Arrogant Husband

Reva, Joseph, dan Agam



Reva, Joseph, dan Agam

0Bagi Reva, Joseph adalah pria yang selalu mengganggu kehidupannya. Ia tak suka sama sekali ketika mendapat panggilan telepon ataupun sebuah chat dari pria itu. Reva lebih memilih untuk mengabaikan itu semua. Namun, Joseph sering kali menuju ke rumahnya bila tak mendapat kabar sama sekali.     
0

Pria itu sama sekali tak mau diputuskan, padahal Reva hanya pura-pura menjalani hubungan dengannya. Lantas, bagaimana ia harus mengakhiri hubungan penuh kepalsuan ini? Akankah Joseph bisa menerima keputusannya nanti?     

Reva mengembuskan napas panjang saat berada di dalam kamar. Ia mengedarkan pandangan ke sana kemari. Menatap langit-langit kamar sambil terus memikirkan bagaimana caranya untuk membuat Joseph menjauh.     

"Tapi, Joseph bukan pria yang menyerah begitu saja. Aku tahu dengan sikapnya. Lantas, harus bagaimana ini?"     

Makin hari, Reva merasa semakin muak pada Joseph. Pria itu selalu saja membuatnya tak nyaman sama sekali. Ia selalu menghindar, tapi Joseph selalu berusaha untuk mendekat.     

"Derita orang cantik memang seperti ini," ujar Reva menyombongkan diri.     

Beberapa saat kemudian, ponselnya berdering. Reva agak malas-malasan untuk meraih ponselnya yang terletak di atas nakas. Namun, ia juga penasaran siapa yang tengah meneleponnya saat malam hari begini.     

Ah, ternyata Joseph. Pria itu selalu mengganggu saja saat ia tengah istirahat seperti ini. Reva mengembuskan napas berat dan uring-uringan di atas ranjang. Pria itu kembali menelepon lagi sampai dua kali. Reva akhirnya menon-aktifkan ponselnya dan menaruhnya kembali ke atas nakas.     

"Dasar pria menyebalkan! Aku tak pernah suka dengan dia!" Reva mengomel sendiri.     

"Kenapa dia tidak menyerah saja dan meninggalkan aku? Dari dulu sampai sekarang, tak ada rasa cinta dalam hatiku."     

Ya, sedari dulu Reva hanya mencintai Saga dan pria itu juga mencintainya. Dulu, Reva dan Saga sama-sama saling cinta. Hingga, Joseph lah yang harus tersakiti lantaran mereka berdua. Saat mengingat masa lalu, ia jadi makin gencar untuk mendapatkan sang mantan agar kembali lagi ke pelukan.     

"Hmm, sudah beberapa hari ini, aku tak bertemu dengan Om Surya. Biasanya om selalu memberi kabar. Apa om sakit, atau bagaimana?"     

Pak Surya jadi semakin dekat dengan Reva karena sama-sama ingin menghancurkan hubungan Saga dan Alisa. Wanita itu berniat akan mencari tahu semuanya besok.     

Tak ingin terlalu ambil pusing, Reva pun segera menaikkan selimutnya hingga hampir menutupi wajah. Lebih baik ia tidur saja karena sudah larut malam. Wanita cantik itu perlahan menutup kedua matanya.     

***     

"Sial!" Joseph membanting ponselnya ke atas ranjang. Ia merasa kesal karena Reva mematikan ponselnya begitu saja. Sekarang wanita itu jadi makin susah untuk dihubungi.     

Joseph masih sangat berharap pada Reva. Dari dulu sampai sekarang, ia masih tergila-gila oleh pesona wanita itu. Dirinya pun jadi tak bisa berpaling ke wanita lain.     

"Kenapa Reva makin menjauh dariku, ya? Apa karena pria di restoran waktu dulu?"     

Joseph masih belum bertemu lagi dengan pria yang waktu itu bersama dengan Reva. Andai saja, ia kembali bertemu maka dirinya tak akan tinggal diam. Joseph tak akan membiarkan satu pria pun yang berniat mendekati wanita idamannya.     

Jangankan pria itu, Saga pun akan ia hancurkan. Walaupun Saga sudah punya istri, tapi Reva tak pernah menyerah untuk mendapatkan cintanya.     

