Arrogant Husband

Gila Karena Cinta



Gila Karena Cinta

0Kali ini, Joseph tak akan membiarkan Reva berniat kabur lagi. Ia sengaja memarkirkan mobilnya agak jauh dari sini, agar tak terlihat oleh wanita itu. Joseph datang ke sini pagi-pagi sekali.     
0

Joseph berjalan dengan cepat menuju pintu rumah Reva. Ia rela menunggu wanita itu sampai membukakan pintu. Tak peduli harus menunggu lama dan berjam-jam, asalkan bisa bertemu langsung dengan wanita yang ia cintai.     

"Aku akan menunggumu di sini sampai nanti kau ke luar," ucapnya pelan. Joseph pun akhirnya memilih untuk duduk di depan pintu.     

Saking ingin bertemu dengan Reva, pria itu nekat ke sini dan datang pagi hari. Ia tak peduli, kalau nanti Reva akan marah karena kedatangannya ke sini secara tiba-tiba. Terpenting bagi Joseph adalah, bisa bertemu dan menatap langsung wajah sang kekasih.     

Kedua kaki Joseph ia luruskan ke depan. Pria itu bersandar tepat di depan pintu. Mobilnya tak berada di sini, jadi aman. Gerbang pun tak digembok sama sekali, mungkin Reva lupa tak menggemboknya.     

Ia melihat jam di pergelangan tangannya. Sudah hampir setengah jam, ia sudah menunggu di depan ini tapi Reva masih belum muncul juga. Apakah wanita itu masih tertidur pulas jam segini?     

Ah, biarlah. Joseph rela menunggu sampai Reva ke luar. Walaupun saat ini, wanita itu masih tidur di kamar.     

"Aku tak akan pulang dari sini sebelum bertemu denganmu, sayang. Aku tak ingin, kalau kau semakin menjauh dariku." Joseph sama sekali tak mau, Reva makin jauh dari sisinya.     

Ia tak ingin Reva semakin jauh. Padahal Joseph sudah rela melakukan apa saja demi sang pujaan hati. Maka dari itu, ia tak akan pernah melepaskan Reva.     

Walaupun wanita itu nanti berontak, ia tak akan membiarkannya lepas. Reva harus mau bersamanya hari ini.     

"Hmm, sudah lama aku tak bercinta dengan Reva." Joseph memamerkan tawa liciknya. Ia ingin bercinta dengan wanita itu, karena sudah cukup lama tak melakukannya.     

Bersama dengan Reva, ia jadi semakin semangat dan bergairah. Di sisi wanita itu membuatnya nyaman.     

Namun, yang ditunggu-tunggu masih belum juga muncul di depan. Joseph sedari tadi terus menunggu kemunculan Reva di depan pintu. Sudah hampir satu jam, ia berada di sini, duduk-duduk tak karuan.     

Apakah selama itu ia harus menunggu? Sedangkan, hasratnya sudah berada di ujung tanduk. Joseph ingin segera melakukan hasratnya pada Reva.     

"Ahh, Reva, kau selalu membuatku menunggu seperti ini terus."     

***     

Reva baru saja selesai mandi. Ia baru saja terbangun setelah malam tadi tidur panjang. Saat ini, ia tengah memilih-milih sebuah dress cantik yang akan dikenakan. Semua koleksi dress milik Reva terlihat mewah.     

Ia pun akhirnya menambatkan hati pada sebuah dress mini berwarna hitam. Entah kenapa, Reva suka sekali dengan warna hitam. Kebanyakan dress miliknya memang berwarna demikian.     

"Aku sangat menyukai dress ini," ucapnya.     

Saat ini, Reva sudah memakai pakaian dalamnya, seperti bra dan celana segitiga bermuda. Ia pun segera mengenakan dress mini itu ke tubuhnya. Setelah itu, Reva melangkah ke cermin rias dan segera berdandan.     

Hari ini, Reva akan ke luar dan mungkin hendak ke rumah Saga. Ia akan nekat terus sampai bertemu dengan pria itu. Rasa rindunya sudah membuncah hebat di dalam hati. Tak bisa dibendung lagi. Walaupun di rumah itu ada Alisa, ia sama sekali tak peduli. Terpenting sekarang, Reva ingin bertemu dengan Saga di rumahnya.     

