sebuah tingkat sosial. Namun, bagiku dia seorang pria yang berhati baik. Dia sangat mencintai aku dan juga ibuku."     

"Aku percaya dengan semua ucapanmu, sayang. Semua orang memang punya dua sisi, yaitu baik dan buruk. Di balik sikap ayah yang selalu benci padaku, tapi dia menjadi ayah yang berhasil dalam mendidik seorang anak." Dua sejoli itu lalu berpandangan satu sama lain.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.