Karena cinta buta yang tengah melanda Joseph, ia pun rela melakukan apa saja untuk mendapatkan Reva di sisinya. Ia akan menghalalkan segala cara. Tangan pria itu terkepal kuat dan akan memukul siapa saja yang nekat mendekat pada Reva.     

"Akan kuhancurkan kalian satu per satu," ujar Joseph sambil menyeringai licik.     

***     

Malam hari, pada suasana dingin yang begitu menusuk ke tulang, Agam tengah duduk di depan rumahnya sendiri. Pria itu menatap ke arah langit dan melihat kerlip bintang. Ia kembali mengingat wajah Reva. Saat wanita itu, hari ini datang ke bar tempatnya bekerja hanya untuk menjelaskan sesuatu hal.     

Reva mengatakan bahwa dirinya tak ada hubungan asmara dengan pria manapun. Entah kenapa, Reva berkata seperti itu.     

"Apakah aku harus percaya dengan semua ucapannya?"     

"Wanita secantik dia, tak mungkin masih sendiri. Aku yakin, pria semalam adalah kekasihnya, tapi entah kenapa Reva tak mengakui pria itu?" Bermacam-macam pikiran berkelebat dalam kepala Agam.     

"Ah, kenapa aku memikirkan Reva terus sejak tadi?" Agam menepuk jidatnya sendiri. Pria itu lalu fokus lagi menatap ke atas langit.     

Agam mengingat saat Reva sedang mabuk dan tak sadarkan diri di bar waktu dulu. Ia pun langsung membawanya ke rumah. Lantas, meletakkan tubuh Reva di atas tempat tidur. Sekilas, Agam tampak kagum melihat wajah cantiknya dalam pandangan pertama. Saat tertidur saja, wanita itu amat cantik nan manis.     

Pria mana pun pasti akan terpesona melihat kecantikan Reva, termasuk Agam. Ia tak bisa menampik, bahwa wanita itu amat cantik.     

"Ya Tuhan, aku kenapa? Apakah aku mulai menyukai Reva?"     

Kalau pun iya, Agam yakin pasti Reva tak menyukai dirinya. Ia tahu diri, karena hidup dalam kesederhanaan dan tak bermewah-mewah seperti wanita itu. Tak selevel dengan Reva.     

"Aku yakin, Reva tak mungkin menyukaiku. Sadar diri, Gam! Sadarlah."     

Pria itu tak ingin berharap lebih pada Reva. Ia tak mau sakit hati nantinya. Lebih baik mulai sekarang, Agam perlahan mulai menjaga jarak apabila wanita itu datang lagi ke bar. Ia akan terlihat biasa saja dan akan berlagak santai.     

Terkadang, menjaga jarak itu juga diperlukan agar hati kita tak semakin sakit kalau tahu kenyataan yang sesungguhnya. Kenyataan yang akan membuat hati semakin kian tersayat. Waktu itu, saat Agam melihat seorang pria mengaku sebagai kekasihnya Reva, hatinya merasa sangat sakit.     

Maka dari itu, Agam tak ingin berlebihan dengan Reva. Biarkan seperti air yang mengalir saja serta nikmati setiap prosesnya. Ia tahu, bahwa mereka berdua memang berbeda. Bagaikan langit dan bumi.     

Agam hanya pria biasa, sedangkan Reva anak orang berada nan berdarah biru. Lihat saja penampilannya selalu membawa barang branded. Namun, pesona wanita itu tak dapat dipungkiri.     

Malam semakin larut, terlihat dari jam yang tengah melingkar di pergelangan tangan. Agam pun melangkahkan kaki untuk segera masuk ke dalam kamar. Ia tak ingin memikirkan Reva lagi sedikit pun. Baginya, memikirkan seorang wanita memang tak ada habisnya.     

Agam telah memegang gagang pintu dan segera masuk ke kamar. Pria itu kemudian merebahkan diri di atas ranjang. Sebentar lagi, ia akan segera tidur. Besok pagi, pekerjaan hariannya telah menanti.     

Pekerjaan yang selama ini sudah membuatnya bisa bertahan hidup. Dengan itu, Agam bisa menyambung nyawa. Tak ada sanak keluarga yang tersisa. Kedua orang tuanya pun telah tiada. Hanya dia sebatang kara di rumah ini. Agam pun harus bisa bertahan sampai nanti.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.