Setelah memoles riasan make-up ke wajah, Reva sebentar lagi akan segera ke luar dari kamarnya. Ia mengecek kembali, apakah ada barang yang tertinggal di dalam tasnya atau tidak.     

"Ah, aman. Tak ada yang tertinggal."     

Semua barang-barang Reva sudah lengkap di dalam tas. Tanpa membuang-buang waktu lagi, Reva segera ke luar dari kamarnya. Wanita itu berjalan pelan nan anggun saat menuruni anak tangga.     

Rasanya sudah tak sabar lagi ingin berkunjung ke rumah itu. Walaupun Saga sudah berangkat ke kantor, tapi ia bisa menemui Alisa dan membuat onar di sana.     

Tak ada yang lebih menyenangkan daripada ini menurut Reva. Ia tersenyum sendiri sambil menuruni anak tangga. Hingga sampai pada akhirnya, ia hendak membuka pintu depan.     

Reva terkejut bukan main saat melihat sosok seorang pria berada di depannya. Dan, pria itu adalah Joseph. Mau apa Joseph datang kemari?     

"Jo, mau apa kau datang ke sini hah?!" bentak Reva tampak tak suka melihat kedatangan Joseph kemari.     

"Tentu saja aku ingin bertemu denganmu, Va. Aku sangat rindu padamu. Kau selalu menjauh dariku. Kenapa?" tanya Joseph. "Apa karena pria itu? Atau karena Saga?"     

"Lebih baik kau pergi dari sini! Aku tak ingin melihat wajahmu ada di depanku."     

Reva mengusir Joseph dan mendorong-dorong tubuhnya. Namun, pria itu sama sekali tak mau beranjak dari sana. Joseph tetap berdiri dan berusaha menahan serangan Reva.     

"Aku tak ingin pulang dari sini, paham?!" Mata Joseph melotot tajam ke arah Reva. Pria itu terlihat sangat marah dan membuat Reva jadi ketakutan.     

Saat ini, kedua tangan Reva sedang dicengkeram dengan kuat oleh Joseph. Hingga, ia tak bisa berbuat apa-apa dan tak bisa melawan pria itu. Membuat Joseph kini merasa menang, karena berhasil membuat sang kekasih tak berdaya.     

Reva hanya bisa menatapnya sinis tanpa berbuat apa-apa. Kedua tangan wanita itu masih ia pegang dengan erat.     

"Kau tak bisa lari dariku, sayang. Salah kau sendiri, yang suka kabur dariku," ejek Joseph. "Aku tak akan membiarkanmu kabur lagi."     

Hasrat Joseph makin tak terbendung lagi. Ia ingin segera bercinta dengan Reva di dalam kamar. Walaupun Reva menolak, ia akan tetap memaksanya.     

"Ayo, ikut aku!"     

Joseph kemudian menarik tangan Reva dengan kuat. Wanita itu berontak dan marah besar. Reva ingin minta dilepaskan dari cengkeraman tangan ini. Namun, tenaganya kalah kuat oleh Joseph.     

Pria itu terus membawanya untuk naik ke atas tangga. "Apakah kau lelah untuk berjalan kaki sayang? Baiklah."     

Reva berteriak dengan nyaring saat Joseph tengah menggendongnya. Pria itu lalu berjalan menaiki tangga. Reva memukul dada pria itu berkali-kali dan berontak ingin turun. Namun, Joseph sama sekali tak peduli akan hal itu. Ia tetap ingin membawa sang kekasih bersamanya di dalam kamar.     

"Jo, aku mohon lepaskan aku!"     

Joseph seolah tak mendengarkan suara Reva. Akhirnya, mereka berdua sudah sampai di depan pintu kamar. Pria itu menurunkannya sebentar untuk membuka gagang pintu dan mendorong tubuh Reva agar masuk ke dalam kamar.     

"Kasar sekali kau, Jo! Awas saja kau nanti. Akan aku balas!"     

"Balas saja sayang, balaslah." Tangan Joseph tengah mengunci kamar Reva dari dalam. Kunci itu pun lalu ia simpan di dalam saku celana.     

"Jangan gila kau, Jo!"     

"Aku memang gila karenamu, Va!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.